KESIBUKAN meningkat di beberapa perusahaan komputer. Mereka
sedang berbenah untuk meraih lebih banyak konsumen lewat Expo
Komputer yang berlangsung di Balai Sidang Senayan, Jakarta 21 -
24 Oktober.
"Kami akan memamerkan mesin baru IBM 3279 dengan terminal baru,"
ujar Ir. G. Sumariyono, Kepala Hubungan Masyarakat PT IBM
Indonesia 81 ruangan kerjanya di Wisma Metropolitan, Jakarta.
Ia tidak menyebutkan berapa harga mesin baru itu. Tapi harga
jual memang kurang penting bagi perusahaan komputer tersebut,
karena hampir seluruh komputer IBM yang beredar berstatus sewa.
Banyak instansi pemerintah menyewa komputer merk IBM ini di
samping sejumlah perusahaan swasta. "Kami juga menjual langsung.
Pesan dulu, setahun kemudian baru komputer dikirim. Karena mesin
itu dibuat berdasarkan pesanan pembeli," kata Sumariyono.
IBM Indonesia dengan agen tunggal PT Usaha Sistem Informasi
(USI) kini menyewakan 100 mesin komputer yang dipasang di
seluruh Indonesia. "Mulai dari yang terkecil hingga yang
sophisticated ," kata J .P. Subandono, Dir-Ut PT USI Jaya.
Kalangan pengusaha komputer memperkirakan mesin yang dipasang
IBM paling tinggi nilainya dibandingkan dengan merk lain. Ini
mungkin berkat sejarah perusahaan itu yang memang cukup panjang
di sini. Menurut cerita Sumadiyono, IBM sejak 1938 sudah
beroperasi di sini. Waktu itu namanya Watson's Bedrijfmachines
Java NV.
Cerah
Popularitas IBM kelihatannya ingin direbut oleh Wang, sebuah
perusahaan komputer terbesar ke 6 di dunia yang didirikan An
Wang, kelahiran Shanghai. Masuk ke Indonesia tahun 1972 tiap
tahun perusahaan ini mengeluarkan Rp 50 juta untuk iklan.
Hasilnya? "Paling tidak kami sudah dikenal orang," jawab Paul
Spencer Wechtel, Kepala Humas PT Metrodata Indonesia, agen Wang.
Selain ongkos promosi yang tinggi, pemasaran Wang dilakukan
dengan pencarian konsumen yang agresif. "Kami tak menunggu tapi
mengejar pemakai. Iklan memang harus bersaing dengan IBM. Sebab
bagi masyarakat saat ini IBM itu identik dengan komputer," kata
Paul.
Melalui selebaran, Wang--yang pusatnya di Massachussets,
AS--malahan mengaku sebagai perusahaan terbesar. Tapi
sebagaimana dikatakan Ir. Ichyar Musa, Wakil Ketua Asosiasi
Perusahaan Nasional Informatika (APNI), sulit untuk membenarkan
pernyataan seperti itu. "Kita hitung instalasinya atau nilai
uangnya?" dia bertanya. Kalau dari jumlah instalasi, Wang
mungkin sudah di atas. "Sudah 140 instalasi kami saat ini," kata
Paul Spencer bangga.
Tak mau ketinggalan NV Soedarpo Corporation, pengedar dua mesin
komputer dari Amerika Serikat masing-masing Sperry Univac dan
GCS. Perusahaan yang bergerak sejak 1958 itu kini sedang
menggarap pemasangan enam komputer baru di beberapa instansi
pemerintah dengan harga total Rp 800 juta. "Kami memang kecil
dibandingkan dengan IBM. Tapi bisnis ini punya prospek cerah.
Tahun depan kami akan menggencarkan iklan," kata Usmawi Saleh,
Manajer Umum NV Soedarpo.
Selama ini perusahaan milik Soedarpo Sastrosatomo, Dir-Ut PT
Samudera Indonesia itu, untuk kalangan tertentu cuma dikenal
sebagai pemilik perusahaan pelayaran. Padahal kini dia sudah
memasangkan 36 instalasi komputer dengan nilai Rp 5,9 milyar.
Perusahaan-perusahaan mesin pintar itu menyadari iklan saja tak
cukup. Lobby ikut memperlancar pemasaran. Terutama untuk
instansi pemerintah.
Memang sudah ada Badan Kerjasama Otomatisasi Administrasi Negara
(Bakotan) yang menentukan apakah sesuatu instansi pemerintah
perlu memakai mesin pintar. "Tetapi lembaga ini tidak mempunyai
ahli komputer yang menguasai semua jenis mesin. Dikhawatirkan
dalam menentukan pilihan merk mesin kurang cermat," kata seorang
pengusaha. Untuk menutupi kekurangan itu mungkin APNI bisa
membantu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini