Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
SETELAH melakukan kegiatan apa pun, tangan kiri Khansa seolah-olah tersetel otomatis untuk langsung bergerak meraih telepon seluler dari kantongnya. Sesaat setelah mendapat kursi di gerbong kereta, misalnya, juga begitu masuk ke warung bakmi, bahkan saat baru saja bertransaksi narkotik atau memulaskan pupur pada wajah mayat yang membeku. Pada layar kecil di genggamannya itu, Khansa segera terhanyut menonton tayangan sinetron, lalu tertawa-tawa sendiri jika ada adegan lucu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo