Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Yacht dengan satelit

Perahu pesiar yacht buatan plymouth, inggris, dinamakan planesail. punya perangkat komputer dan komunikasi yang dihubungkan dengan satelit global positioning system, sebagai alat navigasi.

19 Oktober 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERAHU pesiar model yacht tak bisa lagi dipandang sebagai kapal salon -- - yang cuma berani bermain di perairan tenang atau dekat pantai. Yacht buatan Plymouth (perusahaan dari Inggris, yang lebih dikenal dengan sedan mungilnya), terbukti sanggup melintasi Samudra Atlantik, dari Inggris ke pantai Timur Amerika pp. Yacht model baru itu dinamai Planesail. Kabinnya bertumpu pada tiga buah lambung yang lancip yang aerodinamis. Dia digerakkan dua kincir unik: menjulang di atap, dan bertumpu pada sebuah rotor. Terpaan angin akan menggerakkannya, dan tenaganya disalurkan ke baling-baling di buritan. Perancangnya tak segan-segan menyebutnya sail-by-wire, mirip-mirip istilah fly-by-wire seperti yang sering dipakai pada pesawat terbang canggih. Teknologi pesawat terbang canggih memang dipraktekkan di situ. Planesail punya perangkat komputer dan komunikasi yang bisa berhubungan dengan satelit jenis GPS (Global Positioning System), sebagai alat navigasi. Dengan kecanggihannya itu, dia hanya perlu 1-2 awak perahu. Kalau mereka malas menentukan haluan kapal, komputer segera bisa mengambil alih. Masukkan data tujuan, posisi Planesail, dan lintasan yang dikehendaki. Sesudah itu, dia akan bergerak dengan panduan satelit ke tujuan yang dimaksud. Jasa satelit itu bisa pula memberikan peringatan dini akan adanya ancaman badai atau ombak besar. Dan secara otomatis, dia akan mencari lintasan yang aman. Kalau terkepung badai? Tak perlu cemas. Planesail cukup aerodinamis untuk tetap mengambang di atas gelombang. Bahkan, Hurricane, badai yang bisa mendatangkan angin berkecepatan 200 km per jam, tak akan membuatnya terguling. Berbeda dengan perahu layar, yang layarnya justru bisa mendatangkan guncangan terhadap lambung ketika diterjang angin kencang. Kesalahan posisi layar bisa berakibat fatal. Pada Planesail, guncangan semacam itu tak perlu ada. Sebab, kincirnya mudah berputar, dan nyaris tak ada gesekan. Alhasil, hempasan angin hampir seluruhnya terkonversi menjadi tenaga untuk memutar baling-baling. Tenaga angin sebagian disalurkan ke generator, untuk membangkitkan tenaga listrik. Kalau kurang, ada sel-sel surya yang bisa memberinya energi listrik pula. Sebagai sumber tenaga cadangan, Planesail masih dilengkapi pula dengan mesin diesel, untuk menggerakkan baling-baling manakala sistem kincirnya rusak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus