KITA baru mulai kenal dengan balet Australia--yang ternyata
cukup menarik -- tahun lalu (19-20 Juli 1978). Kini dua hari, 9
& 10 September ini, satu kelompok yang secara resmi mewakili
"tari modern Australia," Australian Dance Theatre (ADT), bisa
kita saksikan di Teater Terbuka TIM.
Perkembangan dunia tari (secara serius) di Australia memang
belum lama dimulai. Australian Ballet kelompok yang tahun lalu
kita saksikan itu, didirikan sekitar 17 tahun yang lalu ADT
menyusul tiga tahun kemudian. Tapi jika balet (yang lebih
mentradisi di Dunia Barat) sudah berkembang, tari modern
agaknya berjalan tertatih-tatih. Kata Jonathan Taylor, Direktur
ADT sekarang: "Ketika tiga tahun yang lalu saya terima kedudukan
sebagai Direktur ADT, di benua itu benar-benar tak ada pa-apa.
Saya benar-benar mulai dari nol."
Mungkin karena itu, dalam perlawatan pertamanya ke luar
Australia ADT bersikap hati-hati. Apa lagi yang dikunjunginya
kali ini negara-negara Asia Tenggara yang tradisi tarinya cukup
kuat. Penampilan nomor pembuka "Song of Innocence " (koreografi
Joseph Scoglio), pada malam pertama, menunjukkan sikap tersebut.
Karya ini diiringi musik Bach 'Magnificant' dan ditarikan oleh
lima orang penari, dua pria dan tiga wanita, dan membutuhkan
waktu 25 menit.
Beberapa adegan nomor itu cukup menarik. Secara keseluruhan
tidak terlalu istimewa. Pentas yang kelewat sering tak
berpenghuni, memberikan kesempatan kepada penonton kita yang
"penuh gairah" untuk bertepuk tangan. Akibatnya nomor sederhana
yang bersih dan sensuous ini jadi tersendat-sendat, sering
disela tepukan penonton. Ini jelas tak menguntungkan baik bagi
penari, maupun bagi penonton yang suka menyimpan tepuknya di
akhir tarian.
Setelah 13 menit interval, Jonathan Taylor menampilkan Incident
at Bull Creek, yang konon diangkat dari benua Australia sendiri.
Diawali dengan efek suara mendengung tegang sebagai iringan,
pentas yang gulita perlahan-lahan berubah merah temaram. Nomor
ini memang bernada sendu. Menggambarkan kisah tragis seorang
suami yang tak acuh terhadap isterinya. Sementara sang isteri
yang tersia-sia tak cukup bernyali menyapa sang suami, akhirnya
memilih pria lain untuk bercinta. Sayang nomor yang cuma 15
menit ini terganggu oleh rintik hujan yang mulai turun. Padahal
pada malam kedua, Incident at Bull Creek ini tak diulang.
Untunglah. Di tengah hujan yang sebentar menderu sebentar reda
Flibbertigibbet segera diturunkan. Khusus untuk nomor ini para
penari disebar di berbagai penjuru bergerak dan berdialog dengan
penonton untuk kemudian satu persatu naik ke panggung. Suasana
penonton yang ribut karena hujan dan celoteh manusia di
tengah-tengah payung-payung yang berkembang, nampak siap untuk
adegan ini.
Bahkan ada yang tak terduga, namun pas dengan suasana. Seseorang
tiba-tiba naik ke tempat lampu sorot. Sebelah kanan -- tempat
lampu ini di menara yang tegak di antara tempat duduk kelas I
Teater Terbuka. Sesampai di atas ia melepas kail. Seseorang yang
lain buru-buru menghampiri kail, mengkaitkan ikan asin ke mata
kail. Kail pun ditarik dan penonton gerrrr.
Sesuai dengan judulnya Flibbertigibbet (artinya kurang lebih:
edan, banyak tingkah dan cerewet memang merupakan kegilaan
yang berhasil ditarikan seara manis. Ada seting yang mirip
Swan Lake ada pula Pangeran Siegfried yang sejenk keluar
merentangkan busur panah. Karya Jonathan Taylor ini memang lebih
kena untuk publik kita. Kanak-kanak maupun dewasa terkekeh-kekeh
sampai nomor ini selesai.
Australian Graffiti?
Flibbertigibbet ditarikan 13 orang penari pria dan wanita,
masing-masing mengenakan kostum-kerja berwarna puih penuh
dengan tulisan corat-coret (Australian grafitti?). Salah seorang
di antaranya mati, dan kemudian kembali menemui rekan-rekannya
sebagai "hantu." Dari sinilah lelucon-tari ini berkembang selama
setengah jam mengajak kita tersenyum ria. Sepintas, tarian ini
kelihatan "hingar-bingar," tetapi sesungguhnya merupakan hasil
penataan yang cerdik dan cermat terhadap musik Bach: Italian
Concerto in le Berkat Flibbertigibbet penonton jadi tak enggan
di tengah gerimis harus menunggu 15 menit sebelum melihat Wings
(koreografi Christopher Bruce).
Nomor penutup ini memperlihatkan hasil latihan gerak yang cukup
keras dan menarik (walaupun belum matang benar). Wings merupakan
ramuan gerak manusiawi dan gerak burung, dengan cukup serasi.
Pada adegan "badai" dengan iringan musik Bob Downes yang
gemplta, panggung Teater Terbuka benar-benar menjadi
panggung-badai. Burung-burung jantan meluncur cepat dan berulang
kal terbanting keras ke tanah.
Sayang sekali nomor serius ini terganggu oleh gerimis.
Seringkali kita harus mengintip tontonan di sela payung-payung
yang berkembangan.
Penampilan ADT sebagal pendatang baru dalam "tari-modern'
tidaklah mengecewakan. Tentu kita tak bisa membandingkannya
dengan grup Jerman WUPPERTAL misalnya, yang lebih tua tradisi
tari-modern-nya. Atau dengan grup Alwin Nikolais dari Amerika
yang akan main di tempat yang sama, mungkin bulan depan nanti.
Sal Murgiyanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini