Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Balap Maut Legenda F1

Rush mengangkat babak terpanas persaingan dua pembalap Formula Satu, Niki Lauda dan James Hunt, memperebutkan gelar juara dunia. Sebuah biopic yang menghibur.

14 Oktober 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Judul: Rush
Sutradara: Ron Howard
Penulis naskah: Peter Morgan
Pemain: Chris Hemsworth, Daniel Brühl, Olivia Wilde, Alexandra Maria Lara, Pierfrancesco Favino

Sirkuit Nurburgring, Jerman, 1 Agustus 1976. Dengan kecepatan tinggi, Niki Lauda memacu Ferrarinya mengejar James Hunt, yang melenggang di posisi terdepan dengan McLarennya. Pria Austria bernama lengkap Andreas Nikolaus Lauda itu tidak rela dikalahkan musuh bebuyutannya. Tapi rupanya nasib berkata lain. Mobil yang dikemudikannya hilang kendali, tergelincir menerjang tembok pembatas, dan terbakar. Niki luka parah. Api membakar wajah dan paru-parunya.

Sebulan lebih Niki dirawat di rumah sakit. Semangatnya untuk mempertahankan gelar juara terus menyala. Apalagi, lewat layar televisi, dia menyaksikan Hunt sukses mendominasi balapan. Hanya 42 hari setelah kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya itu, ia kembali bertarung di Grand Prix Monza, Italia, dan berhasil unggul tiga poin atas Hunt. Tapi pertarungan belum berakhir. Di bawah guyuran hujan dan kabut tebal, Hunt dan Niki harus menyelesaikan Grand Prix terakhir pada 1976 itu di Sirkuit Fuji, Jepang. Sejarah mencatat, Hunt sukses merebut gelar juara dunia pertama dan terakhirnya.

Niki Lauda dan James Hunt: dua nama besar di arena balap Formula Satu (F1) pada 1970-an. Bibit-bibit persaingan itu tumbuh sejak mereka pertama kali bertemu di kejuaraan Formula Tiga (F3) di Crystal Palace, London, Inggris, pada Oktober 1970. Persaingan makin sengit ketika keduanya sukses merajai sirkuit balap. Ron Howard mencoba merekonstruksi persaingan mereka lewat film terbarunya, Rush.

Membuat film tentang tokoh terkenal yang sejarah hidupnya sudah tercatat di mana-mana memang bukan perkara mudah. Tapi Howard, yang pernah menyutradarai sederet film sukses, seperti Apollo 13, The Da Vinci Code, dan A Beautiful Mind—yang membuatnya diganjar Piala Oscar—tampak berhasil menaklukkan tantangan tersebut. Ia tak terjebak untuk berlama-lama menguraikan latar belakang dua pembalap itu. Semua diterangkan secara ringkas, padat, dan serba cepat.

Setelah mengawali film ini dengan narasi perkenalan dari setiap karakter utama, Howard langsung menggeber adrenalin penonton lewat adegan balap mobil yang menegangkan. Sejumlah footage tentang tewasnya sederet pembalap diselipkan untuk menunjukkan ganasnya sirkuit balap di masa itu, yang rata-rata menewaskan dua pembalap di setiap musim.

Rush tidak menyuguhkan seluruh perjalanan karier Niki Lauda, yang tiga kali berhasil menjadi juara dunia di F1. Begitu pula Hunt, yang puas dengan satu gelar juara. Berlatar 1970-1976, film ini memang berfokus pada babak terpanas rivalitas dua pembalap itu .

Sebagai sebuah biopic, Rush mengalir lancar dengan ramuan campuran antara aksi menegangkan di arena balap dan adegan-adegan menyentuh. Kepiawaian memilih sudut pengambilan gambar membuat penonton seakan-akan ikut larut dalam hiruk-pikuk kemegahan balap mobil paling bergengsi sejagat itu. Atmosfer 1970-an juga amat terasa lewat ketelitian tim artistik, dari gaya busana, rambut, dandanan, mobil, hingga arena balap.

Selain aksi-aksi keren balap mobil yang dibuat semirip aslinya itu, yang penting tentu saja jajaran pemain yang terlibat dalam film berdurasi sekitar dua jam ini. Aktor berdarah Jerman, Daniel Brühl, terbilang sukses menghidupkan kembali karakter pembalap kelahiran 22 Februari 1949 itu. Lewat sorot mata dan bahasa tubuh, ia menjelma sebagai Niki Lauda yang selalu serius, cerdas, ambisius, tapi kaku dan kurang suka bergaul. Di saat bersamaan, kelemahan itu juga mengundang simpati.

Berperan sebagai James Hunt, akting Chris Hemsworth pun tidak mengecewakan. Terutama jika dibandingkan dengan perannya di film Thor dan The Avengers, yang lebih banyak memamerkan otot. Ia bisa tampil sebagai Hunt yang santai, ramah, gemar minum alkohol, dan tidur dengan banyak perempuan. Hidup pria yang meninggal di usia 45 tahun pada 15 Juni 1993 itu laksana bintang rock dengan moto hidup "sex: breakfast of the champion".

Pemeran Thor itu pun mampu menunjukkan sisi lain pribadi Hunt. Pembalap yang sedikit bengal dan slengean itu sebetulnya tak selalu tangguh. Terbukti, menjelang balapan, dia selalu muntah-muntah karena cemas mengingat maut terasa begitu dekat. Hunt juga sempat terpuruk ketika istrinya, model cantikSuzy Miller(Olivia Wilde), meninggalkannya dan jatuh ke pelukan aktor Richard Burton. Duet Brühl dan Hemsworth berhasil menunjukkan hubungan Niki dan Hunt yang sesungguhnya, yakni sebagai musuh sekaligus sahabat.

Nunuy Nurhayati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus