Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tradisi Nyadran Warga Ngijo di Semarang digelar di awal Januari 2025.
Warga Ngijo memotong 45 kambing untuk merayakan Nyadran.
Selain makan bersama, warga berziarah ke makam leluhur.
HUJAN rintik sejak pagi hari tak menyurutkan warga untuk menggelar tradisi Nyadran pada Kamis, 2 Januari 2025. Kegiatan tersebut dimulai lebih awal. Warga berbagi tugas. Ada yang menyembelih kambing, memasak, dan para perempuan membantu memasukkan makanan kecil ke dalam bungkusan.
Masyarakat bergotong royong memasak daging kambing untuk dibagikan kepada warga sekitar dalam tradisi Nyadran Desa yang digelar di kompleks makam Sentono, Gunungpati, Semarang, Kamis, 2 Januari 2025. TEMPO/Budi Purwanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nyadran merupakan salah satu tradisi yang masih lekat dalam kehidupan masyarakat Jawa. Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta “Sraddha”, yang artinya keyakinan. Nyadran merupakan sebuah tradisi mendoakan leluhur yang sudah meninggal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Orang-orang menyiapkan masakan daging kambing untuk dibagikan kepada warga sekitar dalam tradisi Nyadran Desa. TEMPO/Budi Purwanto
Tradisi ini juga dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur warga dengan memotong kambing. Sebanyak 45 kambing disembelih, kemudian dimasak secara bergotong royong. Masakan lalu dibagikan kepada warga yang hadir.
Warga Ngijo berziarah sebagai bagian dari tradisi Nyadran Desa di kompleks makam Sentono, Gunungpati, Semarang. TEMPO/Budi Purwanto
Setiap Kamis Wage bulan Rajab dalam penanggalan Jawa, warga Kelurahan Ngijo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah, tak pernah berhenti melestarikan tradisi Nyadran. Masyarakat berkumpul, berdoa, dan menggelar pengajian di kompleks makam Sentono yang merupakan petilasan tokoh ulama setempat, Kiai Haji Asyari.
Ratusan warga Ngijo mengikuti pengajian di kompleks makam Sentono Gunungpati, Semarang dalam tradisi Nyadran Desa. TEMPO/Budi Purwanto
Bagi warga, Nyadran diartikan sebagai penghormatan kepada leluhur. Ritual dimulai dengan berziarah ke makam. Sambil menaburkan segenggam kembang di atas makam, warga mendoakan leluhurnya.
Warga Ngijo berziarah ke kompleks makam Sentono sebagai bagian dari tradisi Nyadran Desa. TEMPO/Budi Purwanto
Uniknya, di setiap rumah, pintu terbuka lebar. Warga menyiapkan sajian makanan di ruang tamu layaknya perayaan Lebaran. Warga desa yang merantau pun pulang kampung agar bisa mengikuti tradisi leluhur tersebut. Warga yang jauh pun saling berkunjung untuk tetap menjalin tali silaturahmi seperti yang diajarkan para leluhur.
Bungkusan daging kambing siap untuk dibagikan kepada warga setempat saat tradisi Nyadran Desa yang digelar di kompleks makam Sentono, Gunungpati, Semarang. TEMPO/Budi Purwanto
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo