SEBUAH perusahaan patungan, dengan investasi Rp 60 milyar, Sabtu 23 Mei silam diresmikan oleh Presiden Soeharto di Desa Negara Kecamatan Jabung, Lampung Tengah. PT Tipperary Indonesia (Tippindo) begitu nama perusahaan itu bergerak di bidang peternakan sapi potong terpadu yang akan menghasilkan 60 ribu ekor sapi per tahun. Investor Tippindo adalah Bakrie Nusantara Corporation dan Japto Soerjoseomarno keduanya menguasai 51% saham. Sisanya (49%) dimiliki Tipperary Australia, yang dikenal sukses dalam pengembangan sapi di Northern Territory Australia. Komisaris Utama Tippindo Aburizal Bakrie mengatakan, dalam hal makanan ternak, Tippindo bekerja sama dengan 200 petani (melalui tiga KUD) dengan pola PIR. Tippindo, sebagai inti, memberikan sarana produksi pakan ternak dan bimbingan teknis kepada petani. Kemudian Tippindo membeli jagung dari petani plasma itu seharga Rp 25 per kg. Kecuali jagung, makanan untuk sapi jenis brahman cross itu adalah kedelai dan tapioka. "Semua kebutuhan pakan ternak Tippindo diserahkan ke petani," kata Aburizal. Daging sapi Tippindo akan diekspor (ke ASEAN, Timur Tengah, dan Jepang), berarti siap bersaing dengan produksi Australia dan Amerika Latin. Sisanya untuk pasar dalam negeri, yang belakangan kebutuhannya meningkat, dari 1.500 ton (tahun 1989) menjadi 5.500 (tahun 1991). Di atas kertas prospeknya cukup baik. Paling tidak, Bank Bumi Daya, yang membantu pendanaan Tippindo, boleh optimistis kreditnya tidak akan macet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini