LEBIH dari satu jam Pak Harto berkeliling dari ujung ke ujung Hall B dan C Arena Pekan Raya Jakarta. Dengan telaten Presiden mengamati satu stan ke stan lain, yang berderet di pameran Ristek 1992 itu. Kehadiran Kepala Negara meresmikan pameran, Selasa sore dua pekan lalu itu, tak syak lagi, untuk mengangkat gengsi pergelaran Ristek (Riset dan Teknologi) tahunan tingkat nasional ini. Harihari berikutnya pengunjung berjubel, sampai hari penutupannya Sabtu pekan lalu. Rupanya, warga Jakarta, di antaranya businessmen, mulai menganggap arena pameran riset dan teknologi itu sebagai satu kebutuhan, kendati di situ tak ada suguhan yang spektakuler. Karya lembaga riset, perusahaan swasta, perguruan tinggi, dan proyekproyek pemerintah yang dipajang cuma sekadar adopsi dan modifikasi teknologi Barat. Kendati demikian, ada pula upaya yang unik. Lihat saja stan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Di situ bisa ditemui maket dan gambar proyek pemanfaatan panas bumi (geotermal) Lahendong di Kecamatan Tomohon, 30 km dari Manado. Proyek ini digarap oleh BPPT dan PLN, memakan biaya hampir Rp 40 milyar dan menghasilkan listrik cuma 2,5 megawatt (MW). Proyek Lahendong menjadi pembangkit listrik geotermal kedua di Indonesia, setelah Kamojang, Jawa Barat, yang berkapasitas 140 MW. Tapi Lahendong yang akan diresmikan Menteri B.J. Habibie bulan Juni ini merupakan pembangkit listrik geotermal pertama di Indonesia yang memakai teknologi binary cycle. Sumber panas bumi Lahendong, menurut Kris Pudyiastuti, peneliti di bidang geotermal BPPT, tak bisa ditangani dengan pola Kamojang. Panas di reservoir bumi Kamojang mencapai 250u2o C, dengan tekanan sebesar 36 atmosfer. Sedangkan Lahendong cuma 160180u2o C, dan tekanannya kurang dari separuh Kemojang. Maka, dipakailah teknik binary cycle, dua jaringan aliran fluida. Jaringan pertama mengatur pemanfaatan panas, yang mengucur bersama uap dari perut bumi, untuk memanaskan sekaligus menguapkan cairan normal pentan. Pada jaringan kedua tekanan uap normal pentan digiring untuk memutar turbin listrik. Dengan teknik impor itu, panas bumi di Lahendong tak sia-sia. Setelah melewati proses pemindahan panas, uap bumi Lahendong itu sanggup menciptakan ruang evaporasi yang bersuhu 140u2o C. Alhasil, didapat tekanan uap normal pentan berkekuatan 11,5 atmosfer. Cukup untuk menendang turbin agar berputar. Pemanfaatan teknologi impor itu terlihat pula di stan Badan Tenaga Atom Nasional (Batan). Batan memajang salah satu produk andalannya Tc99 M Generator. "Produk ini kami sediakan untuk mendukung kedokteran nuklir," kata Martalena, staf peneliti Batan. Lima rumah sakit besar di Jakarta, Bandung, dan Surabaya, menjadi pelanggannya. Teknisium (Tc99) itu bermanfaat untuk membantu diagnosis, mulai dari organ otak, liver, ginjal, sampai jantung. Tc99 itu disuntikkan ke tubuh pasien bersama bahan pengikatnya. Bahan pengikat sulfur koloid, misalnya, akan menggamit Tc99 bersemayam di jaringan hati. Dan 15w20 menit kemudian, pasien discan dengan alat yang disebut kamera gamma. Pancaran radioaktif Tc99 ditangkap kamera gamma, dan diteruskan ke layar komputer. Untuk diagnonsis hati, pasien disuntik Tc99 dengan dosis 3w5 miliCurie. "Dosis yang tak menimbulkan akibat samping," kata Martalena. Di RS Dokter Sutomo Surabaya diagnosis dengan teknik nuklir itu laku. Sehari 15w20 pasien memanfaatkannya. Sayang, Tc99 sebesar 100 miliCurie dalam tempo enam jam akan meluruh menjadi 50 miliCurie. Batan membuat Tc99 M Generator itu untuk menjaga agar isotop ini utuh sampai di tempat tujuan. Tc99 M Generator itu hanya berbentuk kotak, ada botol berisi larutan NaCl (garam dapur) dan satu bola timah hitam berlubang. Lubang di tengah bola timah itu dipakai untuk menyimpan isotop Mo99, yang baru dipanen dari reaktor nuklir. Dengan lindungan dinding timah itu, pancaran radioaktif Mo99 yang besarnya 208 miliCurie tak bisa lepas ke luar. Di dalam botol itu, Mo99 sedikit demi sedikit akan meluruh menjadi Tc99. Waktu paruh Mo99 ini sekitar 33 jam. Ketika hendak dipakai, isotop itu dihisap dengan tabung vakum. Cairan NaCl itu terhisap keluar, melewati tabung isotop, sembari menggaet Tc99 nya. "Hanya Tc99 yang terhisap, Mo99 tidak," kata Martalena. Produksi Tc99 M Generator buatan Batan mulai dirintis akhir 1990. Kehadirannya telah menggeser produk impor. "Lebih murah harganya," kata Koosnadi Saputra, ahli radiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Teknik nuklir itu juga dipakai oleh Fakultas Pertanian Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta, untuk menciptakan varietas padi baru. Targetnya: mendapatkan varietas unggul baru yang bisa ditanam di tanahtanah pantai yang berkadar garam tinggi. Riset ini dimulai dengan menembakkan sinar radioaktif dari Cobalt60 atas benih padi IR56, untuk mengupayakan mutasi genetik. Pelbagai variasi genetik muncul. Lantas tim UNS ini mengadaptasikannya di potpot yang berisi tanah berkadar garam tinggi. Ada rumpun padi yang tahan, banyak pula yang tidak. Yang tahan ditanam lagi, sampai 5 generasi. Pada generasi keenam kini, hasilnya mulai tampak. Produksinya 4 ton per ha, lebih rendah dari "moyangnya" IR56 yang 6 ton per ha. Ristek 1992 ini tampak lebih semarak dibanding sebelumnya. Jumlah pesertanya makin meningkat. Sayangnya, dari segi mutu tak tampak perubahan yang mencolok, tak banyak inovasi baru. Teknologi impor masih tampil mencolok. Putut Trihusodo (Jakarta), Kastoyo Ramelan (Solo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini