Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Rumput Laut Berdaun Kertas

Tiga jenis rumput laut Indonesia cocok untuk bahan membuat bubur kertas. Samsung bakal membuat pabrik di Lombok.

19 November 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Program diet membawa keberuntungan bagi Churl Hack You. Suatu hari, agar-agar yang menjadi menu dietnya jatuh ke lantai rumahnya. Dia punguti ceceran makanan yang kenyal itu. Sambil memungut, ia berpikir cepat tentang bermacam-macam kegunaan agar-agar. Lalu pria Korea Selatan ini sampai pada pertanyaan, ”Mengapa kita tidak membuat kertas dari agar-agar?”

You lantas mencari referensi jenis rumput laut yang bisa menjadi bahan baku pulp atau bubur kertas. Agar-agar memang terbuat dari rumput laut atau algae. Lulusan fakultas sastra ini juga menyambangi Amerika, Jepang, Cina, Vietnam, dan Thailand untuk melakukan penelitian. Akhirnya, pada 2004, dia mendapat paten dari Korea dan Amerika Serikat untuk metode membuat pulp dari rumput laut kelas Rhodophyceae atau algae merah.

Namun dia belum puas karena rumput laut merah itu lebih cocok hidup di daerah tropis. Di Negeri Ginseng yang subtropis, algae merah cuma bisa dipanen saat musim panas, Mei dan Juni. Sampailah dia ke Indonesia dan bertemu dengan Grevo Gerungan, dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Sejak tahun lalu, keduanya melakukan budi daya algae merah di pesisir Nusa Lembongan, Bali, dan Lombok. Mereka menggunakan laboratorium Balai Budi Daya Lombok milik Departemen Kelautan dan Perikanan. Setelah uji coba, Grevo, pakar rumput laut, menemukan bahwa marga Ptilophora, Pterocladia capillacea, dan beludru memiliki keunggulan untuk bahan baku pulp. ”Seratnya sangat kuat dan panjang,” ujar Grevo, doktor rumput laut dari Universitas Hokaido, Jepang.

Di laboratorium tersebut dilakukan perkawinan rumput laut untuk mendapatkan bibit unggul. Warga juga diajak membudidayakan rumput laut tiga marga itu. Tahun depan, rencananya bakal dibuat pabrik pulp dari algae merah di Lombok. ”Kami bekerja sama membuat proyek percontohan itu,” kata Jana Tjahjana Anggadiredja, Ketua Masyarakat Rumput Laut Indonesia. Dalam kongres asosiasi ini bulan lalu, Churl Hack You dan Grevo Gerungan memaparkan penelitiannya.

Menurut Jana, ada peluang riset bagi peneliti Indonesia dalam hal teknologi memproses rumput laut untuk produk lainnya. ”Juga kesempatan mendapatkan paten,” kata Jana, yang menjabat Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Saat ini, rumput laut hanya menjadi bahan untuk agar-agar dan kosmetik. Selain untuk pulp dan kertas, mereka mengembangkan rumput laut sebagai bahan etanol.

Churl Hack You sendiri kemudian membuat perusahaan Pegasus International, yang mendanai riset di Lombok. Samsung Corporation, konglomerat dari Korea Selatan, berada di belakangnya. ”Kami tertarik pada penelitian ini,” kata Antonio Park, Manajer Samsung yang menangani pengembangan bisnis baru. Mereka meminta Marubeni membuat purwarupa mesin pembuat pulp atau bubur kertas dari algae merah yang bakal ditempatkan di Lombok.

Jika uji coba sukses, mereka bakal membuat pabrik serupa di daerah yang menjadi lokasi budi daya rumput laut di Indonesia. Dari hitung-hitungan di atas kertas, di setiap 500 hektare lahan budi daya bisa dibangun satu pabrik pulp. ”Bisa menghasilkan 10 ribu ton pulp tiap tahun,” kata Grevo.

Untuk membangun satu pabrik, dibutuhkan US$ 2 juta atau sekitar Rp 18 miliar. Menurut You, masyarakat juga bisa membuat pabrik ini karena teknologinya sederhana. ”Seperti kita menggunakan mesin mixer,” ujarnya pekan lalu. Memang pembuatan kertas dari rumput laut ini relatif tak jauh berbeda dengan bahan baku dari kayu. Bahkan lebih sederhana.

Proses produksi dimulai dari panen rumput laut merah. Setelah dibersihkan dan dipotong-potong, rumput laut itu dimasukkan ke dalam tungku dan dimasak pada suhu tinggi (boiling) sehingga keluar ekstrak ”inti” berupa agar untuk pangan.

Ampas rumput laut—yang telah diambil agar-agarnya—kemudian diputihkan (bleaching). Setelah itu, dihancurkan menjadi bubur rumput laut merah (pulp). Bubur inilah yang kemudian diolah jadi kertas. Proses ini hanya melalui empat tahapan. Padahal membuat pulp dari kayu membutuhkan enam sampai tujuh tahap.

You mengklaim proses pengolahan produksi kertas dari rumput laut tanpa bahan kimia, kecuali pemutihan dengan klorin. Dia sudah melakukan uji coba di laboratorium Universitas Nasional Chungnam, Korea Selatan. Menurut You, keberhasilan transformasi rumput laut menjadi kertas itu karena ditemukannya serat atau fiber. Sementara kayu mengandung serat selulosa, rumput laut mengandung serat agalosa selebar 3-7 mikrometer dan panjang 0,5-1 milimeter.

Dengan menggunakan mikroskop, terlihat ukuran dan bentuk serat agalosa yang lebih homogen. Kondisi ini membuat kualitas kertas lebih baik, lebih fleksibel, lebih halus, lebih mudah ditulis, bahkan dapat digunakan sebagai kertas foto. ”Sangat bagus untuk kertas rokok karena kandungan racunnya sedikit,” kata Grevo. Di Korea, tiap lembar kertas rokok yang diimpor dari Eropa mengandung 40 komponen racun. Sedangkan kertas dari algae merah, setelah diuji, hanya mengandung 17 komponen racun.

Menurut You, jika kertas dari rumput laut merah dapat diproduksi massal, hutan-hutan di dunia dapat diselamatkan. ”Dampak positif pencegahan penebangan pohon adalah meminimalisasi pemanasan global,” ujarnya. Dia merujuk pada masa panen algae merah yang cuma 70 hari. Sedangkan pohon, sebagai bahan baku konvensional kayu, baru dapat ditebang setelah berumur 15 tahun.

Jana Anggadiredja menjelaskan Indonesia memiliki peluang besar dalam budi daya rumput laut. ”Asal budi daya tersebut dilakukan dengan benar,” ujar profesor riset BPPT ini. Tanaman ini bisa tumbuh di perairan selatan Indonesia, dari Sukabumi di Jawa Barat sampai Flores di Nusa Tenggara Timur. Begitu juga di sebagian perairan Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan perairan Maluku.

Menurut Jana, jenis algae untuk kertas pada umumnya baik pula untuk bahan baku agar-agar. Jadi bahan baku yang sama dapat memberikan hasil untuk dua produk sekaligus, yaitu agar-agar dan pulp untuk kertas. Apalagi kini kebutuhan agar-agar dari pasar dalam dan luar negeri terus meningkat. Salah satu kegunaan agar-agar, ya itu tadi, bisa menjadi makanan diet yang kemudian membawa keberuntungan bagi Churl Hack You.

Untung Widyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus