Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Faktor psikologis selama ini diyakini sebagai penyebab utama insomnia atau gangguan tidur. Namun ternyata penyebabnya bukan hanya itu. Berdasarkan penelitian, genetika juga sangat berpengaruh.
Dalam artikel “Mutation of the Human Circadian Clock Gene CRY1 in Familial Delayed Sleep Phase Disorder” yang diterbitkan di jurnal Cell, para peneliti mengamati 70 pengidap insomnia dari enam keluarga di Turki.
Mereka menemukan bahwa gen yang disebut sebagai CRY1 bermutasi. Penyebabnya belum diketahui. Namun imbasnya jelas, sekelompok orang tersebut mengalami gangguan fase tidur tertunda.
“Orang dengan gen CRY1 yang bermutasi akan memiliki jam sirkadian yang berjalan lebih lama. Jadi, tidur dan bangun kembali lebih telat ketimbang orang dengan gen yang tidak bermutasi,” demikian pernyataan tim dalam jurnal itu.
Jam sirkadian adalah proses biologis yang berpatokan pada siklus 24 jam atau siklus pagi-malam yang mempengaruhi sistem fungsional tubuh manusia.
Dalam uji laboratorium, penelitian yang dipimpin Michael Young—peneliti genetika dari Rockefeller University di New York, Amerika Serikat—itu menemukan bahwa gen CRY1 memiliki peran kunci dalam mengemudikan jam sirkadian. Ini merupakan mutasi genetik pertama yang ditemukan terkait dengan gangguan siklus tidur.
Alina Patke, penulis utama studi dan peneliti genetika rekan Young di Rockefeller, mengatakan pembawa gen yang bermutasi ini mengalami hari-hari yang lebih panjang. “Dengan demikian, pada dasarnya, mereka bisa mengejar banyak hal dalam hidup mereka,” ujar dia, seperti dikutip dari situs web Eureka Alert.
Patke, Young, dan anggota tim pertama kali mengidentifikasi adanya indikasi mutasi gen sebagai penyebab insomnia ini tujuh tahun lalu. Kala itu, seorang perempuan berdarah Turki berumur 46 tahun datang ke rumah sakit untuk mengkonsultasikan siklus tidur larut yang dia alami beberapa bulan terakhir.
Kemudian Patke dan tim menganalisis pola tidur perempuan itu. Dia ditempatkan di sebuah apartemen terisolasi selama dua pekan tanpa informasi soal waktu. Tidak ada jendela, televisi, dan Internet. Perempuan tersebut hanya diminta menjalani siklus hidupnya, seperti tidur, makan, dan bangun sesuai dengan tubuhnya.
Selama isolasi, perempuan itu memiliki sekitar satu jam lebih lama dari jam sirkadian normal. Pola tidurnya pun terpotong-potong. Setelah isolasi, peneliti membandingkan gen yang diambil. Ternyata ada mutasi pada CRY1. Hanya, saat itu, penelitian baru mendapatkan hasil dari satu kasus.
Dalam studi terbaru ini, Patke dan tim menegaskan hubungan antara mutasi CRY1 dan insomnia dengan melihat genetika keluarga perempuan tersebut. Cakupan penelitian juga diperluas dengan memperlebar populasi di negara asal si perempuan.
Karena itu, Patke menggandeng Onur Emre Onat, peneliti biologi molekuler dan genetika dari Bilkent University di Ankara, Turki, untuk melihat basis data informasi genom warga Turki.
Dari 70 peserta penelitian, tim menemukan mutasi CRY1 pada 39 orang. Dari data wawancara terungkap bahwa mereka memiliki siklus tidur yang bergeser.
Menurut peneliti, 10 persen orang di seluruh dunia mengalami insomnia. Namun, menurut tim, seperti tertulis dalam jurnal, tidak semua kasus berhubungan dengan mutasi genetika tunggal ini.
Meski begitu, hasil penelitian tersebut tetap penting, setidaknya dalam mengambil langkah yang tepat untuk mengobati gangguan tidur. Patke dan tim menyarankan agar penderita insomnia melatih jam tidur yang baik.
CELL | EUREKA ALERT | LIVE SCIENCE | FIRMAN ATMAKUSUMA
Mutasi Gen Pengaruhi Pola Tidur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo