Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NAMA lengkap alat ini Established Self-Sustainable Alternative Source of Energy for Society from Salt Water and Using Reused Materials. Disingkat menjadi Edula. Penghasil listrik ini terbuat dari dua jenis limbah logam, yakni pelat tembaga dan lembaran aluminium.
Pencipta Edula adalah lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Tiga berasal dari Jurusan Teknik Kimia, yakni Faqih Nurfajrin, Ika Novita S., dan M. Shokhibul Izza. Dua lagi Yulisyah Putri Daulay dari Teknik Industri dan Muhammad Nabil Satria Faradis dari Teknik Mesin. Mereka dibimbing Himawan Tri Bayu Murti Petrus dari Center of Advanced Materials and Mineral Processing UGM.
Selain membutuhkan dua logam rongsokan tadi, Edula membutuhkan sejumlah komponen seperti tisu, kabel listrik, penjepit buaya, saklar, dua lampu light emitting diode (LED) 3 volt, dan air laut. Seluruh komponen ini dirangkai, lalu dipasang dalam wadah plastik berukuran 15 x 8 sentimeter.
Pelat tembaga berfungsi sebagai kutub katoda (positif) dan aluminium sebagai kutub anoda (negatif). Tak perlu material baru. ”Pelat tembaga bisa diperoleh dari sisa furnitur dan lembaran aluminium dari kaleng minuman bersoda,” kata Ika Novita, Rabu pekan lalu.
Adapun tisu digunakan sebagai pembatas antara tembaga dan aluminium. Penjepit buaya berfungsi untuk menjepit kabel yang tersambung ke sumbu katoda dan anoda. Sedangkan air laut berperan sebagai penghantar elektron dari kutub positif ke negatif.
Menurut Ika, ide pembuatan Edula tebersit ketika mereka berniat mengikuti lomba inovasi internasional di Singapura, Desember tahun lalu. Kelimanya sepakat membuat alat penghasil setrum yang terbarukan dan ramah lingkungan. Selanjutnya riset dilakukan selama dua bulan di laboratorium Teknik Mesin dan Teknik Kimia UGM. Edula sukses lahir pada Maret lalu.
Edula menggunakan prinsip kerja reaksi reduksi dan oksidasi. Tembaga mengalami reaksi reduksi dan aluminium reaksi oksidasi. Kedua logam melepaskan elektron ketika dicelupkan ke dalam air laut. Aliran elektron terjadi karena perbedaan potensial antara anoda dan katoda. Perbedaan potensial ini yang menghasilkan listrik.
Setrum yang dihasilkan Edula sanggup menghidupkan lampu. Selain itu, dapat dimanfaatkan untuk menyalakan alat-alat elektronik. Tapi, jika hendak dipakai untuk menghidupkan alat berkapasitas listrik lebih besar, lembaran tembaga-aluminium mesti lebih banyak. ”Tergantung kebutuhan,” ujar Ika.
Kerja keras Ika dan teman-teman ini berbuah Merit Award di International Energy Innovation Challenge 2016 di Singapura, Juli lalu.
Potong lembaran tembaga dan aluminium dengan ukuran 10 x 7 cm, masing-masing enam lembar.
Balut setiap lembarnya dengan tisu, tapi biarkan salah satu ujungnya tetap terbuka.
Susun setiap lembar pelat tembaga dan aluminium. Ujung logam yang tidak tertutup tisu ditempatkan di kutub berbeda.
Gulung susunan lembaran tembaga dan aluminium sekecil-kecilnya.
Sambungkan kabel pada setiap ujung gulungan tembaga-aluminium, lalu jepit. Satu ujung kabel tersambung ke saklar dan lampu. Satu lagi terhubung secara paralel ke gulungan lain.
Masukkan rangkaian ke dalam wadah dan tuang air laut ke dalam wadah sampai menutupi separuh gulungan logam.
Tekan saklar, lampu menyala. Satu gulungan tembaga-aluminium menghasilkan 0,5 volt (6 lembar sebanyak 3 volt).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo