Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Pakar ITB: Gunung Anak Krakatau Sajikan Tipe Letusan Lengkap

Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda menghasilkan letusan freatik, freato magmatik, dan juga magmatik.

27 Desember 2018 | 12.48 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kondisi Gunung Anak Krakatau lewat udara yang terus mengalami erupsi pada Ahad, 23 Desember 2018. Erupsi Gunung Anak Krakatau ini diduga menjadi sebab tsunami di wilayah Banten dan Lampung. TEMPO/Syafiul Hadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Gunung Anak Krakatau dinilai menyajikan tipe letusan yang lengkap. Vulkanolog dari Institut Teknologi Bandung Mirzam Abdurrachman mengatakan gunung di perairan Selat Sunda itu menghasilkan letusan freatik, freato magmatik, dan juga magmatik. Hari ini status gunung itu meningkat dari level II atau waspada ke tingkat tiga alias siaga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada beberapa bulan belakangan ini Gunung Anak Krakatau meletus dengan intensitas kekuatan dan durasi yang beragam. Jenis tipe letusannya tergolong freatik, freato magmatik, dan juga magmatik. "Pasca tsunami menyajikan letusan Sutseyan, yaitu letusan freato magmatik yang terjadi di laut dangkal atau akibat adanya danau kawah," ujarnya, Kamis, 27 Desember 2018.

Letusan itu dicirikan dengan kepulan asap dan abu vulkanik berwarna putih yang mengandung uap air. Kadang juga diselingi lontaran material gunung dari magma yang berwarna asap hitam.

Letusan juga menghembuskan debu vulkanis ke angkasa. Berdasarkan citra satelit cuaca Himawari BMKG, pada hari ini pukul 06.00 WIB, terpantau sebaran debu vulkanik Gunung Anak Krakatau ke arah barat daya hingga barat. Jarak terjauhnya mencapai 250 kilometer. "Kalau ini puncak sebaran debu, bisa sampai ketinggian 10-12 kilometer pagi ini," ujar Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca BMKG Agie Wandala Putra yang dihubungi Kamis, 27 Desember 2018.

Meskipun terpantau ke barat daya - barat atau mengarah ke perairan Samudera Hindia, debu vulkanis itu bisa berpeluang menyiram wilayah Banten yang berada berseberangan dengan arah sebaran debu. "Tapi bisa jadi catatan karena angin permukaan menuju arah timur, jadi memungkinkan ada sebaran debu vulkanik ke sekitar Banten," kata Agie. Kemarin hujan abu vulkanis tipis telah menyiram Cilegon, Anyer, dan Serang.

Kehadiran partikel halus berukuran kurang dari 2 milimeter atau abu vulkanik, kata Mirzam, bisa ditafsirkan sebagai penanda dalam letusan gunungapi yang sedang berlangsung.

Jika muncul pada awal erupsi, abu vulkanis mengindikasikan sedang terjadi peningkatan tekanan akibat pengaruh air (letusan freatik), kombinasi air dan magma (letusan freato magmatik), atau magma itu sendiri (letusan magmatik). "Ketiga jenis letusan ini tidak harus selalu berakhir dengan letusan besar, bisa sedang, bisa juga kecil, bahkan berakhir," katanya.

Adapun jika abu vulkanik muncul pada bagian akhir suatu letusan yang cukup besar, ini menandakan mulai hilangnya tekanan dalam dapur magma sehingga hanya pastikel berukuran halus lah yang bisa terangkat.

Simak artikel lainnya tentang Gunung Anak Krakatau di kanal Tekno Tempo.co.

 

Erwin Prima

Erwin Prima

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus