Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Sel Pendengaran Buatan

2 November 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ada harapan baru bagi mereka yang punya gangguan pendengaran. Baru-baru ini ilmuwandi Universitas Harvard, Amerika Serikat, suksesmengembangkan sel pembantu pendengaran. Yang diproduksitak lain adalah sel rambut telinga bagian dalam. Landasanberpikirnya adalah sel-sel itu terbukti membantu telingamenangkap vibrasi suara dan mengubahnya menjadi sinyal-sinyal di sarafpendengaran. Nah, kerusakan sel itulah yang menjadipenyebab utama kerusakan pendengaran, yang biasanya dialamikarena usia tua.

Tim ilmuwan dari Universitas Harvard membuatsel rambut itu dari sel tunas embrio tikus. Sel tunassendiri pada dasarnya merupakan cikal bakal janin baru yangterdiri atas berbagai organ dan sel yang kompleks. Tapi,dengan perlakuan khusus, sel tunas bisa diubahmenjadi sel-sel lain.

Dalam kasus itu, sel tunas dimanipulasi untukmenjadi sel rambut telinga bagian dalam. Dari percobaan,ilmuwan Harvard menemukan bahwa sel rambut buatan yang ditanam bekerjasesuai dengan harapan, termasuk memproduksi zat kimiasebagaimana dihasilkan sel rambut alami.

Prof. Matthew Holley dari Universitas Sheffield,Inggris, menyebut ide mentransplantasi sel rambut barudalam liang telinga sebagai amat rentan dan penuhkesulitan. Tiap sel yang amat kecil harus ditempatkan dalamposisi yang pas di pita protein yang terentang dalam telinga."Beberapa kesalahan mikro bisa mengakibatkankeseluruhan kerja percuma," ujar Holley.

Merekayasa Virus Mematikan

Sekelompok ilmuwan yang didanai oleh pemerintah Amerika Serikat sukses mengembangkanvirus mematikan lewat rekayasa genetis. Virus ini berasaldari virus cacar tikus—kerabat dekat virus cacar airmanusia. Virus yang diujicobakan ini membunuh semua tikuspercobaan. Padahal tikus-tikus ini diberi obat antivirus danjuga diberi vaksinasi. Mark Buller, penemu virus ini,menjamin bahwa virus tersebut hanya akan berbahaya buat tikus.

Kendati begitu, percobaan itu mengandung risikobesar. Soalnya, bisa jadi penyakit cacar yang saat ini sudahbiasa dialami manusia akan menjadi epidemi takterobati, apalagi ketika ia bisa menghancurkan obat antiviraldan vaksin—dua benteng pertahanan manusia terhadapcacar. Dengan mengambil contoh cacar monyet yangbaru-baru ini menyerang AS, ilmuwan lain menyebut risetvirus baru sebagai tak berguna dan amat berisiko.

"Saya punya kekhawatiran kalau virus ini menyebarke spesies lain," ujar Ian Ramshaw dari AustralianNational University, Canberra. Ramshaw tak asal omong. Iaanggota tim yang tak sengaja menemukan bagaimana viruscacar tikus bisa mematikan, pada Januari 2001.

Buller menggunakan IL-4, gen imunosupresanalami, buat merekayasa virus cacar tikus. Gen IL-4 tikus yangdimasukkan pada bagian tertentu genom virus membuatvirus hasil rekayasa hanya berdampak pada tikus. Soalnya,gen IL-4 adalah protein yang spesifik dengan spesiestertentu. Buller yakin virus mematikan ini tak berdampak padasistem kekebalan manusia.

Sungguhpun begitu, Ramshaw mengingatkan,biarpun virus yang mengandung gen IL-4 tikus tak berbahayabuat manusia, virus rekombinannya dapatmengakibatkan suatu yang tak terduga.

Prosesor Berkecepatan Cahaya

Ada yang mencorong dalam pameran MILCOM atau Military Communication Conference, yang baru digelar di Boston, Amerika Serikat, dua minggu lalu.Ini tak lain adalah prosesor optik produksi Lenslet, sebuah perusahaan risetteknologi Israel.

Prosesor optik adalah prosesor sinyal digital (DSP) dengan optik sebagaiakselerator. Hasilnya menakjubkan. Bayangkan, dalam setiap detiknyaprosesor ini melakukan pekerjaan tak kurang dari delapan triliun.Angka ini setara dengan kecepatan sebuah superkonduktor danseribu kali lebih cepat dari prosesor standar. Dengan 256performa komputasi laser dalam kecepatan cahaya, prosesor inimembawa perubahan besar dalam banyak teknologi terapanlain, semisal radar beresolusi tinggi, beraneka jenis peralatanelektronik, screening bagasi di bandara, kegiatan peramalan cuaca,serta alat telekomunikasi.

Saat ini prototipe prosesor berkecepatan cahaya itu masih berukuran besar. Tapi,dalam beberapa bulan ke depan, ketika sudah dipasarkan, ukurannya mengecil hanya15 kali 15 sentimeter dengan ketebalan 1,7 sentimeter.

Untuk mengembangkannya, Lenslet tengah bernegosiasi baik dengan negara maupun dengan perusahaan di Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. Nantinya, prosesor yang dibuat akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Proyek yang sudah diteken Lenslet adalah kerja sama dengan Departemen Pertahanan Israel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus