Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Di Balik Billboard Raksasa

Ekspo grafika digital di Jakarta memperlihatkan makin majunya teknologi cetak digital. Membuka kemungkinan inovasi dunia grafis dan seni rupa publik.

13 Agustus 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cetakan foto buah-buahan itu tampak tajam, tidak pecah. Padahal ukurannya demikian besar. ”Mesin ini bisa mencetak selebar 5 meter dengan panjang tak terbatas, Pak,” kata Jose Kosasih, staf mesin cetak (large format printing) asal Cina, berusaha meyakinkan pengunjung. ”Lihat, separasi warnanya tak ’lari”.

Segera terbayang apabila itu dibentangkan untuk baliho di jalan akan merangsang mata. ”Di Surabaya, di depan Bandara Juanda, kami membuat iklan sebesar 5 x 60 meter.”

Inila ekspo grafika digital terbesar di Asia Tenggara. Forum yang mengambil tema Where Technology Meets Creativity ini berusaha menyajikan perkembangan terbaru dunia cetak tanpa film. Puluhan stan, dari berbagai distributor, memamerkan mesin cetak digitalnya. Masing-masing menampilkan demo mencetak format gigantik. Menyuguhkan bahwa tampilan print out besar dari mesin cetak mereka resolusinya tinggi, presisinya sempurna.

Sebuah stan memperagakan foto wajah seorang wanita dicetak dalam ukuran raksasa. Mata, alis, bibirnya, senyumnya, dapat terlihat detail tanpa kabur. ”Ini kami cetak di atas plastik model terpal,” tutur si penjual. Ia meyakinkan bahwa cetakannya tahan cuaca, tahan hujan, tak mudah luntur.

”Yang membedakan dengan mesin cetak lama, mesin cetak baru ini rata-rata memiliki tinta 12 warna,” kata Irvan Noeman, pengamat desain, yang juga CEO ekspo. Ia melihat revolusi mesin cetak ini menantang praktisi desain. Menurut dia, industri billboard di Jakarta akhir-akhir ini sangat inovatif. Bahkan tak kalah dengan Hong Kong. ”Di Jakarta industri banner kini sangat laku,” katanya.

Bila kita amati, sebagian yang ikut dalam pameran adalah distributor mesin cetak digital produk Cina. Industri grafika di Cina tumbuh pesat. Pabrik mesin cetak menjamur dan inilah dampak ketika perusahaan mesin cetak terkenal dari Jerman Heidelberg membuka pabrik di Shanghai. Mesin grafika buatan Cina muncul dengan harga lebih murah dan kini menyerbu Jakarta dan Surabaya.

Keunggulan lain mesin cetak digital baru ini, menurut Irvan, adalah kemampuannya mencetak sesuai dengan kemauan kita. Tidak harus dalam jumlah yang besar seperti mesin cetak lama. Kita, misalnya, bisa membuat hanya sepuluh buku luks untuk kado seseorang. Atau membuat laporan tahunan untuk rapat pemegang saham dalam hitungan jam.

Irvan melihat mesin cetak digital akan membuat perubahan pada bisnis media. Dengan menggunakan mesin yang dapat mencetak sesukanya itu, orang dapat membuat sebuah majalah dengan cover berlainan. Cover bisa dicetak berbeda-beda tergantung sasaran pembacanya. ”Sasaran majalah akan semakin personal,” katanya.

Dalam seminar yang dihadiri praktisi dan konsultan desain dari Finlandia, India, Jepang, Belanda, Korea, Hong Kong, Amerika, kecenderungan tren personal juga dibicarakan. Di Amerika ada toko sereal yang menyediakan lebih dari 30 jenis sereal dengan 30 topping. Orang bisa memilih sendiri tergantung seleranya,” kata Lisa Yong, praktisi desain asal Singapura yang sekarang bekerja di California. Ia mengibaratkan, demikian juga halnya dengan kemasan desain majalah nantinya. Satu edisi bisa dibikin bermacam-macam, untuk menjemput variasi segmen pembaca.

Forum akbar ini belum melibatkan seni murni. Padahal ada beberapa perupa yang dikenal memiliki minat mengolah karyanya bertolak dari perkembangan terbaru cetak digital. Perupa Italia yang tinggal di Bali, Filipo Sciascia, misalnya, menghasilkan karya bermain-main dengan gradasi pixel. Dipo Andi pada Hari Ibu kemarin membuat cetakan ratusan wajah tokoh perempuan Indonesia dalam format besar yang kemudian dibentangkan di dinding muka sebuah kafe di bilangan Veteran, Jakarta. Tapi memang lebih banyak praktisi desain periklanan yang berada di wilayah ini.

”Hanya Rp 450 juta, Pak,” kata seorang sales, menawarkan sebuah mesin cetak digital Cina. Melihat antusiasme pengunjung di pameran ini, bukan tidak mungkin pada tahun-tahun depan baliho dan banner raksasa makin ”memeriahkan” Jakarta.

Seno Joko Suyono, Anita Lawudjaja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus