PENDIDIKAN pilot mahal sekali -- dan bila mereka mogok memang
tak mudah cari gantinya. Salah satu penyebab ongkos besar itu
ialah biaya menerbangkan pesawat.
Biaya menerbangkan pesawat jet jumbo seperti Boeing 747
misalnya, setiap jamnya sekitar AS$ 7.000 sampai AS$ 8.000 (Rp
4,5 - 5 juta). Banyak perusahaan penerbangan tidak mampu lagi
untuk melatih pilot mereka menggunakan pesawat sungguhan.
Terutama melatih pendaratan di semua pelabuhan udara yang
penting.
Tapi manusia memang banyak akal. Kenapa harus pakai pesawat
sungguhan? Karenanya tidak luar biasa ketika awak DC-10 milik
Air New Zealand yang jatuh di daerah Antarktika akhir tahun lalu
hanya memiliki pengalaman pendaratan di dua pelabuhan udara,
yaitu Auckland dan Christchurch. Pengalaman terbang selebihnya
diperoleh dari latihan dengan alat simulator dan video tape.
Alat simulator makin berperanan dalam program latihan pilot
pesawat jet raksasa masa kini. Teknologinya makin sempurna. Kini
peralatan itu mampu meniru semua kondisi yang mungkin bakal
dialami pilot -- dan bahkan lebih dari itu. Padahal, menggunakan
simulator hanya membutuhkan biaya sebesar AS$ 300 sampai AS$ 400
setiap jam (Rp 175.000 sampai Rp.250.000).
Suara Dalam Cockpit
Latihan dengan alat simulator modern begitu realistis hingga
pilot dapat menggunakannya untuk memperpanjang surat izin
terbang. Pejabat penerbangan sipil si Amerika Serikat dan Eropa
kelak bahkan mengizinkan semua latihan penting dilakukan dengan
simulator ini. Malah beberapa perusahaan penerbangan menyatakan
bahwa seorang pilot yang menghadapi pesawat jenis baru, sekarang
bisa dianggap cukup terlatih bila ia menerbangkan pesawat
sungguhan selama 1«-2 jam saja, asal ditambah dengan latihan
simulator.
Dengan alat simulator modern sekarang, seorang pilot dapat
melakukan apa saja yang mungkin ingin ia lakukan dengan pesawat
sebenarnya -- termasuk yang mungkin tidak ingin dilakukan,
seperti pendaratan darurat. Kotak tertutup alat simulator itu
terpasang setinggi 7 m di atas 6 tiang hidraulis. Di dalamnya
terdapat suatu cockpit lengkap dengan semua instrumen sampai
tombol sekecilnya pun. Di belakang pilot yang berlatih terdapat
meja instruktur, dilengkapi dengan peralatan yang mengulang
setiap gerakan, serta peta yang mencatat "rute" penerbangan.
Cockpit itu bukan main-main. Di sana bisa terdengar suara mesin
yang meniru raungan mesin jet pada setiap kecepatan. Terdapat
alat yang berbunyi atau mengeluarkan peringatan bila pilotnya
terbang terlalu rendah. Ke-6 tiang hidraulis dapat meniru gerak
percepatan serta getaran dan goncangan yang diakibatkan oleh
bagian hampa udara.
Perusahaan raksasa Boeing baru ini memesan 10 buah alat
simulator kepada pembuatnya Redifon di Inggris. Sebagian
direncanakan untuk melatih penggunaan pesawat Boeing yang baru,
B-757 dan B-767. Pilot Boeing sangat terkesan dengan sistem
hidrostatik yang dipakai simulator ini. Sistem ini meniru
tekanan pada kemudi dalam setiap keadaan, seperti pada pesawat
sebenarnya.
Hanya pemandangan keadaan luar-yang terlihat pada layar di luar
jendela cockpit simulator itu masih punya kekurangan. Meski
citra yang diatur oleh komputer sudah cukup meyakinkan, seperti
misalnya perubahan lapisan awan, sistem itu belum berhasil
meniru pandangan meluas ke samping. Padahal pandangan ini
penting, untuk terciptanya kesan gerak maju.
Kini peralatan komputer dari General Electric berhasil
mengurangi kepincangan ini. Sistem ini menggunakan beberapa
layar video. Dengan demikian dapat mengesankan gambaran situasi
bila sebuah pesawat jet berputar-putar di atas pelabuhan udara.
Tapi masih terdapat lowong yang terlalu nyata antara citra di
masing-masing layar itu.
Meski begitu, kesan "ini-bukan-mainan" dengan simulator kadang
berhasil menyebabkan pilot yang sedang dilatih berkeringat.
Dengan tersedianya komputer unggul dan kemampuan programming
yang terperinci sekali, alat simulator ini dapat meniru secara
meyakinkan semua keadaan yang mungkin dihadapi seorang pilot.
Misalnya ban pesawat yang pecah waktu mendarat atau terjadi
kegagalan mesin setelah lepas landas.
Peralatan yang dipesan Boeing kepada Redifon meliputi juga
microprocessor (unsur utama bagi komputer) berkekuatan 32-bit,
yang dibikin oleh System Engineering Laboratories di Florida,
AS, dan mampu melakukan 30 perhitungan setiap detik. Sistem
Redifon memiliki kemampuan komputer yang cukup untuk memonitor
setiap kegiatan sistem itu secara cermat. Bila muncul suatu
problem, segera dapat diketahui oleh ahli mekanik yang merawat
sistem itu, bagian mana yang harus diperhatikan.
Kini banyak pilot di dunia menerbangkan dan mendaratkan pesawat
jet jumbo penuh muatan di pelabuhan udara manapun, hanya
berbekal latihan berjam-jam di alat simulator, yang bagi setiap
jenis pesawat dibuat tersendiri. "Terbang" di darat tentu jauh
lebih murah, pasti lebih aman, tidak meggunakan bahan bakar
yang mahal dan tidak bising. Rajawali bisa juga terbang sendiri
-- tepat di muka bumi. Maka kini bisnis membuat simulator cukup
menarik dan cenderung untuk memasuki wilayah bisnis raksasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini