Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Virus 'mc' Pemandul Tikus

Tikus kini bisa dimandulkan lewat virus. Namun, teknologi ini dikhawatirkan berdampak buruk pada ekosistem.

8 April 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


SEBAGAI seteru abadi manusia, tikus memang meresahkan. Hewan pengerat itu menjadi biang bencana penyakit dan kegagalan panen petani. Tak terhitung lagi aneka cara untuk membasmi tikus. Toh, populasinya tetap melonjak pesat. Itu karena tikus punya kemampuan reproduksi yang mengerikan. Bayangkan, tiga hari setelah melahirkan lima sampai sepuluh anak, seekor tikus betina bisa hamil lagi. Dan anak-anak tikus berjenis kelamin betina begitu berusia enam minggu siap pula dibuahi.

Jadi, bagaimana upaya terbaik untuk mengerem laju populasi tikus yang tak mustahil bisa menyesaki bumi itu? Kini, Divisi Pest Animal Control pada Cooperative Research Centres (CRC) di Canberra, Australia, menemukan teknologi terbaru untuk memotong rantai reproduksi tikus. Kendati teknologi yang menggunakan virus untuk memandulkan tikus itu sudah dikembangkan oleh Professor Hugh Tyndale dan Steve Robbins sejak 1992, hingga sekarang CRC terus menyempurnakannya.

Pada teknologi CRC, tahapnya diawali dengan mengidentifikasi protein yang berperan dalam proses reproduksi. Lazimnya telur mamalia yang siap dibuahi dikelilingi oleh protein bernama zona pellucida. Protein inilah yang akan bereaksi dengan protein di kepala sperma saat pembuahan. Setelah protein teridentifikasi, DNA-nya lantas diisolasi, untuk kemudian ditransfer ke dalam bakteri yang menjadi medium untuk berkembang biak. Proses ini disebut kloning.

Gen hasil kloning lalu dimasukkan ke dalam organisme pembawa (carrier), murine cytomegalovirus (mc). Virus mc ini berpengaruh terhadap tikus rumah, tapi tidak terhadap spesies lain. Virus ini dilemahkan menjadi vaksin dan nantinya dimasukkan ke tubuh tikus. Caranya bisa lewat umpan yang disebar atau dimasukkan secara paksa ke mulut tikus di laboratorium.

Begitu tikus betina terinfeksi virus mc, sistem kekebalannya pun bereaksi dengan memproduksi antibodi yang akan menyerang virus dan lapisan protein sel telur. Akibatnya, dalam tiga minggu, tikus menjadi mandul. Setelah itu, kemandulan berkepanjangan lantaran memori pada sistem kekebalan tubuh tikus akan terus memproduksi antibodi.

Meski sampai sekarang teknologi virus mc belum dicoba di lapangan, pemimpin CRC, Bob Seamark, merasa yakin akan keberhasilan cara itu untuk meredam laju populasi tikus. Alasannya, mc bisa menyerang sekitar 90 persen populasi tikus liar. Bila sekitar 60 persen saja tikus betina tertular virus, menurut Seamark, diperkirakan hama tikus sudah tak ada alias tak berbahaya lagi. Kalaupun tikus betina yang tertular hanya 25 persen, gangguan hama diduga tinggal setengahnya.

Seamark juga merasa optimistis dengan keamanan penggunaan virus tersebut. Soalnya, mc hanya menyerang hama tikus, bukan spesies lain. Ia pun menyebut teknik ini lebih "manusiawi" ketimbang pemakaian racun atau pembunuhan langsung. "Virus ini bukan untuk membunuh semua tikus, melainkan hanya untuk mengurangi dampak buruk tikus sampai tingkat yang tak membahayakan keseimbangan alam," kata Seamark.

Saat ini, teknologi mc sedang dijajaki oleh Lembaga Eijkman untuk diterapkan di Indonesia. Menurut Profesor Sangkot Marzuki, pemimpin Eijkman, lembaganya mungkin lebih tertarik mengembangkan cara pemberian vaksin selain oral, misalnya dengan menggunakan bacterial ghost, yakni kantong mikro yang dibuat dari dinding luar bakteri setelah isinya dikosongkan. Dampak cara ini, kata Sangkot, bisa dilihat segera dibandingkan dengan cara virus mc—yang akibatnya bisa diketahui dalam waktu lama.

Kekhawatiran Sangkot tentang keamanan penggunaan teknologi virus mc agaknya perlu dicermati secara serius. Menurut Dr. Hermanu Triwidodo dari Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Institut Pertanian Bogor, tak mustahil virus mc bisa menimpa hewan lain sehingga hewan tersebut ikut mandul.

Yusi A. Pareanom, Agus Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus