Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Pembersih Kaca ala Daun Talas

15 Februari 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRIHATIN melihat orang membersihkan kaca gedung dengan bergelantungan di dinding, Tuah Kudratzat berinisiatif mencari cara yang lebih mudah, aman, dan murah. Inspirasinya datang dari daun talas: di atas daun talas, air terikat menjadi butiran yang lincah bergerak ke sana-kemari, menggulung kotoran.

Siswa kelas XII ilmu pengetahuan alam 2 SMA Negeri 3 Semarang ini lalu mengajak teman sekolahnya, Sekarini Wening Ayu, bersama-sama meneliti. Awal tahun lalu, keduanya membuat proposal dan mengirimkannya ke Lomba Karya Ilmiah Remaja ke-47, yang diadakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Mereka hendak membuat bubuk pembersih yang bekerja secara mandiri. Ide mereka diterima, masuk 50 besar dari 2.000 proposal.

Mulanya mereka meneliti daun talas. Beragam cara mereka lakukan agar daun talas menghasilkan zat pembersih mandiri. Mereka pernah menghaluskannya, merebus dengan air, dan merebus dengan air garam. Pernah pula mereka mencampur daun talas dengan larutan zink klorida dan asam klorida. "Semua zat yang dihasilkan gagal saat diuji coba," kata Sekarini, Kamis dua pekan lalu.

Hingga suatu ketika Ananto, peneliti LIPI yang menjadi mentor keduanya, memberikan sebuah makalah untuk dipelajari. Dari sana mereka mengenal pyrex atau kaca borosilikat (SiO2), kaca hasil campuran silika dan oksida boron, yang dipakai untuk membuat peralatan laboratorium. Idenya, bubuk borosilikat yang ditebar di permukaan benda akan mengikat air sehingga menjadi butiran seperti pada daun talas, dan mampu menggulung kotoran.

Karena riset ini rumit, keduanya melakukan penelitian di laboratorium Universitas Diponegoro, Semarang. "Kami melakukan riset selama delapan bulan," kata Tuah. Mereka menamakan bubuk itu self-cleaning material dari limbah borosilicate glass.

Percobaan pada papan multipleks cukup memuaskan. Terbentuk butiran-butiran air pada permukaan multipleks yang sudah ditaburi self-cleaning material, saat disiram air.

Menurut Tuah, teknologi seperti ini telah diaplikasikan di Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang. Bedanya, di ketiga negara itu bahan yang digunakan titanium oksida dan zink oksida. "Kami memakai borosilikat, yang bahan bakunya melimpah di dalam kerak bumi," katanya. Dia membayangkan, kalau sudah sempurna, bubuk temuan mereka cuma perlu disemprotkan ke kaca gedung-gedung tinggi dan ketika hujan turun kaca akan bersih dengan sendirinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus