Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TELUR ayam menjadi salah satu bahan pangan yang banyak dikonsumsi masyarakat. Ukuran serta cangkang yang tebal dan tidak mudah pecah biasanya dijadikan patokan kualitas telur ayam. Padahal faktor penentu utama mutu telur ada di bagian dalam, yaitu kondisi kuning dan putih telur.
Tim periset dari Universitas Padjadjaran dan Telkom University, Bandung, membuat perangkat detektor EggQuality alias EggQ yang bisa mengukur kualitas isi telur ayam. ”Kami mau mengganti metode konvensional agar lebih akurat dan terverifikasi,” kata anggota tim, Hicary Jung.
Perangkat itu turut dipamerkan dalam acara forum ITB-CEO Net & Entrepreneurship Festival di Aula Timur Institut Teknologi Bandung pada 18 September lalu. EggQ berbentuk seperti boks berbobot sekitar 2 kilogram dan dilengkapi layar monitor 5 inci serta kamera 13 megapiksel dengan sistem operasi Android versi 5.1 Lollipop.
-Ilustrasi: Djunaedi
Perangkat EggQ bekerja dengan meng-ukur kondisi cairan telur. Ditampung di sebidang papan di dalam kotak, putih telur akan diukur ketinggiannya dari samping dan diameternya oleh sistem EggQ. ”Makin tinggi putih telur, berarti telur sangat segar dan kandungan proteinnya bagus,” tutur Hicary.
Telur yang diperiksa adalah sampel dari pengumpulan telur ayam pada jam dan hari tertentu. Sampel hingga sepuluh telur bisa mewakili hasil panen hingga seratus butir. Telur-telur yang sudah diperiksa sebagai sampel itu kemudian diolah menjadi makanan.
Perangkat EggQ juga dilengkapi kategori penilaian otomatis. Tim peneliti membuat algoritma pengukuran khusus untuk menilai kualitas isi telur ayam. Penghitungan itu mengacu pada satuan Haugh (HU), yang dibuat Raymond Haugh pada 1937. Nilai satuan Haugh mengukur ketebalan putih telur pada bidang datar dan dikombinasikan dengan berat telur.
Riset perangkat EggQ dimulai pada 2017. Pembuatan perangkat ini berawal dari riset tim peneliti Universitas Padjadjaran tentang putih telur sebagai indikator telur ayam yang berkualitas dan berprotein bagus. Pengukuran putih telur sebelumnya dilakukan secara manual. Tim dari Telkom University kemudian bergabung untuk membuat metodenya lebih canggih di era digital.
Riset ini mendapat bantuan dana dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Tim menghabiskan biaya sebesar Rp 10,5 juta untuk membuat satu perangkat EggQ. ”Targetnya bukan konsumen, tapi distributor atau pengumpul telur,” ujar Hicary.
Menurut Hicary, EggQ bisa membantu hasil ternak ayam lokal bersaing dengan produk impor. Selama ini, untuk menghasilkan telur yang baik, induk ayam dan pakan sebagian besar diimpor. ”Mengembangkan telur ayam cukup sulit karena petani bergantung pada impor itu,” katanya.
Padahal peternak memiliki induk ayam petelur dan pakan lokal. Produk telurnya memang tidak sebagus hasil ayam petelur impor. Ukurannya lebih kecil dan tampilan cangkangnya kurang elok. ”Konsumen melihat kualitas telur dari tampilan luar saja,” ucap Hicary. ”Karena kualitas telur sekarang sudah bisa diukur, semoga peternak ayam lokal lebih percaya diri.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo