Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Profesor Penerima Nurtanio Award 2024 Ingin Hapus Stigma Mahal Studi Kedirgantaraan

Profesori ITB, penerima Nurtanio Award 2024, mengatakan minat studi kedirgantaraan di Indonesia masih rendah.

27 November 2024 | 21.24 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Penerima Nurtanio Award 2024, Lavi Rizki Zuhal, mengatakan minat studi kedirgantaraan di Indonesia masih rendah. Padahal, keberadaan ilmuwan dari bidang tersebut sangat dibutuhkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kita sebagai suatu negara yang besar dengan potensi yang luar biasa ini membutuhkan banyak sekali orang-orang yang mau fokus,” katanya usai menerima penghargaan di Kantor BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Selasa, 26 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lavi mengatakan akses untuk studi kedirgantaraan tidak selalu mahal. Hal itu berdasarkan pengalamannya selama menjadi dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB) hingga kini menjadi profesor bidang aerodinamika, yang menemui mahasiwa dengan kondisi ekonomi menengah.

Dijelaskannya, kedirgantaraan masuk di Fakultas Teknologi Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB. Jalur penerimaannya sama seperti banyak program studi lainnya, yakni bisa melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT), dan Seleksi Mandiri ITB (SM-ITB).

Selama kuliah, Lavi menambahkan, mahasiswa bisa mendapat sumber pendanaan dari beasiswa. "Saya mendorong mereka yang memiliki minat di bidang teknik kedirgantaraan, yang biasanya punya ketertarikan tentang pesawat atau roket sejak kecil," katanya sambil menambahkan keinginannya menyingkirkan stigma ‘mahal’ terhadap studi ini.

Lavi mengakui bidang kedirgantaraan memerlukan pendanaan besar untuk riset-risetnya. Tapi, bagi Lavi, itu menjadi sebuah tantangan untuk diri sendiri maupun sebagai dosen. Caranya, antara lain adalah mencari pendanaan untuk penelitian.

Berdasarkan situs ITB, Lavi telah memiliki publikasi karya ilmiah sebanyak 62. Lalu proyek yang sudah dia jalankan sebanyak 41. Berkat pencapaiannya, dia juga dipercaya sebagai peninjau jurnal internasional bereputasi tinggi.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko memberikan penghargaan Nurtanio Award kepada Profesor ITB Bidang Aerodinamika, Lavi Rizki Zuhal, di Gedung B. J. Habibie BRIN, 26 November 2024. TEMPO/M. Faiz Zaki

Selain itu, hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang sudah dipatenkan miliknya adalah 'Kipas Radiator dengan Torsi Rendah' pada 2018. Selain itu 'Metode untuk Mengidentifikasi Obyek Menggunakan Segmentasi Warna dan Kolerasi Silang' pada 2007. “Saya berhasil membuktikan bahwa di Indonesia itu kita bisa untuk menghasilkan sesuatu yang sebanding dengan yang dihasilkan di negara-negara lain,” ucapnya.

Lavi menyampaikan, untuk menambah minat peneliti muda mengembangkan riset, perlu juga adanya penghargaan seperti Nurtanio Award. Guru Besar ini menganggap gencarnya riset juga sebagai cara negara untuk bertahan hidup menyesuaikan perkembangan zaman.

“Karena ini mengeluarkan usaha untuk mempromosikan para peneliti, ilmuwan, teknolog, yang mudah-mudahan akan menambah minat generasi muda untuk berkecimpung di dunia riset,” katanya.

Selain itu, Lavi mengatakan penghargaan juga berpotensi menambah akses bagi peneliti untuk meraih pendanaan maupun proyek terbaru. Riset yang dihasilkan pun akan bermanfaat luas bagi publik maupun para generasi selanjutnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus