Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Ada orang mengail ikan asin

Pementasan kelompok tari modern australia, australia dance theatre, dari kelompok australian ballet yang didirikan 17 th yang lalu, menampilkan nomor-nomor tarian yang cukup menarik di teater terbuka tim.

15 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KITA baru mulai kenal dengan balet Australia--yang ternyata cukup menarik -- tahun lalu (19-20 Juli 1978). Kini dua hari, 9 & 10 September ini, satu kelompok yang secara resmi mewakili "tari modern Australia," Australian Dance Theatre (ADT), bisa kita saksikan di Teater Terbuka TIM. Perkembangan dunia tari (secara serius) di Australia memang belum lama dimulai. Australian Ballet kelompok yang tahun lalu kita saksikan itu, didirikan sekitar 17 tahun yang lalu ADT menyusul tiga tahun kemudian. Tapi jika balet (yang lebih mentradisi di Dunia Barat) sudah berkembang, tari modern agaknya berjalan tertatih-tatih. Kata Jonathan Taylor, Direktur ADT sekarang: "Ketika tiga tahun yang lalu saya terima kedudukan sebagai Direktur ADT, di benua itu benar-benar tak ada pa-apa. Saya benar-benar mulai dari nol." Mungkin karena itu, dalam perlawatan pertamanya ke luar Australia ADT bersikap hati-hati. Apa lagi yang dikunjunginya kali ini negara-negara Asia Tenggara yang tradisi tarinya cukup kuat. Penampilan nomor pembuka "Song of Innocence " (koreografi Joseph Scoglio), pada malam pertama, menunjukkan sikap tersebut. Karya ini diiringi musik Bach 'Magnificant' dan ditarikan oleh lima orang penari, dua pria dan tiga wanita, dan membutuhkan waktu 25 menit. Beberapa adegan nomor itu cukup menarik. Secara keseluruhan tidak terlalu istimewa. Pentas yang kelewat sering tak berpenghuni, memberikan kesempatan kepada penonton kita yang "penuh gairah" untuk bertepuk tangan. Akibatnya nomor sederhana yang bersih dan sensuous ini jadi tersendat-sendat, sering disela tepukan penonton. Ini jelas tak menguntungkan baik bagi penari, maupun bagi penonton yang suka menyimpan tepuknya di akhir tarian. Setelah 13 menit interval, Jonathan Taylor menampilkan Incident at Bull Creek, yang konon diangkat dari benua Australia sendiri. Diawali dengan efek suara mendengung tegang sebagai iringan, pentas yang gulita perlahan-lahan berubah merah temaram. Nomor ini memang bernada sendu. Menggambarkan kisah tragis seorang suami yang tak acuh terhadap isterinya. Sementara sang isteri yang tersia-sia tak cukup bernyali menyapa sang suami, akhirnya memilih pria lain untuk bercinta. Sayang nomor yang cuma 15 menit ini terganggu oleh rintik hujan yang mulai turun. Padahal pada malam kedua, Incident at Bull Creek ini tak diulang. Untunglah. Di tengah hujan yang sebentar menderu sebentar reda Flibbertigibbet segera diturunkan. Khusus untuk nomor ini para penari disebar di berbagai penjuru bergerak dan berdialog dengan penonton untuk kemudian satu persatu naik ke panggung. Suasana penonton yang ribut karena hujan dan celoteh manusia di tengah-tengah payung-payung yang berkembang, nampak siap untuk adegan ini. Bahkan ada yang tak terduga, namun pas dengan suasana. Seseorang tiba-tiba naik ke tempat lampu sorot. Sebelah kanan -- tempat lampu ini di menara yang tegak di antara tempat duduk kelas I Teater Terbuka. Sesampai di atas ia melepas kail. Seseorang yang lain buru-buru menghampiri kail, mengkaitkan ikan asin ke mata kail. Kail pun ditarik dan penonton gerrrr. Sesuai dengan judulnya Flibbertigibbet (artinya kurang lebih: edan, banyak tingkah dan cerewet memang merupakan kegilaan yang berhasil ditarikan seara manis. Ada seting yang mirip Swan Lake ada pula Pangeran Siegfried yang sejenk keluar merentangkan busur panah. Karya Jonathan Taylor ini memang lebih kena untuk publik kita. Kanak-kanak maupun dewasa terkekeh-kekeh sampai nomor ini selesai. Australian Graffiti? Flibbertigibbet ditarikan 13 orang penari pria dan wanita, masing-masing mengenakan kostum-kerja berwarna puih penuh dengan tulisan corat-coret (Australian grafitti?). Salah seorang di antaranya mati, dan kemudian kembali menemui rekan-rekannya sebagai "hantu." Dari sinilah lelucon-tari ini berkembang selama setengah jam mengajak kita tersenyum ria. Sepintas, tarian ini kelihatan "hingar-bingar," tetapi sesungguhnya merupakan hasil penataan yang cerdik dan cermat terhadap musik Bach: Italian Concerto in le Berkat Flibbertigibbet penonton jadi tak enggan di tengah gerimis harus menunggu 15 menit sebelum melihat Wings (koreografi Christopher Bruce). Nomor penutup ini memperlihatkan hasil latihan gerak yang cukup keras dan menarik (walaupun belum matang benar). Wings merupakan ramuan gerak manusiawi dan gerak burung, dengan cukup serasi. Pada adegan "badai" dengan iringan musik Bob Downes yang gemplta, panggung Teater Terbuka benar-benar menjadi panggung-badai. Burung-burung jantan meluncur cepat dan berulang kal terbanting keras ke tanah. Sayang sekali nomor serius ini terganggu oleh gerimis. Seringkali kita harus mengintip tontonan di sela payung-payung yang berkembangan. Penampilan ADT sebagal pendatang baru dalam "tari-modern' tidaklah mengecewakan. Tentu kita tak bisa membandingkannya dengan grup Jerman WUPPERTAL misalnya, yang lebih tua tradisi tari-modern-nya. Atau dengan grup Alwin Nikolais dari Amerika yang akan main di tempat yang sama, mungkin bulan depan nanti. Sal Murgiyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus