Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KANDUNGAN merkuri dalam makanan, obat-obatan, dan produk kosmetik kadang sulit terlacak oleh konsumen. Padahal zat berbahaya ini memiliki daya rusak yang besar. Alasan itu kemudian mendorong lima mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada membuat alat pelacak yang diberi nama Mercury Auto-Detection System (MADS).
Kelima penemu itu adalah Andy Aulia Prahardika, Al Birru Kausal, Luthfia Adila, I Made Adhi Wiryawan, dan Tirta Inovan, yang mulai melakukan riset sejak akhir 2015. Riset ini adalah pengembangan hasil penelitian Chandra Wahyu Purnomo, dosen pembimbing kelimanya. Dua tahun lalu, Chandra membuat alat pendeteksi boraks pada makanan. Dari sini, Andy, yang jadi ketua tim MADS, berpikir membuat pendeteksi merkuri karena prihatin terhadap maraknya penggunaan kosmetik berbahan air raksa.
Sebulan meriset, mereka akhirnya menciptakan MADS generasi pertama. Alat generasi awal ini mampu mengetahui keberadaan zat berbahaya tersebut pada makanan, obat, dan kosmetik. Sayangnya, peranti ini belum dapat mengukur jumlah kandungan merkurinya.
Mereka lantas mengembangkan MADS generasi kedua. Riset kali ini berlangsung selama dua bulan. Dari hasil penelitian itu, mereka menyempurnakan hasil kerja MADS. Perangkat ini sudah sanggup mendeteksi jumlah kandungan merkuri dalam makanan, obat, dan kosmetik. "Tapi masih dalam range data yang cukup besar," kata Andy, akhir Desember lalu. Ia pun berencana mengembangkan MADS generasi ketiga.
MADS terdiri atas beberapa komponen, seperti sinar monokromatik, lampu dan layar LED, baterai, photoreceptor, cuvet, dan slot. Sinar monokromatik berfungsi mengurai cahaya polikromatik (putih) jadi berbagai warna atau monokromatik, seperti merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu.
Photoreceptor berguna mendeteksi cahaya. Cuvet atau kotak kecil merupakan tempat menyimpan larutan dari obyek yang akan diuji. Umumnya cuvet terbuat dari kuarsa atau gelas dengan bentuk persegi panjang dan lebar 1 sentimeter.
Berikutnya, sensor akan membaca kandungan merkuri dalam larutan, serta baterai sebagai sumber energi dari alat yang dapat diisi ulang. Semua komponen tersebut dirangkai menjadi satu, lalu ditempatkan dalam wadah berbentuk persegi empat berukuran panjang 150 milimeter, lebar 50 mm, dan tinggi 25 mm.
Andy mengatakan prinsip kerja MADS serupa dengan spektrofotometer atau alat pengukur absorbansi atau polarisasi dari cahaya yang terserap oleh bahan kimia.
Setiap makanan atau obat yang diteliti kandungan merkurinya lebih dulu dilarutkan, lalu ditembak dengan sinar monokromatik.
Sebelum sampai ke obyek, cahaya akan terurai jadi beberapa warna saat menembus cuvet. Hanya satu jenis sinar dengan panjang gelombang tunggal yang akan mengenai obyek.
Photoreceptor menangkap cahaya yang diteruskan oleh obyek, lalu mengubahnya jadi arus listrik. Sistem baca pada MADS akan menganalisis arus listrik yang diserap photoreceptor untuk mengetahui kandungan merkurinya.
Andy mengatakan keunggulan MADS adalah bentuknya yang portabel sehingga mudah dibawa ke mana-mana. Selain itu, biaya produksinya hanya Rp 1 juta, jauh lebih murah ketimbang Spektrofotometer Serapan Atom (AAS), alat pendeteksi merkuri, yang harganya mencapai Rp 100 juta.
Kerja keras Andy dkk mendapat banyak apresiasi. Mereka dua kali menjuarai lomba inovasi internasional, yaitu di Toronto, Kanada, pada Agustus 2016, dan di Port Dickson, Malaysia, pada November 2016. Adapun hak patennya akan didaftarkan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
1. Larutkan makanan atau obat yang diteliti dengan air.
2. Tuangkan larutan ke dalam cuvet.
3. Letakkan cuvet pada slot di MADS.
4. Tekan tombol "on".
5. Sinari larutan sehingga cahaya terdispersi atau tersebar dari sinar polikromatik (putih) jadi monokromatik (merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu). Photoreceptor menangkap hasil dispersi larutan. Sistem baca (read out) membaca kandungan merkuri dari arus listrik yang diserap photoreceptor. Satu cahaya dengan gelombang tunggal sampai ke larutan.
6. Jumlah kandungan merkuri akan muncul di layar LED.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo