Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Pesta Hampir Batal

2 Februari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Awan hitam yang menggantung di atas Observatorium Bosscha, Lembang, Bandung, tak kunjung pergi. Kegelisahan Dr Mahasena Putra, Ketua Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung, memuncak saat gerimis membasahi bumi. Padahal ia dan timnya sudah menyiapkan segudang rencana untuk menyiarkan peristiwa gerhana matahari cincin secara langsung lewat dunia maya.

Dosen dan mahasiswa dikirim ke tempat-tempat cincin gerhana sempurna terlihat. Dari lintasan gerhana, pilihan lokasi pengamatan jatuh di Kota Agung (Lampung), Bandar Lampung, dan Pantai Carita (Banten). Di sana, bentuk cincin gerhana matahari tampak paling sempurna karena berada tepat di lin­tasan ba­yangan bulan (umbra). Dari langit di atas Bosscha serta sebagian wilayah Indonesia yang berada di bawah bayang-bayang penumbra, gerhana berupa sabit.

Menjelang pukul tiga sore, harapan Mahasena susut. Di hampir semua lokasi yang didatangi koleganya, mendung menggantung seperti yang membayang di langit Bosscha. Kabar gembira tentang cuaca yang cerah sempat datang lewat pesan pendek dari mahasiswanya yang dikirim ke Kota Agung. Tapi tak lama, kabar buruk tiba, mendung menggantung di sana.

Cuaca buruk bukan satu-satunya kabar buruk hari itu. Mahasena mengatakan kans untuk bersiaran langsung lewat streaming via Internet nyaris nol. Masalahnya, ujar dia, koneksi Internet via telepon seluler yang sedianya bakal digunakan untuk mengirim gambar hidup ternyata lelet. Meski begitu, gambar foto proses gerhana tetap bisa diterimanya.

Nyaris bersamaan waktunya, saat bayangan bulan mulai mengiris bulatan matahari, mendung perlahan menyingkir. Sayangnya, cuaca cerah itu tak lama. Awan kembali berarak menutupi matahari. Tapi, saat awan tipis menggantung, bentuk gerhana matahari tertera di selanya, mengobati kekecewaan para pe­ngunjung Bosscha. ”Di sini kita berhasil melihat puncak gerhana dari sela-sela awan,” kata Mahasena.

Ahmad Fikri (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus