Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Pulpen Pentransfer Data

21 Juni 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berbagi data dengan rekan sekerja dalam satu ruangan? Oh, itu perkara mudah. Gunakan disket, e-mail, atau share saja di server. Beres. Tapi, kalau mau lebih cepat? Dr. Jun Rekimoto, ahli dari Sony Computer Science Laboratories di Tokyo, Jepang, punya jawabannya: pulpen digital.

Cukup gunakan pulpen ini di layar monitor, klik. File apa pun langsung diserap ke dalam memori pulpen. Jinjing saja pulpen ini, klik, letakkan ke layar monitor komputer lain yang membutuhkan data tadi, dalam seketika data itu mengalir ke tempat tujuan baru. Pulpen "Pick and Drop" ini memang dirancang penemunya buat memenuhi kebutuhan akan kecepatan dalam dunia bisnis yang berderak cepat.

Dinding Semu Susumu

Bayangkan ini: Anda mencari gedung perkantoran tempat Anda bekerja, tapi ternyata tak ada lagi di tempatnya. Kosong melompong! Gedung yang tadinya berdiri kukuh sekarang seolah lenyap ditelan bumi.

Semua itu bukan adegan film fiksi ilmiah bila temuan Susumu Tachi sudah lazim dipakai. Susumu bukanlah ilusionis David Copperfield, yang mampu menyembunyikan gedung besar dari pandangan, atau para koruptor di negeri kita yang mampu membuat aset-aset gedungnya tak tersentuh. Apa yang dilakukan Susumu sama persis dengan ciptaan dia sebelumnya, yaitu jaket tembus pandang.

Kunci sulapan Susumu adalah sebuah alat yang memproyeksikan gambar di balik dinding gedung, lalu gambar itu diproyeksikan pada bagian dinding di seberangnya. Jadilah mata kita menangkap kesan, sedang memandang menembusi tembok. Padahal, tembok tadi jadi semacam layar bioskop, memutarkan adegan yang terjadi di baliknya. Jadi, jika di balik gedung ada pohon dan mobil melintas, gambar pohon dan mobil itulah yang tampil di dinding di seberangnya, sehingga orang akan merasa melihat dengan "menembus" gedung.

Ikan Buntal Bebas Racun

Hanya sedikit orang yang bisa mencicipi rasa ikan buntal. Bukan apa-apa, inilah jenis makanan paling beracun. Begitu beracunnya, 30 orang dewasa bisa koit hanya dari racun yang terkandung di tubuh seekor ikan buntal. Itu sebabnya memakan ikan buntal adalah gengsi tersendiri, karena cuma sedikit restoran—umumnya di Jepang—dengan koki berpengalaman yang berani memasak ikan maut ini.

Tapi, jika Anda juga ngebet menyantap buntal, tak perlu cemas. Sejumlah ilmuwan Universitas Nagasaki Jepang—bangsa yang paling getol makan ikan segar—telah sukses membudidayakan ikan buntal tanpa racun dengan merekayasa pakan yang diberikan.

Menurut Professor Tamao Noguchi, yang mengepalai pembudidayaan, ikan buntal yang didedernya cuma diberi makan ikan makarel dan dijauhkan sama sekali dari kepiting, kerang, ataupun bintang laut yang biasa disantap buntal. Ternyata teknik sederhana ini mampu melunturkan racun yang terkandung dalam ikan buntal. Penghilangan pakan yang mengandung bisa ini sanggup menghasilkan buntal tanpa racun. Hasilnya, untuk tahap pertama Tamao mampu melahirkan 4.800 ekor ikan buntal tanpa racun.

Tapi tak semua orang suka pada temuan Tamao. Salah satunya Takeshi Yamasuge, pemilik restoran fugu di dekat Tokyo. "Saya tak melihat pentingnya racun dihilangkan, konsumen mau makan fugu ya karena ada racunnya itu. Mereka makan karena tertantang marabahaya," tandasnya.

Sumber: BBC, Ananova

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus