Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Para peneliti menyampaikan kajian rencana kelanjutan riset situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, kepada Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan jajarannya. Dikirimkan pula berbagai hasil verifikasi terhadap berita-berita soal Gunung Padang. Seperti diketahui, publikasi hasil riset situs megalitik itu yang menyebutnya sebagai piramida tertua di dunia mengalami pencabutan (retracted) dari jurnal ilmiah yang pernah memuatnya pada Maret tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arkeolog dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Lutfi Yondri mengatakan, hasil riset dari Lembaga Arkeologi Indonesia tentang Gunung Padang telah disampaikan kepada menteri pada Sabtu lalu. Pengiriman bahan riset itu, menurut Lutfi, menjawab permintaan studi lanjutan situs Gunung Padang oleh pemerintah sejak Desember 2024. “Saya kirim via WA (WhatsApp) ke menteri maupun Sekretaris Menteri Kebudayaan,” ujarnya kepada Tempo, Rabu 8 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari sisi keilmuan, Lutfi menyatakan, Gunung Padang bisa dilihat sebagai lingkungan fisik dan budaya sebagai situs arkeologi. Diterangkannya, situs itu dibangun oleh nenek moyang pada sebuah masa yang diteliti berdasarkan konstruksi yang ditemukan.
Lutfi termasuk yang kontra pada kesimpulan Situs Gunung Padang adalah bangunan piramida yang dibuat ribuan tahun silam. “Kalau mencari piramida saya sudah katakan itu tidak ada, sebuah pekerjaan yang sia-sia,” katanya menambahkan.
Dia menegaskan tidak akan ikut tim riset yang bertujuan mencari piramida di Situs Gunung Padang. Sebagai cagar budaya nasional, menurut Lutfi, riset lanjutan situs itu diharapkannya mengenai pengembangan dan pemanfatan untuk kesejahteraan masyarakat sesuai amanat Undang-undang Cagar Budaya.
Sementara, Ketua Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) Gunung Padang Danny Hilman Natawidjaja juga menyatakan telah menyampaikan hasil penelitian saat bertemu dengan Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha Djumaryo beberapa pekan lalu. Dia mengatakan kalau kementerian tertarik dan akan mendiskusikannya dengan pikiran yang lebih tebuka, lebih saintifik.
"Sehingga mudah-mudahan perbedaan pendapat di kalangan peneliti bisa selesai ada titik temu sehingga penelitian bisa dilanjutkan lagi,” tuturnya kepada Tempo, Rabu 8 Januari 2025.
Sebelumnya, hasil riset tim tersebut sempat dipublikasikan dengan judul Geo-archaeological prospecting of Gunung Padang buried prehistoric pyramid in West Java, Indonesia di jurnal Archaeological Prospection sejak 20 Oktober 2023. Namun, artikel ilmiah itu ditarik kembali oleh penerbit John Wiley & Sons pada 18 Maret 2024.
Menurut Danny, Situs Gunung Padang penting untuk menguak sejarah yang sebenarnya. “Jangan salah ini bukan masalah kita dengan yang against-nya, ini masalah negara,” ujar Danny yang menjadi peneliti utama dalam publikasi yang dicabut oleh jurnalnya itu.
Ilmuwan dan peneliti bidang geologi di BRIN tersebut optimistis dukungan pemerintah terhadap riset lanjutan situs Gunung Padang bisa menghasilkan penelitian yang lebih baik lagi dengan metode lebih canggih dan peralatan memadai. Misalnya untuk memastikan dugaan chamber atau ruangan di bawah konstruksi situs Gunung Padang.