Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Desa Jimbe, Telur, dan 200 Gong

30 Desember 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DESA Bendo Gerit, Blitar, awal September 2001. Komponis I Wayan Sadra membawa sejumlah pemusik ke desa pengrajin alat-alat perkusi itu. Para pengrajin itu lantas mempersilakan mereka untuk mencoba jimbe dan bongo hasil produksinya. Seminggu kemudian? Mereka pentas rame-rame dengan produk asli Blitar itu. Sadra kini berhasrat memopulerkan desa itu. Kenapa ia begitu terkesima dengan Deso Bendo Gerit? Awal mulanya adalah ketika ia kecewa dengan sebuah jimbe yang dipesannya pada seorang ahli kendang di Solo. Menurutnya, bunyinya kurang nyaring seperti jimbe Afrika. Bila ditabuh, bunyinya malah seperti kendang Jawa. Sampai pada suatu hari ia menemukan jimbe made in Blitar yang dijajakan di toko suvenir kawasan wisata Bali. Lelaki kelahiran Denpasar 1953 ini kaget merasakan kualitas jimbe Blitar itu tak kalah dengan buatan Afrika. Lucunya, tinggi mutu itu tidak diketahui oleh pengrajinnya sendiri. Para pengrajin membuat instrumen hanya berdasarkan gambar. Akhirnya, Sadra membangun sebuah obsesi: ia ingin mengadakan festival perkusi tahunan di desa itu. Dosen STSI Surakarta ini bisa disebut salah satu wakil Indonesia dalam dunia world music. Tahun ini ia diundang ke festival milineum di Compostela, Spanyol. Karir internasionalnya dimulai setelah beberapa komposisinya direkam oleh Jody Diamond dari American Gamelan Institute. Hingga sekarang ada tiga lembaga world music yang merekam karyanya yaitu American Gamelan Institue, Leonardo Music Journal, dan Broadcasting Music Incorporation. Atas dasar itu, tahun 1991 Sadra pernah menerima beasiswa artist in residence di MIT (Massachusetts Institute of Technology). Yang mendapat beasiswa ini di masa lalu adalah orang-orang terkemuka, misalnya novelis Toni Morisson (1992); penyanyi Nusrat Fateh Ali Khan (1993); komponis Steve Reich (1995) dan novelis Maxine Hong Kinston (1996). Sadra terkenal dengan hasrat eksperimennya yang membludak. Ia pernah menggebuk batu bata untuk iringan pentas tari, hingga penonton terbatuk-batuk akibat debu yang beterbangan ke seluruh ruangan. Eksperimennya tentu memiliki dasar yang kuat. Tengok kembali Colorado di tahun 1990. Saat itu di sebuah ajang musik kontemporer gagasan musisi John Cage, Sadra diganjar penghargaan oleh The International Society for the Arts, Science and Technology Berkeley, Kalifornia akibat eksperimen komposisinya yang “unik”. Ia membawa ke panggung dinding baja tipis yang telah dipanasi api. Tangan Sadra menggenggam senampan telur. Ia lalu melempar telur-telur itu. Setiap kali telur pecah menghantan dinding baja panas, lahirlah suara kresssshhhhh-prekkkk-cesssshhhh. Suara itu diperbesar volumenya hingga mencekam penonton. Esoknya, kritikus musik New York, Galil Khan, menulis bahwa pelat baja itu menghasilkan visualisasi mirip karya Jasson Pollock. Telur-telur pecah, dengan kuning telur yang menempel matang atau muncrat, mengingatkan pada corak lelehan cat pelukis abstrak itu. Padahal ide Sadra sama sekali tak ada hubungannya dengan Pollock. “Saya mengambil gagasan dari tradisi perkawinan Jawa. Saat pengantin pria injak telur itu kan telurnya berbunyi dan menggetarkan sang pengantin ha ha ha,” katanya. Sadra adalah musisi yang berprinsip instrumen apa pun bisa didekati dengan latar belakang musikal yang berbeda. Sepanjang tahun 2001 ini ia bereksprimen memainkan instrumen-instrumen combo dengan teknik pendekatan tradisional. Obsesinya di tahun-tahun mendatang? Ia ingin menampilkan suatu cho rus gong yang terdiri 200 pemain gong. Seno Joko Suyono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus