Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pusat Studi Transportasi dan Logistik Universitas Gadjah Mada (Pustral UGM) mengkaji pengoperasian taksi terbang di Indonesia. Taksi terbang merupakan salah satu proyeksi transportasi di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Pustral UGM, Ikaputra, mengatakan bahwa rencana pengembangan taksi terbang bakal merevolusi sistem transportasi di Indonesia. "Dengan berbagai potensi dan tantangan yang ada, taksi terbang diyakini akan mampu merevolusi sistem transportasi di Indonesia," kata Ikaputra, dikutip dari laman resmi UGM di Yogyakarta, Kamis, 12 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Taksi terbang, kata dia, merupakan inovasi dalam bidang transportasi udara yang mulai menarik perhatian global, termasuk di Indonesia. Salah satu proyek besar yang akan membawa teknologi tersebut adalah rencana pengoperasian taksi terbang di IKN.
Pengembangan taksi terbang di Indonesia tidak sekadar berfokus pada aspek teknologi, tetapi juga pada persiapan regulasi dan infrastruktur yang mendukung. Menjalin kolaborasi dengan perusahaan luar negeri, seperti Volocopter, tentu menjadi langkah penting dalam memastikan implementasi teknologi ini sesuai dengan standar internasional.
Selain itu, pemerintah juga harus memastikan bahwa pengoperasian taksi terbang ini dapat diakses secara inklusif oleh masyarakat luas, bukan hanya oleh kalangan tertentu. "Pengembangan taksi terbang ini nantinya dipastikan akan menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya penyediaan landasan vertikal (vertiport) di kawasan urban yang padat," ujar Ikaputra dalam Webinar bertajuk Langit Sebagai Jalan Raya Baru: Taksi Terbang dan Pengembangannya di Indonesia.
Ikaputra menyebut bahwa tingkat penerimaan masyarakat terhadap teknologi baru tersebut juga memerlukan sosialisasi yang masif. Menurut dia, diperlukan pula regulasi terkait keamanan penerbangan yang terintegrasi dengan sistem transportasi yang sudah ada.
Tidak hanya mengurangi kemacetan, menurut Ikaputra, teknologi taksi terbang bakal mampu membuka akses ke daerah-daerah yang sebelumnya sulit dijangkau. Keberhasilannya, lanjutnya, kan sangat bergantung pada kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam mendukung pengembangannya.
"Taksi terbang tidak hanya menawarkan solusi kemacetan di kota-kota besar, tetapi juga membuka peluang besar untuk transportasi yang efisien, ramah lingkungan, dan mendukung pengembangan wilayah terpencil, termasuk IKN," ujar dia.
Sementara itu, Dosen Departemen Teknik Mesin dan Teknik Industri Fakultas Teknik UGM Gesang Nugroho mengatakan keberadaan passenger drone atau drone penumpang sebagai taksi terbang diperlukan karena beberapa alasan.
Selain tingginya kepadatan jalan akibat tingginya kepemilikan kendaraan bermotor, transportasi itu diperlukan pula karena banyaknya wilayah terpencil yang sulit diakses oleh alat transportasi eksisting, serta kebutuhan untuk penanganan darurat seperti ambulans yang sering terjebak kemacetan.
"Drone penumpang adalah kendaraan terbang otonom yang dirancang untuk mengangkut penumpang, sementara AAV (Autonomous Aerial Vehicle) merujuk pada kendaraan udara yang sepenuhnya otonom, tidak memerlukan pengemudi, dan dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, termasuk mengangkut penumpang, pengiriman barang, serta pemantauan udara," kata dia dilansir dari Antara.
Selain itu, menurut Gesang, taksi terbang dapat berperan dalam pengurangan kemacetan, transportasi ramah lingkungan, khususnya yang berbasis listrik, serta penyediaan transportasi cepat dan nyaman.
“Tentunya akan menumbuhkan potensi ekonomi, seperti pengembangan industri baru dalam teknologi, infrastruktur udara, serta pekerjaan terkait, seperti teknisi drone, pengembang perangkat lunak, dan lainnya," ujar dosen UGM itu.
Pilihan Editor: Startup Yogyakarta Bikin Taksi Terbang, Begini Rupa Awalnya