Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Craven menggugat santet

Wes craven membuat film naga dan bianglala di haiti. film tersebut mengisahkan soal santet, cinta dan kematian. haiti dikenal dengan ilmu hitamnya. craven tak menyinggung soal kebiadaban militer di haiti.

12 Desember 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INILAH film Amerika pertama yang dibuat di Haiti: Naga dan Bianglala. Dan sutradara yang punya nyali membuat film di ncgara yang kini kelam oleh teror itu adalah Wes Craven. Craven nekat mengambil lokasi Haiti, karena film Naga dan Bianglala bicara soal cinta, santet, dan kematian. Ia merasa kurang afdol bila film yang berkisah tentang seorang antropolog Amerika yang jatuh kasmaran pada wanita pribumi Haiti itu tak dibuat di tanah aslinya. Dan Haiti kini, apalagi dulu, adalah negeri yang terkenal dengan ilmu hitamnya. Tapi kematian di Haiti tak cuma lantaran santet. Negeri ini pernah diperintah oleh dua diktator yang haus kekuasaan, uang, wanita, dan darah. Mereka adalah ayah dan anak: "Papa Doc" dan "Baby Doc" Duvalier. Selama Haiti di bawah kekusaan keluarga Duvalier, hampir tiga dekade, pasukan khusus pengawal presiden, yang diberi nama Tonton Macoutes, merupakan momok yang menakutkan bagi rakyat. Karena pasukan khusus berseragam hitam itu tak jarang memukul mati orang-orang yang dicurigai menentang politik Papa dan Baby Doc. Bahkan sering orang-orang yang tak disukai ditembak dari jarak dekat, lalu mayatnya dipertontonkan kepada khalayak. Akhir tahun lalu, diktator terakhir dari keluarga Duvalier -- Jean Claude (Baby Doc) Duvalier -- digulingkan oleh sekelompok perwira dalam sebuah kudeta berdarah. Tapi tumbangnya dinasti Duvalier itu ternyata tak membuat rakyat bebas dari ketakutan. Bahkan penguasa militer tak segan-segan menembak mati calon presiden yang disiapkan sebagai pengganti kekosongan yang ditinggalkan Baby Doc. Tuduhan yang dilontarkan terhadap korban: menghasut rakyat untuk membenci tentara. Maka, rakyat yang mengikuti kampanye itu, supaya tak termakan "racun" antitentara, banyak yang digebuki sampai mati. Penguasa militer Haiti bukan satu-satunya kekuatan yang menggunakan "bahasa bedil". Anggota Tonton Macoutes, yang tak pernah bisa dilucuti, masih tetap beringas seperti dulu, sekalipun sudah terdesak ke pedalaman. Mereka merampok, membunuh, dan memperkosa wanita. Tapi, Naga dan Bianglala, yang juga nama sebuah upacara santet di Saint Eau, tak jauh dari Ibu Kota Port-Au-Prince, sama sekali tak menyinggung keberingasan penguasa Haiti. Craven semata-mata bercerita tentang dunia ilmu hitam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus