Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Unit K-9 atau Direktorat Polisi Satwa termasuk dalam Badan Pemeliharaan Keamanan pada struktur Kepolisian Indonesia atau Polri. K-9 bukan akronim, melainkan istilah dalam dunia fauna yang berasal dari kata Canine. Aslinya, Canine atau Caninae bukanlah tentang anjing saja, melainkan bisa juga merujuk pada Coyote atau anjing hutan. Kendati demikian, Canine memang sangat identik dengan jenis anjing yang cerdas. Dari Canine atau K-9 dijadikan sebutan untuk anjing pelacak kepolisian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Unit K-9 adalah sebuah lambang kesatuan anjing pekerja di seluruh dunia di kalangan militer, kepolisian, dan kalangan sipil atau swasta. Biasanya, anjing yang digunakan adalah German Spherherds atau anjing gembala Jerman dan anjing jenis Belgian Malinois. Kedua jenis anjing ini kerap digunakan kepolisian karena memiliki keahlian melacak, mengendus obat-obatan terlarang atau narkoba, mengendus penjahat, dan sejenisnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kedua jenis anjing ini memiliki kecerdasan di atas rata-rata sehingga sangat mudah dilatih dengan permasalahan yang kompleks. Anjing unit K-9 juga cenderung curiga terhadap orang lain yang tidak mereka kenali atau tidak berada dalam lingkaran mereka. Keistimewaan inilah yang menjadi aset penting kepolisian dalam menangkap penjahat. Sehingga mereka pun sangat termotivasi dengan bekerja.
Pelatih perempuan melatih anjing pelacak (K9) milik BNN di Lido, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa, 8 Maret 2022. ANTARA FOTO/Yulius Satria WijayaKegagalan Warren
Unit K-9 ini pertama kali digunakan pada 1889 oleh Komisaris Polisi Metropolitan London, Sir Charles Warren. Kegagalan Warren mengidentifikasi dan menangkap pembunuh, membuatnya memutuskan untuk menggunakan anjing pelacak. Alhasil, setiap kasus yang dia identfikasi menjadi lebih mudah dan hasilnya tepat sasaran berkat anjing pelacak.
Melansir Atchison Daily Globe, metode ini menyebar cepat ke Austria-Hongaria dan Jerman. Polisi Jerman memilih anjing gembala Jerman sebagai jenis yang ideal untuk pekerjaan polisi dan membuka sekolah pelatihan anjing pertama pada 1920 di Greenheide. Pada tahun berikutnya, banyak anjing Belgian Malinois ditambahkan ke unit K-9. Anjing-anjing itu dilatih untuk mematuhi petugas mereka dan melacak serta menyerang penjahat.
Sebenarnyam sebelum metode Warren diterapkan di Jerman, anjing pelacak unit K-9 sudah diterapkan dalam Polisi Kereta Api Timur Laut, Inggris. Mereka menggunakan jenis anjing Belgian Malinois, Labrador Retriever, dan gembala Jerman.
Di Indonesia, anjing unit K-9 pertama kali dikenal karena merupakan hadiah dari pelatihan Bea dan Cukai di Front Royal Virginia. Untuk pertama kalinya, dua orang asal Indonesia berlatih dengan anjing jenis Labrador Retriever dan enam ekor anjing gembala Jerman.
Setelah melihat keistimewaan unit K-9, Polri menerapkan metode Warren, terutama untuk melacak tempat obat-obatan terlarang (narkoba).
RACHEL FARAHDIBA R