PARA ahli di pusat pengendalian pesawat antariksa di
Pasadena, California terpukau mengamati kekayaan informasi yang
dikirim Voyager-1 kembali ke bumi. "Dalam satu pekan ini kami
memperoleh jauh lebih banyak pengetahuan tentang kawasan
Saturnus daripada selama seluruh jangkauan sejarah tercatat,"
ujar Bradford A. Smith. ahli bintang ini mengepalai tim
pengolahan gambar dalam proyek Voyager.
Pesawat antariksa berwarna hitam dan perak itu pekan lalu
melintasi orbit Phoebe, bulan Saturnus paling luar. Ketika masih
berjarak 100 juta km dari Saturnus, Agustus lalu, ia sudah mulai
mengirim gambar tentang planet bergelang itu. Dengan kecepatan
cahaya (300.000 km per detik), isyarat radionya membutuhkan 85
menit mencapai bumi. Voyager-1 mencapai jarak terdekat dengan
Saturnus-- 125.000 km-12 November. Sampai saat ini ia sudah
mengirim sedikitnya.18.000 gambar dan ribuan data lain kembali
ke bumi. Memanfaatkan daya tarik planet raksasa itu, ia mencapai
kecepatan 31 km per detik, cukup untuk bisa menempuh jarak
Jakarta-Banda Aceh dalam waktu satu menit.
Saturnus menempati urutan ke-6 dalam tatasurya. Tanpa
teleskop, ia bisa tampak seperti bintang terang berwarna kuning
muda. Bangsa Babilonia dan Sumeria sudah mengenalnya tujuh abad
sebelum Masehi. Sebelum William Herschel dalam tahun 1781
menemukan planet Uranus, Saturnus dianggap planet penghabisan
dalam tatasurya. Ia dikitari satelit terbesar dalam tatasurya
yang bernama Titan. Bulan Saturnus ini mempunyai atmosfir dan
diameternya 1 1/2 kali bulan, bahkan lebih besar dari pada planet
Merkuri.
Gelang Saturnus pertama kali ditemukan oleh Calileo. Ahli
bintang bangsa Italia ini juga menemukan empat bulan utama
Jupiter. Namun ketika itu Galileo helum menyimpulkan bahwa yang
tampak dalam teleskopnya yang primitif itu merupakan gelang. "la
tidak sendiri. tapi tersusun dari tiga unsur yang hampir saling
menyentuh," tulis Galileo dalam buku catatannya. Ia menduga
bahwa Saturnus terdiri dari tiga benda langit.
Pic du Midi
Baru setengah abad kemudian, tahun 1659, Christiaan Huygens,
ahli fisika Belanda menyimpulkan bahwa keanehan Saturnus itu
merupakan gelang. Ia menggunakan teleskop yang jauh lebih baik.
Dalam buku catatannya Huygens menggambarkan "suatu cincin tipis
dan datar yang di mana pun tidak menyentuh badan planet itu."
Huygens ketika mulai mengamati Saturnus dalam tahun 1655 juga
menemukan Titan.
Dalam abad-abad kemudian pengetahuan tentang Saturnus makin
bertambah. Bulan demi bulan ditemukan sedang bentuk gelangnya
juga semakin jelas. Namun menjelang peluncuran pesawat Voyager,
tahun 1977, Saturnus masih merupakan misteri. Para ahli belum
mengetahui apakah Saturnus mempunyai inti padat. Mereka baru
saja mengetahui tentang adanya tiga gelang tapi t,anpa
mengetahui gelang itu terbentuk dari apa. Mereka pun belum
sepakat tentang jumlah bulan yang mengitari planet itu. Tahun
1966, A. Dollfus dari peneropong bintang Pic du Midi di Prancis
menemukan bulan ke-10 yang kemudian dinamakan Janus.
Awal bulan ini, Voyager-1 memastikan bahwa Janus itu
sebetulnya terdiri dari dua bulan yang saling mengejar dalam
orbit, hanya berjarak 50 km. Keduanya--yang tadinya disebut
Janus sementara dinamakan S-10 dan S-11. Tiga satelit lagi
ditemukan Voyager-1. Yang terakhir, S-15, mengitari Saturnus
pada jarak 136.000 km, di batas gelang terluar, seakan-akan
menjaga agar materi gelang Saturnus tidak terlepas.
Penemuannya yang paling menakjubkan adalah tentang sifat dan
bentuk gelang. Ternyata ada ribuan gelang kecil yang mengitari
Saturnus dalam orbit masing-masing. "Bahkan ada satu gelang
paling aneh yang mirip jalinan kepang rambut seorang gadis,"
ujar Bradford Smith. "Tidak hanya terjalin, tapi gelang itu
juga ada patahannya. Gejala itu menyalahi semua hukum mekanika
tentang peredaran seperti yang saya pahami. "
Para ahli juga menemui bagian gelap yang menyerupai
jari-jari dalam gelang yang paling terang. Beberapa di antaranya
melintasi seluruh lebar gelang B yang Z5.000 kl -- sungguh
membingungkan para ahli. "Kita tidak tahu gejala apa itu," ujar
Smith. Apakah tampaknya gelap karena gelang itu
berlubang-lubang, atau karena terdapat bagian unsur berwarna
gelap dalam gelang itu?
Jimmy Carter
Voyager-1 pada pokoknya telah menyelesaikan programnya
dengan gemilang. Perjalanannya -- yang dalam 2,2 milyar km hanya
meleset 20 km--merupakan hasil gemilang program pemerintah
Amerika Serikat. Tulis George F. Will dalam kolomnya di koran
International Herald Tribune: "Voyager-1 menambah secara tidak
terhitung pengetahuan kita tentang tetangga kita yang relatif
dekat, Saturnus. Lebih penting lagi adalah kenyataan bahwa ia
juga menambah kesadaran kita tentang keterbatasan pengetahuan
kita."
Voyager-1 berangkat dari Cape Canaveral, 3 September
1977--12 hari sesudah peluncuran Voyager-2. Tujuan utama program
Voyager yang sebesar US$ 450 juta (Rp 283,5 milyar) itu adalah
meneliti kawasan planet Jupiter dan Saturnus.
Mungkin Voyager-2 akan mencapai kawasan Saturnus, Agustus
1981. Kemudian ia akan dikirim ke planet Uranus, dan mungkin
terus ke planet Neptunus. Perjalanan ini dimungkinkan oleh
karena susunan ke empat planet itu baik sekali--suatu keadaan
yang hanya terjadi sekali dalam 180 tahun. Kelanjutan program
itu masih memerlukan persetujuan Congress untuk biaya tam bahan
US$125 jur, (Rp 79 milyar).
Kini Voyager-1 meninggalkan kawasan Saturnus menuju batasan
terakhir tatasurya. Ia dikemudikan komputer yang berpedoman pada
bintang Canopus dan matahari.
Kedua pesawat itu membawa rekaman film dan suara yang
menggambarkan kehidupan di bumi, antara lain budaya musik dan
pemikiran. Pesan dari dua pemimpin dunia--Presiden Jimmy Carter
dan Sekretaris Jenderal PBB, Kurd Waldheim telah terbawa pula.
Para ahli ingin bisa berkomunikasi dengan kedua pesawat itu
selama 30 tahun, atau bila tercapai jarak 15 milyar km.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini