Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mengevakuasi dua orangutan Sumatera (Pongo abelii) terdiri atas induk dan anak. Sang induk mengalami luka tembak senapan angin, sedangkan anaknya menderita malnutrisi parah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala BKSDA Aceh, Sapto Aji Prabowo di Banda Aceh, Selasa, 12 Maret 2019, mengatakan, orangutan tersebut dievakuasi dari kebun warga di Desa Bunga Tanjung, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Provinsi Aceh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Evakuasi berlangsung pada Minggu (10/3). Kondisi induk saat dievakuasi memprihatinkan. Begitu juga anak orangutan tersebut, kekurangan nutrisi, sehingga menyebabkan satwa dilindungi tersebut mati saat dalam perjalanan ke lokasi karantina," katanya.
Evakuasi melibatkan personel Satuan Konservasi Wilayah II Resor 17 Rundeng bersama mitra kerja Wildlife Conservation Center Indonesia Program (WCS-IP) dan Orangutan Information Centre (OIC).
Sapto Aji Prabowo menyebutkan, induk orangutan saat dievakuasi kurang sehat dengan kondisi luka kaki dan jari tangan. Mata induk orang utan tersebut juga terkena peluru senapan angin.
Setelah berhasil ditangkap, anak dan induk orangutan tersebut dibawa ke lokasi karantina di Sibolangit, Sumatera Utara. Namun, dalam perjalanan anak orangutan mati karena kondisinya malnutrisi.
"Anak orangutan tersebut dikubur di Sibolangit. Sedangkan hasil pemeriksaan induk orangutan di Sibolangit, ditemukan 73 butir peluru senapan angin," katanya.
Selain itu, induk orangutan tersebut juga mengalami patah tulang tangan, kaki tangan, dan jari. induk orangutan tersebut mengalami luka bacok bernanah di punggung.
"Kami menyesalkan dan mengutuk siapapun yang melukai serta menyiksa kedua individu orang utan tersebut. Kami bersama penegak hukum akan berupaya mengungkap pelaku kekejaman tersebut," kata Sapto Aji Prabowo.
Orangutan Sumatera, yang diselamatkan BKSDA Aceh dari kebun warga, Minggu, 10 Maret 2019. (instagram/bksdaaceh)
BKSDA Kalteng Lepas Liarkan Orangutan
BKSDA Kalteng beserta sejumlah pihak terkait melepasliarkan seekor orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) jantan yang sebelumnya diduga tersesat dan masuk kampung di Desa Lampeong I, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut.
"Kami berangkat bersama tim BKSDA dan lainnya sudah agak sore pada Kamis (7/3) sehingga sampai di lokasi untuk melepas orang utan itu sudah malam, sekitar pukul 19.00 WIB di kawasan hutan lindung Gunung Lumut," kata Kapolres Barito Utara AKBP Dostan Matheus Siregar melalui Kapolsek Gunung Purei Ipda Kuslan yang berada di Desa Lampeong ketika dihubungi dari Muara Teweh, Jumat.
Ia menjelaskan perjalanan menuju kawasan Gunung Lumut ditempuh sekitar 40 kilometer dari Desa Lampeong dengan tujuan Desa Muara Mea dan dilanjutkan ke jalan perusahaan HPH PT Indexim Utama.
"Dalam perjalanan tidak ada kendala sehingga pelepasan orangutan ini berjalan lancar," katanya.
Sebelumnya, Anggota Tim Wildlife Rescue Unit Seksi Konservasi Wilayah III Muara Teweh BKSDA Kalteng, Perdi, mengatakan satwa dilindungi itu saat diperiksa oleh tim medis dari Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) Nyaru Menteng, Palangka Raya dinyatakan sehat sehingga bisa dikembalikan ke hutan tempatnya selama ini.
"Satwa primata ini sehat bahkan terlihat jinak, sehingga diperkirakan seperti pernah dipelihara," katanya.
Orangutan yang terlihat sudah tua dan mempunyai jipet (pipi yang menggelambir) itu diketahui warga masuk desa pada Selasa (4/3), sekitar pukul 08.00 WIB.
Satwa primata menjadi tontonan masyarakat setempat karena sudah tua sehingga banyak aktif di bawah, kecuali kalau malam atau saat tidur naik ke pohon.
"Sebelum dilepasliarkan orangutan tersebut sudah diamankan dalam kurungan di dalam mobil terbuka di halaman Polsek Gunung Purei," ujarnya.
Kawasan hutan lindung Gunung Lumut seluas 28.000 hektare yang masih menjadi bagian kawasan Pegunungan Schawaner dan Muller itu, merupakan habitat beberapa flora dan fauna asli Kalimantan, termasuk orangutan.