Born Romantic
Sutradara : David Kane
Skenario : David Kane
Pemain : Jimi Mistri, David Morrisey, Craig Ferguson, Olivia Williams, Jane Horrocks, Catherine McCormack
Produksi : Kismet Film Company Production, 2001
Kuba melahirkan gerakan. Di dalam pemikiran, di dalam film, dan di dalam pinggul. Gerak pinggul itu bernama salsa. Gerak itu ditawarkan oleh David Kane, sutradara Born Romantic. Konon, salsa adalah tarian menghibur diri kaum budak di negeri Fidel Castro itu. Dansa yang juga kondang di Tanah Air ini tersusun atas langkah-langkah pendek lantaran rantai yang membelenggu tak memungkinkan kaki para budak merentang lebar. Tarian ini kemudian jadi lambang Gran Colombia, persatuan bangsa Amerika Latin seperti diimpikan Simon Bolivar.
Sesungguhnya "salsa" diserukan untuk menyoraki sekelompok musisi agar bermain lebih semangat. Kata ini sukar dicari padanannya dalam bahasa Indonesia. "Saus" mungkin agak tepat, mengingat dansa ini bak bumbu penggelora rasa. Ini terasa betul dalam Born Romantic, yang dibuka dengan pemandangan lantai salsa London Club, tempat tiga pasang jiwa kesepian tersengat asmara irama salsa.
Cerita ini berkisar pada Eddie (Jimi Mistri, Hamlet dan East is East), sang pencopet yang terpanah cinta si pemalu pengurus kuburan Jocelyn (Catherine McCormack, Braveheart), yang dompetnya ia sikat. Kemudian, ada Mo (Jane Horrocks, Macbeth), yang berhasil pulih dari patah hatinya tapi kembali tersaruk cinta lama dengan Fergus si musisi gagal (David Morrisey, Much Ado about Nothing); serta perempuan yang acuh tak acuh Eleanor (Olivia Williams, The Sixth Sense), yang mengaku tak butuh cinta tapi berubah bak yo-yo di depan Sinatra gadungan bernama Frankie (Craig Ferguson, komedian top Skotlandia).
Musik salsa memiliki struktur standar: pembuka, fase melodius, fase montuno yang rancak dengan perkusi, kembali ke fase melodius, lalu penutup. Film ini juga memakai struktur serupa, yang membuatnya renyah dinikmati. Dave Kane memang piawai menggarap skenario bertema komedi romantik. Ritme terasa menggigit ketika keenam orang ini limbung terseret gundah saat asmaradana membakar logika.
Lakon meliuk elok berkat sang supir taksi Jimmy (Adrian Lester, Love's Labour's Lost), yang selalu jadi langganan mereka. Seraya menembus malam, ia menelanjangi enam orang tersebut dengan mengajukan pertanyaan demi pertanyaan yang jawabannya satu: cinta. Kursi belakang taksi pun berubah jadi kamar pengakuan dosa. Akhirnya para pria memutuskan menyerah pada kata hati dan melatih romansa lewat langkah "satu-dua-tiga-putar". Dan jiwa-jiwa yang terlahir kembali pun bertaut di lantai dansa.
Gita W. Laksmini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini