Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

<font size=1 color=#FF9900>HARIS PURNOMO</font><br />Bayi Bertato Naga Itu

Perupa Haris Purnomo mengambil obyek bayi dibedong, bertato di wajah dan tubuhnya. Gambaran tentang penderitaan anak.

4 Mei 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RATUSAN patung bayi terbungkus kain bergantungan tegak lurus. Wajah mereka lembut, dengan sedikit guratan dan mata yang tertutup. Di ujung simpul kain, terpasang pisau dapur mengarah ke bawah. Pada beberapa patung, mata pisau bergerak naik turun oleh tenaga dinamo.

Komposisi patung berbahan kaca serat itu dibuat tidak sejajar. Di bawah sorotan lampu halogen, patung setinggi satu meter dengan berat 2 kilogram itu mirip lampu gantung raksasa. Boks neon foto digital ratusan bayi dibedong (dibungkus kain) berukuran 3x9 meter berada di latar belakang.

”Saya buat komposisinya supaya bisa 80 persen kelihatan muka,” kata perupa Haris Purnomo di Bentara Budaya Jakarta, Selasa pekan lalu. Sejak 21 April sampai 1 Mei, ia menampilkan instalasi berjudul Menunggu Aba-aba dan dua lukisan di atas kanvas berjudul Selamat Tidur dan Insomnia.

Rencananya, karya Haris akan ditampilkan juga di Zurich, Jerman (Juni), dan Seattle, Amerika Serikat (September). Sebelumnya lima patung bayi pernah dipamerkan di Miami, Amerika Serikat; dan Taipei, Taiwan.

Kurator Hendro Wiyanto memberi tajuk pameran tunggal itu Kaum Bayi, Alegori Tubuh-tubuh yang Patuh. Menurut dia, strategi alegoris pada tubuh bayi yang ditampilkan memendam suatu paradoks yang keras. Parut-rajah pada kulit bak moluska dan batang-batang pisau itu seakan meramalkan masa depan yang ganjil atau tanda kodrat hidup yang lain.

Haris, yang lulus di Sekolah Seni Rupa Indonesia (1975) dan Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia Yogyakarta (1984), mengatakan bayi yang dibedong memiliki metafora yang luas. ”Begitu dibedong, langsung tertidur. Artinya, terlindungi sekali, nyaman,” katanya. Dia pernah memotret puluhan bayi berusia sebulan sampai 40 hari. Tak satu pun bayi dibedong yang tertawa.

Imajinasi pria berambut gondrong ini pertama kali dituangkan dalam lukisan berjudul Tanda Lahir (2007), dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Menyusul sekarang, lukisan tiga panel bertajuk Selamat Tidur dan lukisan dua panel Insomnia dengan bahan akrilik dan cat minyak. Di Selamat Tidur tampak beberapa bayi separuh terpejam dibedong kain putih. ”Ini sesuai dengan potretnya. Paling, digedek-gedek (digoyang-goyang) sebentar terlelap,” katanya. Yang berbeda, orang tua datang dengan selendang bercorak untuk melilit tubuh bayi.

Lalu, Haris menorehkan tato sebagai ornamen di kepala, pipi, hidung, atau leher bayi. Kali ini ia terinspirasi tato naga yang populer di Jepang dan Cina. ”Naga itu sangat membuat bayi kontradiktif. Bayi yang lembut jadi lain. Sangat kasar dan garang sekali,” kata ayah dua anak ini. Pada karya lain, ia lukis dengan tato macan atau garuda.

Bahkan tato naga terlihat utuh di lukisan Insomnia. Bayi merah berusia satu bulan, dengan rambut tipis dan tangan yang kaku. Di sekujur tubuh dan wajahnya penuh tato naga. Sedangkan lilitan kain dibiarkan terlepas.

Haris, yang tertarik pada dunia anak sejak 24 tahun lalu, bermaksud menggambarkan penderitaan dan kengerian yang luar biasa. Menurut dia, banyak anak telah kehilangan haknya untuk pendidikan dan mendapatkan kesehatan memadai. Padahal hak anak-anak harus dilindungi.

Martha W. Silaban

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus