Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Dering telepon brigitte lefevre

Penampilan grup balet prancis, teater sunyi (theatre du silence) di taman ismail marzuki, sebagai pembukaan acara pekan balet dkj ii, diharapkan menjadi teladan dalam ketinggian teknik & kreativitas.(tr)

3 Desember 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUNIA balet kini tak lagi mengunci diri, juga di Prancis. Balet tak lagi hanya nongkrong di gedung Opera Paris, tetapi mulai keluar sarang, muncul di tempat umum di daerah pinggiran dan di luar Paris. Konsekuensinya, balet pun, mau tak mau, mesti menyesuaikan diri. Untuk itu, Jacques Garnier dan Briitte Lefevre menciptakan Teater Sunyi (Teatre du Silence). Untuk mewujudkan citra baru ini, Merce Cunningham - tokoh pembaharu tari Amerika yang memberontak terhadap Martha Graham punya andil cukup besar. Ini terlihat dari penampilan Teater Sunyi di Teater Utama Taman Ismail Marzuki, 21 dan 22 November. Satu per satu lampu gedung dipadamkan. Dan dengan merambat, suasana pentas pun berubah. Layar terkuak perlahan. Sesosok tubuh tampak dalam keremangan di pentas. Temaram berankat menjadi terang, irama merambat terus berlanjut. Gerak tubuh seakan dinikmati benar oleh para penari, hingga denyut napas mereka terlihat jelas. Gerak perlahan ini acap kali berhenti, dan para penari diam bagaikan patung. Inilah nomor pembuka, Irterruptions, karya Susana Hayman-Chaffey, diiringi musik karya Tom Pile yang mirip kolase . Dalam nomor awal ini, bagian-bagian tarian tak saling berhubungan. Interruptions berkisah tentang kehidupan kota. Tentang susahnya memusatkan perhatian hanya pada satu hal, penciptaan misalnya. "Selalu saja ada yang mengganggu," kata Chaffey. "Dering telepon dan tangis anak-anak dengan paksa memutus kesinambungan kerja. Pengalaman inilah yang hendak saya tampilkan dalam karya ini." Nomor kedua adalah Traversee, tarian tunggal karya Brigitte Lefevre. Nomor ini dibawakan oleh Muriel Belmondo, yang teknik geraknya memang cukup lincah dan mulus. Kedua nomor awal yang pendek ini (20 menit dan 9 menit) bernada kelewat redup: tenang dan pelan. Baru pada nomor terakhir, Carmina Burana, suasana berubah menjadi gempita. Boleh jadi, para penari memang sengaja menyimpan tenaga untuk nomor ini. Karya baru Brigitte Lefevre ini baru diperdanakan di La Rochelle, Oktober 1983. Carmina digarap berdasarkan musik-Carl Orff (1895-1982). Selaras dengan muasal sang komponis, suasana Kristiani khas Bavaria sangat terasa. Di Prancis, Carmina Burana lebih dikenal sebagai "nyanyian biara Beuren". Suasana musik yang religius memberikan dukungan kuat pada keberhasilan komposisi. Saya menduga, motivasi penciptaan karya tari Ini memang bersumber dari sana: syair bahasa Latin dan musik gerejani Orff, yang memang menyediakan imaji-imaji bagi lahirnya sebuah tarian. Musik Carmina Brrana cukup dikenal di dunia tari modern sejak mula pertama dikoreografikan John Butler dari Amerika, dan diperdanakan di New York pada 1959. Syairnya berkisah tentang sekelompok biarawa dan biarawati yang menolak disiplin ordonya. Mereka menurutkan godaan hati, menempuh kehidupan sekuler, menikmati duka dan kenikmatan dunia. Musik ini juga menggambarkan putaran roda kehidupan yang terkadang di puncak dan ada kalanya terseok di dasar. Kisah asli Carmina Burana dibagi menjadi tiga bagian: Musim Semi, Di Kedai Minum, dan Pelataran Cinta. Dalam karya tari, Lefevre sudah lebih bebas memberikan interpretasi. Kesepuluh penarinya (lima wanita dan lima pria) tak agi mengenakan kerudung atau jubah, tetapi memakai baju terusan tak berlengan dan celana panjang berwarna sama (cokelat muda). Dengan tatanan gerak yang cerdik, Lefevre berhasil mengimbangi komposisi Orff yang berat. Kesepuluh penari itu acap kali bergerak bersama untuk kemudian dengan lincah melepaskan diri. Satu, dua, tiga, atau empat penari bergerak memisah sebagai fokus, sisanya tinggal sebagai latar belakang: kadang duduk bersila, kadang berlutut. Atau, mereka berdiri untuk, pada gilirannya nanti, mengambil alih sebagai fokus. Untuk menciptakan kontras ruangan, digunakan angkatan tubuh seperti dalam balet. Cuma caranya yang nonkonvensional. Ada yang menelosor mirip dua patung sphinx Mesir, ada yang diangkat ramai-ramai dalam posisi duduk. Ada pula yang berdiri tegak berhadapan pada telapak tangan dua orang penyangga. DARI pertunjukan malam itu, Carmina Burana-lah yang menghidupkan keseluruhan penampilan, sekalipus membuktikan kemampuan Brigitte Lefevre. Kesan gerak-gerak "asal kena" yang tak serempak a la Cunningham memang terasa. Lefevre memang mengakui satu hal penting yang diperolehnya dari Cunningham: kemungkinan untuk menggali gerak pada dinamika tubuh penari sendirl. Namun, Cunningham bukanlah segala-galanya. Sebab, Lefevre sejak berusia 8 tahun sudah menjadi siswa Opera Paris. Di situ, kemudian, ia menjadi salah seorang penari utama. Pada 1971 ia mulai menciptakan karya-karyanya sendiri. Kemudian, bersama Jacques Garnier dan 12 penari muda dari Opera Paris, ia mendirikan Theatre du Silence, 1972. Ketika Jacques dipanggil kembali ke Opera Paris untuk menangani Grup Riset Teater-nya, 1980, maka tak segan Brigitte Lefevre segera mengambil alih pimpinan Teater Sunyi. Tampilnya grup balet Prancis, sebagai pembukaan acara Pekan Balet Dewan Kesenian Jakarta II, diharapkan memberikan teladan. Bukan hanya dalam ketinggian teknik dan kreativitas, tetapi - dan terutamajuga pada sikap grup ini: terbuka terhadap pembaharuan. Ada lagi yang bisa dicomot dari grup Teater gini, yakni sistem organisasinya. Kelompok seni pertunjukan di mana pun, ternyata, tak dapat tumbuh sendiri, selalu butuh bapak angkat. Teater Sunyi beruntung diadopsi oleh wali kota La Rochelle pada 1971, yang dengan tulus "memberikan" kesempatan pada seniman-seniman tari ini mencipta dan mewujudkan programprogram mereka dan sekaligus memberikan kesempatan kepada warga kotanya menikmati pertunjukan yang bertaraf nasional. Sal Murgiyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus