Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Berkebaya Bersama Sebaya

Sekelompok perempuan pencinta kebaya di beberapa kota berkumpul dan mempopulerkan kembali pakaian Nusantara. Berharap kebaya menjadi pakaian sehari-hari.

27 Juli 2019 | 00.00 WIB

Sebagian anggota Perempuan Berkebaya Bogor, di Bantarsari, Bogor, 20 Juli lalu. TEMPO/Praga Utama
Perbesar
Sebagian anggota Perempuan Berkebaya Bogor, di Bantarsari, Bogor, 20 Juli lalu. TEMPO/Praga Utama

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Penampilan delapan perempuan itu terlihat anggun dengan kebaya serta kain jarit yang mereka kenakan siang itu. Sambil duduk-duduk di beranda sebuah rumah di kawasan Bantarsari, Bogor, Jawa Barat, mereka mengobrol dengan santai dan penuh tawa. Hari itu, Sabtu 20 Juli 2019, para perempuan yang rata-rata sudah berusia 40 tahun ke atas itu memang sengaja "janjian" makan siang dengan dress code kebaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Meski terlihat elegan, ada yang unik dari penampilan mereka: ada yang bersepatu kets, memakai arloji sporty, dan aksesori perhiasan model kekinian. "Memang begini gaya kami, kebaya dibuat kasual," kata Sitawati Ken Utami, salah seorang perempuan di kelompok itu. Siang itu Sitawati memakai kebaya hijau berwarna ungu bermotif bunga warna hijau toska. Untuk bawahannya, dia memakai kain batik tulis Bogor, berpadu dengan sepatu kets bermerek Fila. "Walau pakai kebaya, saya ke sini naik sepeda motor, lo," ujar Sita, panggilan akrabnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sita, yang kini berusia 48 tahun, adalah Ketua Perempuan Berkebaya Bogor. Hari itu sebagian kecil anggota organisasi tersebut berkumpul di rumah salah satu rekan mereka untuk pertemuan rutin bulanan. "Acaranya sih hanya ngeliwet dan ngobrol santai." Ini hanya satu dari sekian banyak agenda rutin mereka selain acara yang lebih "serius", seperti fashion show kebaya, lokakarya soal kain-kain Nusantara, dan kampanye berkebaya di tempat umum.

Perempuan Berkebaya Bogor adalah salah satu organisasi "cabang" dari Perempuan Berkebaya Indonesia yang digagas Rahmi Hidayati di Jakarta pada 2014. Pada 16 Juli lalu, komunitas ini menggagas gerakan #indonesiaberkebaya di Museum Nasional, Jakarta. Mereka tengah gencar mendorong ditetapkannya Hari Kebaya Nasional. Mereka juga rutin memakai kebaya untuk kegiatan sehari-hari setiap Selasa yang dipopulerkan melalui tagar #SelasaBerkebaya.

Menurut Sitawati, gaung gerakan ini tak hanya terjadi di Jakarta. Perempuan Berkebaya Bogor merupakan salah satu komunitas yang sejak lama konsisten mengkampanyekan penggunaan kebaya sebagai busana sehari-hari. Mereka cukup serius berkegiatan dan terorganisasi dengan rapi. Anggota aktif Perempuan Berkebaya Bogor mencapai 50 orang dan ratusan simpatisan. "Kami punya struktur organisasi. Ada iuran rutin anggota dan punya agenda rutin," ujar Sita.

Sama seperti komunitas serupa di kota lain, Perempuan Berkebaya Bogor dibentuk sekumpulan perempuan yang gemar mengoleksi aneka kain Nusantara sekitar tiga tahun lalu. Kebetulan, kata Sita, mayoritas anggota komunitas gemar memakai kebaya sebagai pakaian sehari-hari. Mereka pun kerap berkumpul dan membuat acara di ruang publik, seperti piknik di Kebun Raya Bogor atau peragaan busana di mal-mal di sekitar Kota Hujan. Biasanya mereka diundang untuk acara-acara seperti Kartinian, Agustusan, atau Hari Batik.

Sayangnya, hingga saat ini belum banyak anak muda yang tertarik pada aktivitas mereka. Salah satu anggota termuda di kelompok ini berusia 47 tahun. "Para anak muda baru terlibat kalau kami membuat acara," ujar Jenny Purwandi, 63 tahun, salah satu anggota sepuh di organisasi ini. Secara pribadi, dia menambahkan, biasanya para anggota juga menyebarkan "virus" kebaya kepada anak-cucu mereka.

Mereka pun sering melakukan edukasi tentang pakem-pakem berkebaya. "Banyak yang salah kaprah dan belum paham soal kebaya," ujar Dwi Arestyati, 57 tahun, anggota lain komunitas ini. Beberapa di antaranya adalah soal bentuk atasan. "Kebaya itu pasti bukaan depan, simetris, modelnya kalau tidak kutu baru, kartini, atau peranakan."

Selain itu, mereka anti-kain batik buatan pabrik. "Kalau batik cap kami masih oke. Tapi, untuk batik pabrik, apalagi yang buatan luar negeri, kami menolak," tutur Dwi lagi. Bukan apa-apa, kata Dwi, hal itu dilakukan agar para pengguna kebaya menghargai hasil karya para perajin batik dan kain Nusantara.

Pesan-pesan semacam ini sering mereka gaungkan kepada masyarakat dalam setiap acara. Salah satu prinsip lain Perempuan Berkebaya Bogor adalah cara penggunaan kainnya. "Kain tidak boleh dipotong atau dijahit menjadi rok, harus asli dan dililit." Dwi, yang gemar aktivitas luar ruang seperti memanah, kerap memakai kebaya dalam setiap kesempatan.

Prinsip tersebut, menurut Sita, bukan tanpa tujuan. "Batik dan kain Nusantara itu karya seni, harganya bisa mahal. Sayang kalau dipotong atau dijahit," kata dia. Dengan mempertahankan bentuk asli, kata Sita, pemilik bisa menjaga nilai dan harga kainnya, bahkan bisa diwariskan kepada generasi berikutnya. "Kami sendiri banyak yang memakai kain-kain warisan dari orang tua kami dulu, dan sekarang masih dalam kondisi bagus."

Walau punya prinsip-prinsip yang tegas, mereka tetap bersikap santai soal padu-padan dan gaya berpakaian. Misalnya penggunaan sepatu kets dengan kebaya. Menurut Dwi, hal pertama yang harus diperhatikan adalah keserasian warna dan model serta acara yang dihadiri. Jika acaranya santai, mereka akan bergaya kasual. "Tapi, kalau acara formal, tentu saja aksesori atau sepatunya menyesuaikan."

Mereka juga kerap memadukan kebaya dengan kain khas daerah lain. "Yang penting matching dulu." PRAGA UTAMA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus