Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FOR GOD AND COUNTRY Korban Paranoid Amerika Penulis: James Yee & Aimee Molloy Penerjemah: Soemarni Penyunting: Marvel Neydi Penerbit: Dastan Books, Mei 2006 Tebal: 364 halaman
FLORIDA, 10 September 2003. Kapten James Joseph Yee riang menjejakkan kaki di Pangkalan Udara Angkatan Laut Jacksonville. Di kepalanya sudah terencana: dengan taksi, ia akan melaju ke Bandara Internasional Jacksonville, se-belum terbang balik menuju Seattle.
Setelah itu, satu jam perjalanan l-agi bakal ditempuhnya menuju Fort Le-wis, Washington. Ditambah beberapa me-nit perjalanan ke luar kota menuju rumahnya di kawasan Olympia, kerinduan terhadap anak dan istrinya selama sepuluh bulan terakhir akan tertebus. Malangnya, Yee hidup di tengah suasana ketika praduga lebih berkuasa ketimbang fakta.
Siang itu, ketika menginjak Jackson-ville, ia baru saja meninggalkan Guantanamo. Di kompleks penjara dengan pengamanan maksimum yang dijuluki Amnesty International sebagai ”Gulag Zaman Kita” itu, alumni West Point 1990 ini lebih populer dengan nama Islamnya, Ustad Yusuf. Ia menyandang tugas yang hanya bisa dipenuhi sangat sedikit orang Amerika: ulama militer (chaplain).
Sebagai chaplain, Yee bertugas mem-berikan layanan keagamaan kepada para ”pejuang musuh”—istilah yang di-gunakan serdadu Amerika untuk sekitar 700 tahanan muslim dari ber-bagai negara. Pengetahuan keislaman-nya yang luas, dan bahasa Arabnya yang fasih, membuat Yee akrab de-ngan para tahanan.
Sejak kedatangan Yee, pada November 2002, aura keagamaan semakin terasa, misalnya de-ngan penyelenggaraan salat Jumat di kalangan para tentara muslim Amerika dan para penerjemah. Rupanya, hal-hal seperti ini justru dipandang negatif oleh beberapa petinggi militer di Guantanamo.
Dan siang itu kerinduan Yee terhadap keluarga-ny-a kandas. Pihak mili-ter Amerika menuduh Yee ka-ki tangan Al-Qaidah, me-lakukan kegiatan penyadapan dan mata-mata, dan tak mematuhi perintah atasan. Dengan tuduhan ”maksimal” itu, Yee dijebloskan ke penjara Angkatan Laut di Charleston, South Ca-rolina, dalam sel isolasi dengan tangan dan kaki digari. Jika semua tuduhan terbukti, Yee akan menghadapi hukuman mati.
Empat hari setelah Yee ditangkap, sebuah artikel kecil muncul di The Washington Times dari seorang p-eja-bat pemerintah yang memilih ano-nim. Amerika digoyang senewen baru: anasir ”teroris” menyusup ke dalam struktur militer Amerika. Media massa dengan sigap menyambar sensasi ini tanpa melakukan verifikasi.
Sebagian menjuluki Yee dengan ejek-an ganda: ”Taliban Cina”. Tapi, semua tuduhan itu tak pernah terbukti. Militer Amerika, yang pantang kehilangan muka, menerbitkan dakwaan baru: Yee berzina dengan tiga wanita rekan kerjanya di Gitmo serta mengunduh gambar-gambar porno di komputernya.
Semua dakwaan sontoloyo itu satu per satu gugur di pengadilan, pada 19 Maret 2004. Setelah itu, Yee dengan besar hati masih mau bertugas lagi sebagai chaplain di militer Amerika, sampai Januari 2005.
Semua pengalaman itu dituangkan Yee dalam memoarnya dengan rinci (versi Inggris terbit Oktober 2005). Bukan hanya penyimpangan-penyim-pangan yang dilakukan serdadu Ame-rika di Guantanamo, melainkan juga kehidupan leluhurnya di Amerika, awal ketertarikannya pada Islam, sampai ia bersyahadat pada 9 April 1991, dan masa-masa ia melanjutkan ku-liah di Universitas Abu Noor, Damaskus, Suriah.
Menjelang kuliah-nya kha-tam, ia bertemu de-ngan seorang gadis Suriah berdarah Palestina, Huda, yang kelak menjadi istri-nya. Tak pelak lagi, For God and Country adalah sumber historiografi berharga dari salah satu tempat paling misterius di muka bumi.
Sikap paranoid yang ditunjukkan Amerika mengingatkan kita pada kasus pemerintah melawan Wen Ho Lee, ilmuwan keturunan Cina-Amerika, pada 1999. Lee ilmuwan di Laboratorium Nasional Los Alamos, ketika tersiar kabar ia mengirimkan rahasia nuklir Amerika ke Cina. Ia dipenjara hampir setahun. Setelah kasusnya selesai, pemerintah Amerika akhirnya mengakui: tuduhan mereka satu kesalahan. Anehnya, kesalahan itu diulangi pada salah seorang putra terbaik mereka sendiri: James Yee.
Akmal Nasery Basral
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo