Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Penyaring Mikroplastik Limbah Cucian

Serat halus pakaian yang terbuat dari nilon atau poliester dapat terlepas dalam pencucian dengan mesin cuci. Penyaring khusus menahan pencemar itu lolos ke perairan.

16 November 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi: Djunaedi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEGIATAN sehari-hari masyarakat, seperti penggunaan detergen, sabun cuci muka, juga pakaian, berkontribusi menghasilkan mikroplastik dalam limbah rumah tangga. Tim mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia mengembangkan teknologi mikrofilter untuk mengurangi kandungan mikroplastik dalam air limbah.

Filter mikro tersebut dirancang Michael Ahli, mahasiswa Program Studi Teknik Perkapalan UI, bersama Virginia Avrilla dan Jilan Athaya Lubis dari Program Studi Teknik Lingkungan UI. Penyaring itu dibuat dari blok karbon yang memiliki pori-pori sangat kecil. Filter tersebut dapat menyaring hingga 90 persen mikroplastik.

Menurut Virginia, ide pembuatan penyaring berukuran mikrometer ini berasal dari sebuah penelitian pada 2011 yang menunjukkan kontaminasi mikroplastik di laut telah meluas. Mereka lalu berusaha membuat teknologi mikrofilter yang dapat mengurangi kandungan mikroplastik dalam limbah cair. “Hal ini menjadi permasalahan serius yang harus segera diatasi,” kata Virginia dalam keterangan tertulis kampus pada Rabu, 6 November lalu.

Dalam penelitiannya, para mahasiswa itu berfokus pada limbah mikroplastik berupa mikrofilter. Limbah ini biasa dihasilkan dari proses pencucian pakaian menggunakan mesin cuci. Berkat ide pembuatan mikrofilter ini, tim mahasiswa UI menjadi juara pertama lomba karya tulis ilmiah Maritime Festival 2019 di Universitas Diponegoro, Semarang.

Limbah mikroplastik mudah tersebar. Salah satu sumbernya bisa dilacak dari label pakaian yang digunakan. Sering dijumpai label bertulisan 100 persen nilon atau 100 persen poliester. Pakaian yang terbuat dari nilon dan poliester mengandung mikrofiber yang akan terlepas dalam pencucian.

Mikrofiber yang terbuang bersama air limbah cucian itu kemudian ikut terbuang. Limbah itu bisa terus terbawa arus air yang kemudian bermuara di laut dan menambah pencemaran mikroplastik. Biota di laut juga berpotensi terkontaminasi. Kontaminasi mikroplastik pun bisa menghinggapi manusia yang mengkonsumsi produk perikanan laut. Tim mahasiswa UI ini berusaha memutusnya dengan penyaring mikroplastik.

Para mahasiswa membuat penyaring menggunakan bahan yang mudah didapat dan murah. Instalasinya pun tidak sulit. Blok karbon dapat diperoleh dengan harga Rp 11 ribu. Adapun cartridge atau wadah penyaring bisa dibeli dengan harga Rp 40 ribu. Mikrofilter ini akan ditempatkan di pipa pembuangan mesin cuci.

Solusi yang ditawarkan Virginia dan koleganya sangat mudah diterapkan dalam masyarakat. Menurut Virginia, pencemaran mikroplastik sudah menjadi permasalahan massal. “Diperlukan solusi yang juga dapat disebarkan secara massal,” tuturnya.

Ilustrasi: Djunaedi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus