Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ahmad Wildan bergegas menuju alun-alun Kota Serang. Berbekal informasi dari media cetak dan elektronik, ia dan beberapa rekannya tak mau ketinggalan menyaksikan fenomena alam yang belum pernah mereka lihat: gerhana matahari cincin. ”Kami ingin melihat langsung,” kata warga Cipocok Jaya, Banten, itu bersemangat.
Di sana sudah banyak warga yang berkumpul. Ada yang memanjat menara masjid, ada pula yang menaiki mercusuar Pantai Anyer. Mereka ingin melihat dengan jelas fenomena alam tersebut. Padahal mereka hanya dilengkapi alat sederhana. Pada Senin sore pekan lalu itu, gerhana mulai terjadi tepat pukul 15.19 waktu setempat. Puncaknya pada pukul 16.40.
Selain masyarakat awam, di tempat itu berkumpul beberapa peneliti, baik dari dalam maupun luar negeri. Teleskop Coronado—alat khusus untuk mengamati matahari—kamera foto, dan video menjadi senjata mereka. ”Anyer tempat yang baik melakukan pengamatan.” kata Syahrin Ahmad, peneliti dari Universiti Malaya, Malaysia.
Sebanyak 34 peneliti dari Universitas Pendidikan Indonesia Bandung tak kalah sigap. Berbagai perlengkapan canggih mereka bawa. Menurut Taufik Ramlan Ramalis, Ketua Jurusan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Anyer dipilih karena letaknya strategis, langitnya lebih cerah, dan jarak tempuh dari Bandung tidak terlalu jauh. Meski begitu, ia mengakui posisi paling ideal sebenarnya di Selat Sunda. ”Sekitar 50-60 kilometer dari Anyer,” katanya.
Toh, hal itu tak menyurutkan antusiasme masyarakat untuk menikmati fenomena alam tersebut. Sebab, baru kali ini gerhana matahari cincin dapat terlihat hampir di seluruh Tanah Air. Sedangkan peristiwa serupa mungkin baru akan terjadi 20 tahun lagi. ”Kita tidak akan melihat gerhana matahari dalam waktu dekat di tempat yang sama,” ucap pakar astronomi Prof Dr Bambang Hidayat, mantan Kepala Observatorium Bosscha.
Meski begitu, dalam kurun satu tahun ke depan, wilayah Indonesia masih akan dilintasi peristiwa dua gerhana matahari, yakni pada 22 Juli 2009 dan 15 Januari 2010. Namun, berbeda dengan peristiwa pekan lalu, hanya wilayah Indonesia bagian utara yang dapat menikmatinya.
Pada 22 Juli nanti diperkirakan akan terjadi gerhana matahari total. Gerhana tersebut secara utuh dapat dilihat di Shanghai, Cina. Sedangkan di Indonesia, seperti di Banda Aceh, Jayapura, Manado, Medan, Padang, Palu, Pekanbaru, Pontianak, Samarinda, Sorong, dan Ternate, hanya terlihat sebagian kecil piringan matahari yang tertutup bulan. Pada 15 Januari tahun depan, kejadian serupa hanya dapat diamati dari wilayah Indonesia bagian utara.
Menurut Bambang Hidayat, gerhana matahari cincin pada 26 Januari lalu sebenarnya tidak terlalu istimewa. Itu hanya peristiwa alam biasa. Bahkan ia mengaku sama sekali tidak ikut mengamati gerhana tersebut. Berbeda dengan gerhana matahari total, tak banyak peristiwa yang dapat diamati saat terjadi gerhana matahari cincin.
”Gerhana matahari cincin, dilihat dari ilmu pengetahuan, fungsinya memang kurang dibandingkan dengan gerhana matahari total, tapi untuk pendidikan memiliki arti penting,” kata Bambang. ”Yang utama dari peristiwa gerhana matahari cincin adalah penentuan waktu terjadinya. Tepat atau tidak.”
Pada saat terjadi gerhana matahari total, astronom cenderung meneliti fenomena angkasa luar atau bagian paling luar matahari. Saat bulan menutupi matahari secara sempurna, akan tampak jenis gas apa saja yang ada di atmosfer matahari. Adapun gerhana matahari cincin tidak pernah digunakan untuk mengamati atmosfer matahari karena gas-gas tersebut tidak tampak.
Selain astronom, para ahli biologi akan memanfaatkan gerhana matahari total untuk meneliti pengaruhnya terhadap kehidupan satwa dan tumbuhan. Pada gerhana matahari total 1983 di Indonesia, para peneliti dari Universitas Satya Wacana, Salatiga, menemukan adanya dampak terhadap kehidupan ikan.
Sedangkan fenomena terjadinya tiga gerhana matahari dalam kurun satu tahun pun tidak dianggap sebagai hal luar biasa. Menurut Bambang, dalam setahun bahkan bisa terjadi tiga gerhana matahari dan dua gerhana bulan atau sebaliknya karena setiap bulan bumi melewati permukaan matahari. ”Hanya, tempatnya berbeda-beda.”
Bahkan bisa saja terjadi gerhana matahari setiap bulan seandainya perjalanan atau garis edar bulan beririsan dengan garis edar bumi mengelilingi matahari. ”Tapi untung saja garis edar bulan dan bumi ada perbedaan sekitar lima derajat sehingga peristiwa itu tidak terjadi,” ucap Bambang.
Firman Atmakusuma, Mabsuti Ibnu Marhas (Banten)
Peristiwa tiga gerhana matahari dalam kurun satu tahun menyinggung wilayah Indonesia. Setelah itu baru enam tahun berikut fenomena alam ini kembali terjadi.
26 Januari 2009
Peristiwa yang terjadi adalah gerhana matahari cincin. Itu lantaran ukuran bulan tidak cukup besar untuk menutupi seluruh piringan matahari. Gerhana terlihat sempurna di Kota Agung (Lampung), Bandar Lampung, dan Pantai Carita (Banten). Puncaknya terjadi pada pukul 16.40 WIB.
22 Juli 2009
Gerhana matahari total terjadi pada tanggal ini. Akan terlihat sempurna di Shanghai, Cina. Bulan akan menutupi seluruh piringan matahari. Astronom dapat mengobservasi fenomena angkasa luar atau bagian paling luar matahari. Di Indonesia, gerhana ini dapat dilihat di bagian utara meski tak sempurna.
15 Januari 2010
Seperti gerhana matahari pada Juli 2009, hanya wilayah Indonesia bagian utara saja yang dapat mengamati fenomena alam ini. Jalur gerhana yang dapat dilihat secara utuh melewati kawasan India dan Cina. Gerhana ini merupakan peristiwa terakahir yang melintasi Indonesia sebelum kembali terjadi pada 2016.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo