Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
IDENYA lahir dari keprihatinan terhadap penyandang tunanetra. Untuk mengganti tongkat yang biasa dipakai para tunanetra, empat mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada membuat alat yang bisa mendeteksi keberadaan benda yang dilengkapi teknologi sonar. Mereka menamakan alat ini Blind Sonar.
Merintis pembuatannya sejak November tahun lalu, Apri Setiawan, Indra Darmawan Budi, Sugiarto, dan Anam Bahrul Ulum menyelesaikan alat bantu ini pada Maret lalu. Berbentuk tabung sepanjang 22 sentimeter dengan diameter 1,5 inci, alat ini dilengkapi dua pasang pemancar gelombang ultrasonik sekaligus sensor penangkap gelombang yang ditaruh di ujung serta bagian atas tabung.
Prinsip kerja Blind Sonar mengadopsi cara kerja kelelawar, yang memancarkan gelombang ultrasonik lalu menangkap pantulannya untuk mendeteksi benda di sekitarnya. Saat Blind Sonar diaktifkan, alat ini memancarkan gelombang sonar yang akan memantul jika membentur benda yang berada maksimal satu meter dari pengguna. Pantulan gelombang itu ditangkap oleh sensor sehingga keberadaan benda bisa terdeteksi.
Cara pemakaiannya tak jauh beda seperti memegang tongkat biasa. Saat tabung dipegang, bagian ujungnya diarahkan miring 45 derajat ke lantai dengan bagian atas tabung menghadap ke depan. Pemancar dan sensor di ujung tabung berfungsi mendeteksi benda di bagian depan bawah pengguna. Adapun pemancar dan sensor di bagian atas berfungsi mendeteksi benda di depan kepala.
Untuk memudahkan pengguna mengetahui keberadaan benda, kedua sensor memberikan tanda peringatan berbeda. Blind Sonar juga dilengkapi alat kalibrasi yang otomatis mengukur tinggi badan pengguna. Hasil pengukuran itu digunakan untuk menyesuaikan jarak deteksi Blind Sonar ke benda penghalang. Semakin tinggi badan pengguna, semakin jauh jarak deteksinya.
Sejauh ini energi Blind Sonar dipasok dari baterai litium polimer yang bisa diisi ulang. Dengan penggunaan tanpa henti, alat ini bisa bertahan hingga enam jam. “Jika baterainya sudah lemah, akan ada bunyi peringatan," ujar Apri. Biaya pembuatan satu unit Blind Sonar Rp 1,5 juta. “Tapi kalau diproduksi massal bisa lebih murah," kata Indra.
Karya mereka berhasil menyabet medali perunggu dalam Penelitian Ilmiah Nasional 2012 pada Juli lalu. Saat ini mereka terus mengembangkan alat itu. “Terutama untuk memperkecil ukuran agar lebih nyaman dipakai," kata Sugiarto.
Cara pemakaiannya tak jauh beda seperti memegang tongkat biasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo