Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adegan itu mendenyarkan nuansa sensualitas. Tapi kedua pebalet itu seolah tahu porsi. Percumbuan itu tidak menjadi liar. Pergumulan itu tidak ”meledak”. Itulah adegan Adam dan Hawa yang disajikan kelompok balet Biarritz. Sepanjang pertunjukan kemudian muncul adegan pelukan, usapan, ciuman, namun tetap menjaga ketertataan, keanggunan.
Bertajuk Les Creatures, Thierry Mandalain, sang koreografer, menyajikan karya tari itu dengan iringan karya Beethoven, The Creatures of Prometheus, yang dikenal sebagai satu-satunya opus Beethoven untuk balet.
Prometheus—kita tahu kisah seorang titan dari mitologi Yunani—yang diperintahkan dewa untuk menciptakan manusia, tapi lalu mencuri api untuk memberi manusia pengetahuan. Ia lambang keberanian, simbol harga diri.
Ekspresi gerak para pebalet Biarritz malam itu di Graha Bakti Budaya menunjukkan esensi manusia yang jauh dari kerapuhan. Gerak-gerak optimistis, dinamis, penuh vitalitas mendominasi adegan. Tengok gairah bercinta itu. Di sebuah adegan, menggunakan bola plastik besar yang dikiaskan sebagai apel terlarang, kedua penari saling mengejar, berjamahan di sisi-sisi bola yang menggelinding pelan-pelan.
Yang menarik adalah bagaimana Thierry memasukkan vokabuler gerakan sehari-hari ke dalam idiom-idiom balet klasik. Beberapa kali penari lelaki menunjukkan gerakan yang menonjolkan kekekaran atletis. Saat mereka berpasangan, muncul juga ekspresi sedikit jenaka. Pasangan itu saling menyentuhkan, menghimpitkan dada, atau toast telapak tangan. Suatu saat penari perempuan didekap dari belakang oleh penari lelaki dan ”digerak-gerakkan” layaknya boneka.
Jelas bahwa ini unsur-unsur yang tak lazim dalam balet tradisional. Thieery ingin mengembangkan balet keluar dari batas-batas balet klasik, tapi tak ingin bereksperimen radikal. Ia tidak ingin mengganggu kekokohan baket. Ia hanya menyajikan elemen-elemen klasik yang telah baku dengan cara pandang masa kini.
Gagasan utama pertunjukan ini adalah soal penciptaan. Thierry ingin menyodorkan bahwa sejak kelahiran pertama manusia adalah juga kelahiran tarian. Manusia pertama adalah penari. Maka, struktur pertunjukan dari karyanya ini dimulai dari pasangan-pasangan, lalu disusul trio, berempat, dan sampai semua penari yang jumlahnya 14 orang tampil di panggung.
Di situ para pebalet menunjukkan khazanah gerak, mulai dari gerak balet bergaya Barok, Romantis , sampai cuplikan karya para pioner balet. ”Yang tadi adalah petilan karya Isadora Duncan, pelopor balet modern dari Amerika,” kata Frederick Derberdt, salah satu penari tentang salah satu bagian yang menampilkan penari perempuan menggunakan sayap kain seperti kupu-kupu.
Salah satu adegan yang paling menarik adalah ketika para penari laki-laki mengenakan rok balet yang disebut tu-tu. Biasanya rok ini hanya dikenakan oleh balerina. Para penari pria itu bergabung menyatu dengan penari perempuan. Selintas tak terlihat perbedaan gender. ”Kami memang ingin mengolah konsep unisex,” Derberdt menambahkan.
Kelompok ini seolah ingin menunjukkan bahwa manusia-manusia ideal ciptaan Prometheus adalah kesetaraan. Empat belas penari memunculkan pola-pola yang tegas, mengalir dengan cepat, berganti-ganti formasi: dari pasangan-pasangan, lalu kelompok pria-wanita, dan kemudian ujungnya adalah unisex yang banyak menampilkan adegan putar-putar bak whirling dance sampai mengangkat rok.
Tari ini berbicara tentang eternal circle—siklus abadi, kematian dan kelahiran kembali. Di akhir, banyak adegan menampilkan para penari dalam satu jajaran melangkah bersama-sama seolah-olah menuju titik eksodus tertentu. Saat dibalut dengan kostum sewarna kulit, rombongan pejalan ini mengesankan telanjang. Salah satu yang memikat adalah tatkala cahaya menyiram para penari dengan warna merah. Mereka lalu membentuk garis diagonal. Ini adegan setelah pembunuhan pertama dalam sejarah, kisah Kain dan Abel, Kabil dan Habil.
Seseorang penari berbaring, seolah terkapar, berguling-guling, dan semua penari dalam posisi serong di panggung berbaris melangkahinya satu per satu….
Seno Joko Suyono dan Andi Dewanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo