Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Sederet Metode Kementerian Kehutanan untuk Selamatkan Badak Sumatera di Indonesia, Apa Saja?

Indonesia merupakan rumah bagi 2 dari 5 spesies badak di dunia, yaitu Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis).

13 Januari 2025 | 13.48 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bayi badak sumatera betina bersama induk bernama Rosa di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas (SRS TNWK) Provinsi Lampung. Si bayi badak lahir pada Kamis siang, 24 Maret 2022. Foto: Biro Humas KLHK

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Kehutanan Satyawan Pudyatmoko mengatakan Badak Sumatera termasuk satwa yang terancam punah alias critically endangered, menurut kriteria International Union for Conservation of Nature (IUCN). Melalui Surat Edaran Dirjen KSDAE nomor 4/KSDAE/KKHSG/KSA.2/3/2023, kementerian berupaya memperkuat konservasi untuk memulihkan populasi badak Sumatera

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Melalui peningkatan jumlah individu-individu dalam populasi," kata Satyawan di kantornya, Jakarta, pada Kamis, 9 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Indonesia merupakan rumah bagi 2 dari 5 spesies badak di dunia, yaitu Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Badak Sumatera yang berada di Pulau Sumatera tersebar di Taman Nasional Way Kambas (Lampung), kemudian di Taman Nasional Gunung Leuser (Sumatera Utara), serta di Aceh Selatan. Ada juga Badak Sumatera yang berhabitat di Pulau Kalimantan, persisnya di Suaka Badak Kelian dan di Mahakam Hulu.

Kementerian Kehutanan, kata Satyawan, berusaha memastikan peningkatan populasi badak Sumatera di semua bentang alam. Ada juga penerapan konsep manajemen metapopulasi dan implementasi assisted reproductive technology (ART) agar status konservasi spesies tersebut tidak lagi kritis. Teknologi ART dan biobank membantu reproduksi semi alami

“Memungkinkan diperoleh embrio melalui material genetik (fertilisasi in-vitro) dengan sperma dari Badak Sumatera yang ada di Taman Nasional Way Kambas, stem cell, dan cloning," tutur dia.

Sejauh ini, Satyawan meneruskan, pengambilan sel telur (oocyte) telah berhasil diterapkan pada dua badak betina di penangkaran badan (SRS) Way Kambas. Upaya serupa juga dilakukan pada seekor badak betina bernama Pahu di Suaka Badak Kalimantan (SBK) di Kelian Kutai Barat, Kalimantan Timur, namun belum berhasil.

Pendekatan ART dan biobank ditargetkan bisa mendongrak jumlah individu spesies langka yang reproduksinya masih terkendala. Di Mahakam Ulu, regulator berusaha menambah jumlah badak betina, salah satunya bernama Pari. Reproduksi hewan ini dibantu untuk mempertahankan genetik badak Sumatra sub spesies Kalimantan Dicerorhinus sumetrensis harrisoni.

"Dengan teknologi terbaru, pengembangbiakan dan pengamanan plasma nutfah atau material genetik satwa liar langka dapat dilakukan," ucap Satyawan.

Salah satu metode yang kini dicoba di Mahakam Ulu adalah stimulasi hormon Gonadotropin releasing hormone (Gnrh) untuk meningkatkan jumlah folikel pada ovarium (indung telur). Cara ini dipercaya bisa meningkatkan probabilitas memperoleh sel telur dengan ovum pick up (OPU). 

Pemerintah juga mencoba mengumpulkan biopsi kulit Pahu dan Pari untuk dikultur menjadi induced Pluripoten Stem Cell (iPSC). Hasil iPSC selanjutnya dikembangkan menjadi artificial gamet, terdiri dari sel sperma (spermatozoa) dan sel telur (oocyte) buatan.

Irsyan Hasyim

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus