DENGAN laju pertumbuhan konsumsi seperti sekarang, sumber daya uranium dunia diperkirakan hanya bisa bertahan hingga pertengahan abad ke-21. Setelah itu, orang akan berpaling pada reaktor pembiak cepat (fast breeding reactor). Selain Prancis, negara lain yang termasuk maju dalam teknologi reaktor pembiak cepat ialah Amerika Serikat, Jepang, Uni Soviet, dan Inggris. Namun, di banyak tempat, rencana membangun reaktor pembiak cepat masih terkatung-katung. Masalah utama ialah biaya. Untuk membangun reaktor pembiak cepat yang mampu membangkitkan listrik 1.000 MW, dibutuhkan sekitar Rp 1,5 trilyun - dua kali biaya membangun reaktor konvensional dengan kapasitas sama. Keuntungannya, reaktor jenis pembiak menghasilkan lebih banyak bahan bakar dari jumlah yang dihabiskannya. Kenyataan ini sangat berguna bila sumber daya energi fosil telah menyusut. Inggris, dengan harapan memperoleh teknologi nuklir dengan biaya rendah, sedang mempertimbangkan kerja sama dengan Prancis dalam pembangunan reaktor pembiak cepat. Mungkin juga Inggris akan bergabung dengan konsorsium Eropa dalam menangani reaktor pembiak ini. Konsorsium itu terdiri dan Prancis, Jerman Barat, dan Italia. Prancis memang lebih maju. Mereka sudah mengoperasikan satu reaktor jenis itu, dengan nama Phoenix. Versi komersial yang disempurnakan diberi nama Super-Phoenix, dan diharapkan beroperasi akhir tahun ini, atau awal tahun depan. Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Soviet, memiliki reaktor pembiak sekadar untuk penelitian. AS juga memikirkan pembuatan versi komersial. Tapi mereka terbentur pada Kongres, yang mungkin tidak menyetujui pembangunan reaktor ini mengingat biayanya yang besar. Kini, 30% kebutuhan listrik Prancis berasal dari nuklir. Sejarah penguasaan teknologi pembiak mereka telah menempuh jalan panjang hingga mereka sangat berpengalaman. Untuk mendinginkan reaktor jenis ini, Prancis tidak menggunakan air, melainkan natrium cair. Sejak dioperasikan, 1973, beberapa kali Phoenix istirahat untuk mengatasi berbagai kesulitan yang timbul. Kini, para ahli Prancis yakin mereka telah menguasai seluk-beluknya. Mereka juga menempuh berbagai upaya untuk menekan biaya. Reaktor pembiak generasi kedua, Super-Phoenix 11, diharapkan bisa dibangun dengan biaya 40% ebih rendah dari generasi pertama. Reaktor ini direncanakan beroperasi pada 1986 mendatang. M.T. Zen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini