Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Yang Terjadi di Otak Saat Seseorang Berubah Pikiran

Penelitian ini menunjukkan otak berperilaku berbeda ketika seseorang mengalami pengaruh informasional atau normatif.

14 Maret 2022 | 11.56 WIB

Ilustrasi otak. Pixabay
Perbesar
Ilustrasi otak. Pixabay

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Manusia adalah makhluk dinamis yang bisa berubah pikiran atau keputusannya. Perubahan itu ternyata berkaitan dengan sesuatu yang terjadi pada otak lantaran pengaruh aspek sosial. Studi terbaru dalam jurnal PLOS Biology meneliti aktivitas yang terjadi di otak mengenai pengaruh aspek sosial dalam bentuk informasional dan normatif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Pengaruh informasional adalah ketika orang mengubah keyakinan terhadap orang lain untuk memaksimalkan akurasi. “Proses ini kemungkinan diatur oleh rasa percaya diri pada keyakinan awal kita.” Demikian peneliti studi sebagaimana dilansir laman Healthline, Kamis, 3 Maret 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Contohnya, seseorang mengubah pendapat setelah menerima tambahan informasi dari orang lain. Sedangkan ketika seseorang mengubah pandangan mereka karena ingin diterima secara sosial adalah contoh pengaruh sosial normatif.

Penelitian ini dilakukan dengan meminta peserta penelitian untuk bermain game komputer. Selama bermain, mereka diminta mencoba mengingat sebuah titik yang ditampilkan di layar monitor. Mereka juga diminta menilai seberapa yakin mereka dalam menanggapi.

Para responden diizinkan mengubah jawaban sebelumnya, setelah melihat respons dari komputer atau ‘mitra’ virtual yang telah diperkenalkan sebelum percobaan. Padahal, semua jawaban disediakan oleh komputer. 

Tim peneliti melacak aktivitas otak para peserta selama pertandingan dengan menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI). Metode ini memungkinkan area otak dengan aktivitas tinggi (konsumsi oksigen tinggi) ditampilkan dengan resolusi spasial tinggi.

Sebelum ada studi ini, para peneliti tidak yakin mekanisme saraf mana yang mendasari kedua situasi ini. Para peneliti lalu mengkarakterisasi aktivitas otak yang terjadi jika orang dipengaruhi secara sosial untuk mengubah pendapat. 

Dengan cara ini diketahui bahwa otak memecahkan konflik sosial, perbedaan pendapat melalui mesin saraf yang sama yang digunakan  untuk menyelesaikan konflik internal dan subjektifnya sendiri. “Daerah otak tertentu mempertimbangkan dua faktor: seberapa percaya diri dengan pendapat kita sendiri dan seberapa sopan kita wajib bersikap terhadap orang lain,” kata peneliti dari Departemen Psikologi Loyola Marymount University Bahador Bahrami, dalam laman Science Daily, Senin, 7 Maret 2022.

Penelitian ini menunjukkan otak berperilaku berbeda ketika seseorang mengalami pengaruh informasional atau normatif. Peserta penelitian yang mengalami pengaruh normatif menunjukkan konformitas lebih terhadap pendapat lain jika menerima konfirmasi dari ‘mitra’ mereka. 

Aktivitas otak lebih kuat di area dorsal anterior cingulate cortex (dACC) yang bertanggung jawab untuk pengambilan keputusan dan empati. Pengaruh normatif juga menunjukkan koneksi yang lebih kuat terhadap dACC dari area lain. Para peneliti juga menemukan responden dengan tingkat kepercayaan diri rendah cenderung menyesuaikan diri dengan jawaban mereka.

Bahrami mengatakan otak manusia hanya merasakan kebutuhan akan kesopanan saat berinteraksi dengan orang lain, bukan dengan agen buatan, meskipun ia cerdas. Menurut dia, topik ini penting untuk diteliti lebih lanjut mengingat pesatnya perkembangan kecerdasan buatan di berbagai bidang.

AMELIA RAHIMA SARI

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus