Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Tuan x, mungkin tokoh yang hilang

Mahkluk misterius yang merupakan missing link dalam teori darwin diduga ditemukan. berdasarkan riset selama 10 thn peneliti prancis jacqueline roumegue re-eberhardt diantara suku masai di kenya.

28 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANDA mungkin belum pernah bersua dengan Tuan X. Dia bukan tokoh berita detektif. Dia -- hebat juga - tokoh cerita ilmu pengetahuan. Lebih hebat lagi, dialah mungkin yang dicari-cari para ahli selama hampir 120 tahun, sejak Charles Darwin menerbitkan bukunya yang menggegerkan tentang teori evolusi asal-usul manusia, Origin of Species. Sebab "Tuan X" ini adalah nama untuk sejenis makhluk yang diduga merupakan missing link (mata rantai yang hilang) dalam rangkaian perkembangan wujud makhluk pra-manusia menjadi manusia. Tampilnya Tuan X dalam pentas ilmu pengetahuan, khususnya anthropologi, dimulai dua pekan yang lalu. Seorang peneliti wanita Perancis, Jacqueline Roumeguere-Eberhardt, yang telah bekerja selama 10 tahun di antara suku Masai, di Kenya (Afrika Timur), mengemukakan pengalamannya yang kemudian dikutip oleh harian The Guardian, Inggeris. Harap dicatat, bahwa dia belum menyimpulkan apa-apa. Dia baru menduga-duga. Tapi dugaannya mengundang riset. Jacqueline Roumeguere-Eberhardt mulai ketika dia meneliti struktur sosial suku Masai dan lain-lain. Banyak cerita tentang makhluk misterius di hutan Kenya yang disampaikan pada wanita Perancis itu, namun dia tak mengacuhkannya. Tapi Nopember tahun lalu, sekelompok satria suku Masai menyerahkan sepasang busur dan anak panah yang ganjil. Orang Masai itu menyerahkan sebuah kantong yang katanya dijatuhkan oleh seorang dari kumpulan makhluk misterius yang mereka jumpai, sebelum orang-orang aneh itu menghilang di hutan. Empat Jenis: X-1, X-2, X-3 ... Seorang di antara pemburu Masai itu bahkan memberi kesaksian, bahwa dia sempat ditahan oleh seorang di antara makhluk aneh itu selama sejam. "Makhluk itu mirip manusia, tapi badannya berbulu lebat dan keningnya yang rendah juga tertutup rambut," begitu cerita anak muda itu kepada Jacqueline. Maka perempuan Perancis itu mulai percaya. Sarjana ini lalu mulai mengumpulkan laporan pandangan mata dari mereka yang pernah menyaksikan makhluk aneh itu. Dari 31 wawancara, dia berhasil membedakan empat jenis "Tuan X", begitu ia menamakan makhluk aneh itu. Tuan X pertama badannya besar. Begitu pula tapak kakinya. Laki-laki kokoh yang berbulu lebat itu, suka menyandang gada, ibarat Bima dalam cerita-cerita wayang Jawa. Dia pernah dilihat memikul daging kerbau melintasi hutan Jacqueline menduga dia merupakan anota satu kelompok sosial, dengan siapa ia membagi-bagi daging hasil buruannya. Berkali-kali Tuan X Pertama ini menunjukkan rasa ingin tahunya tentang kebudayaan nanusia. Ketika dia menahan pemuda Masai yang diwawancarai Jacqueline, dia memperhatikan dengan saksama busur dan panah tahanannya lalu mematahkannya. Lalu, ia memasukkan anak-anak panah itu kembali ke dalam bumbungnya. Pada kesempatan lain, makhluk itu berpapasan pula dengan seorang lelaki Masai yang berjalan melintasi hutan dengan membawa domba yang akan dibantai, pagi-pagi buta. Saking takutnya, lelaki itu menjatuhkan dombanya, lalu lari bersembunyi di balik pohon. Dari tempat persembunyiannya itu dia saksikan bagaimana Tuan X mengangkat domba yang terjatuh tadi, lalu mengamat-amati mata domba itu. Ada Yang Pendek Gemuk Ada pula Tuan X Kedua. Badannya tinggi dan tak berbulu lebat, kurus, berkulit coklat dengan rambut keriting hitam. Selusin orang telah berjumpa dengan makhluk ini di enam tempat di hutan. Tampaknya mereka tinggal di gua-gua bersama anak-anaknya. Tuan X Ketiga, sangat tua. Tokoh berbadan besar ini telah dilihat membunuh kerbau dengan pohon yang dicabut dan diruncingkan akar- akarnya bak ujung tombak. Tuan X Ketiga ini juga memiliki pisau mirip tombak yang dipakainya untuk mengeluarkan isi perut hewan mangsanya, yang kemudian dilahap di tempat beramai-ramai. Sedang Tuan X Keempat adalah tokoh katai berbadan pendek gemuk. Ada sepuluh orang Masai yang telah melihat si cebol ini di empat tempat di hutan membawa kayu penggali yang dipakainya untuk menggali umbi-umbian. Kalau bentuk makhluk yang misterius itu merupakan bentuk peralihan dalam revolusi dari nenek moyang kera kenenek moyang manusia, itu akan merupakan sumbangan yang berharga sekali bagi teori evolusi. Selama ini, Afrika memang dianggap 'tempat kelahiran' manuia yang tertua. Manusia purba yang hidup antara 1 - 2 juta tahun lalu, yang tergolong dalam kelompok Australopithecus, memang ditemukan di Kenya, Afrika Selatan, dan Ethiopia. Yang paling terkenal adalah penemum fosil tengkorak Australopitbecus (Zinjantbropus) boisei oleh Dr Louis S.B. Leakey dan isterinya di Olduvai Gorge, Tanzania, di tahun 1959, setelah 28 tahun mencari. Namun sebelum Dr Leakey meninggal, tahun 1972, dia sendiri masih sempat dikejutkan oleh penemuan anaknya, Richard Leakey, Kepala Museum Nasional Kenya, di sebeah timur laut Danau Rudolf. Fosil ini jauh lebih besar dari pada fosil Australopithecus temuan Leakey senior. Juga sedikitnya setengah juta tahun lebih tua. Menurut dugaan Dr Leakey almarhum, mestinya ada lagi manusia purba yang lebih tua, yang merupakan nenek moyang fosil Olduvai Gorge (Tanzania) maupun fosil-fosil yang kemudian ditemukan di tepi Danau Rudolf (Kenya). Dan menurut dia, yang ditemukan di dekat Danau Rudolf itulah yang kemudian berkembang langsung ke arah Homo Saplens sekarang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus