Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Cinta di Antara Desing Peluru

Sebuah film roman cinta dengan latar belakang sejarah. Begitu banyak aktor besar dengan cerita yang agak lemah.

2 Agustus 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Shanghai
Sutradara:Mikael Hafstrom
Skenario: Hossein Amini
Pemain: John Cusack, Gong Li, Chow Yun Fat, Ken Watanabe

Shanghai, 1941. Inilah saat Jerman sudah menguasai berbagai negara di Eropa, dan Jepang sudah menduduki kota-kota penting di Cina. Shanghai, yang disebut Paris di Timur, tengah menghitung detik-detik terakhir sebelum Jepang merangsek masuk. Syahdan, agen rahasia Amerika, Paul Soames (John Cusack), yang menyamar sebagai wartawan, punya misi penting: mencari tahu penyebab kematian Connor (Jeffrey Dean Morgan), sahabatnya, yang juga berprofesi sebagai agen rahasia.

Di Shanghai, dengan tidak mempedulikan kecerewetan atasannya, Soames tampak bisa berkeliaran ke mana-mana untuk mencari info penting. Di sebuah tempat perjudian tingkat elite, matanya bersirobok dengan bidadari jelita bernama Anna Lanting (siapa lagi kalau bukan Gong Li). Dengan mata yang sigap seperti mata elang, Soames bisa memperhatikan arah tangan dan lirik mata Anna. Soames segera tahu, Anna datang ke sana tidak hanya sekadar untuk berjudi, tapi untuk saling berkabar dengan kawan-kawannya. Anna menjadi sosok yang magnetis bagi Soames.

Di sebuah pesta, di kemudian hari, tentu saja Soames dihadapi kenyataan, Anna adalah istri Anthony Lanting (Chow Yun Fat), bos gangster lokal yang terpaksa berkongsi dengan Tanaka (Ken Watanabe), penguasa Jepang di Shanghai.

Belakangan, upaya Soames mengendus pembunuh sahabatnya mulai bercabang ketika dia menyadari posisi Anna dalam Shanghai. Ternyata dia bagian dari kelompok resistan yang terkenal melakukan pembunuhan terhadap penguasa Jepang di Shanghai atau para konspirator Cina dengan Jepang. Soames secara tak sengaja akhirnya selalu sibuk menutupi gerakan Anna yang berbahaya, agar suaminya dan Tanaka tak bisa mengikuti jejak Anna.

Film ini tentu saja, tak bisa tidak, mengingatkan kita pada aroma film Lust, Caution (2007) karya Ang Lee, yang juga bertema cinta dan pengkhianatan di masa pendudukan Jepang di Cina. Tugas intelijen untuk mengendus akhirnya sering terkubur perlahan karena cinta tak kuasa dibunuh. Tugas intelijen berantakan dan cinta pun akhirnya terbanting. Paling tidak, itu yang terjadi dalam film Lust, Caution. Film ini berhasil menyaji kan ketegangan yang jauh lebih menggi git. Ang Lee berhasil menampilkan karakter yang sangat kuat dan membangun suasana nafsu yang tertahan-tahan antara pasangan yang diperankan Tony Leung dan Wei Tang.

Sedangkan film Shanghai sejak awal sudah memberikan tanda yang cukup eksplisit bahwa akan terjadi hubungan asmara antara Soames dan Anna Lan ting, apalagi Soames memang gemar berlompatan dari satu tempat tidur ke tempat tidur lain. John Cusack dan Gong Li sudah terlihat akan menjadi pasangan romantis sejak awal. Ketegangan sudah sirna ketika tentara Jepang sudah merangsek, hingga suasana misteri dalam film intelijen menguap. Mentalitas kita kemudian dibelokkan ke suasana film perang. Apa yang akan terjadi antara Soames dan Anna akhirnya tak terlalu penting karena, dalam perang, kematian terlalu sering datang.

Bagaimanapun, Shanghai tetap sebuah film berlatar belakang sejarah yang disusun dengan rapi, dengan kostum dan tata artistik yang teliti. Meski syuting dilakukan di Thailand, tim penata artistik berhasil membuat desain Kota Shanghai pada 1941 seperti sebuah kota dagang tua yang mencoba bertahan.

Ketika akhirnya Jepang menyerang Pearl Harbor, cerita yang semula bersifat personal berubah menjadi film kolosal yang agak gigantik. Kita kemudian melihat John Cusack dan Gong Li di antara jutaan warga Shanghai yang kelojotan ingin keluar dari neraka itu. Satu episode dramatik ke episode dramatik lainnya terjadi begitu cepat dan melelahkan. John Cusack, Gong Li, dan Chow Yun Fat tampil sebagai penyegar di antara kisah dengan plot yang lemah ini.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum