Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Balada ombak di tanjung kait

Tanjung kait, pantai di tangerang termakan erosi air laut. daratan 74 hektar musnah, 600 kepala keluarga perlu pemukiman baru. pemda hanya dapat mengusahakan 100 pemukiman baru di sum-sel.

21 November 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM laut bisa diduga, gebrakan laut siapa tahu. Terkadang laut memberi, terkadang menggerogoti. Paling tidak, hari-hari ini, penduduk desa nelayan di Kecamatan Mauk, Tangerang, memiliki gambaran seperti itu. Sudah dua desa nelayan, Cogrek dan Kongsi, sirna dikikis ombak Laut Jawa. Dan lima desa lainnya di kawasan itu terancam punah. "Saya lahir dan dibesarkan di Kampung Cogrek. Tapi sekarang, warisan kakek saya berupa rumah dan 10 hektar tanah di kampung itu telah musnah ditelan ombak," tutur Mamad, nelayan Desa Karang Serang, sambil merajut jala. Kini Mamad, 53 tahun, ayah enam anak, tidak punya tanah lagi. "Yang saya tempati sekarang ini milik orang lain," tambahnya memelas. Pengikisan ombak laut di desa nelayan itu sebenarnya sudah berlangsung lama. Yang terparah adalah daerah Tanjung Kait sampai ke Kali Apur -- sepanjang lima kilometer. Dan mercu suar di Tanjung Kait itu sudah berpindah lokasi tiga kali. "Dulu, di dekat pantai ada lapangan bola dan benteng Belanda. Sekarang, keduanya sudah ditelan laut," ujar Abdul Hayik, lurah Desa Karang Serang. Bahkan pada saat angin Timur jalanan desa pun dipenuhi air laut. Bila cuaca buruk, bagan yang dibangun para nelayan di tengah laut turut diterjang ombak. Maka, 573 kepala keluarga di Kampung Mekar Indah kian hari makin gelisah. Sebuah sumber di Pemda Kabupaten Tangerang mengatakan sudah 7 hektar daratan musnah dimakan erosi. Akibatnya, hampir 600 kepala keluarga di kawasan itu terpaksa mencari permukiman baru. Apa upaya menanggulangi bencana alam itu ? Menurut tetua Desa Mauk, pada zaman Belanda pernah dilakukan pembentengan dengan memasang unggukan batu karang, tapi usaha itu tidak banyak artinya. Penduduk setempat juga pernah memasang pagar kayu di daerah pantai yang rawan, sebentar sudah dilalap ombak ganas. Meski tak putus dirundung malang, penduduk Mauk masih melihat secercah harapan. Lebih-lebih setelah Pemda setempat menjanjikan permukiman baru bagi 100 keluarga korban erosi itu di Karang Agung, Sumatera Selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus