OLIMPIADE Seoul -- 88, tak pelak lagi, memang telah menjadi salah satu peristiwa termegah dalam peradaban manusia. Pesta olahraga itu terbesar di antara yang pernah diselenggarakan -- sejak 92 tahun lalu Baron de Pieree de Coubertin mencetuskan Olimpiade modern. Lebih dari 13.000 atlet dari 161 negara berusaha memperebutkan prestasi tertinggi. Sementara itu, sekitar tiga milyar penonton televisi di lima benua menyaksikan pertarungan di antara mereka untuk meraih juara, hingga ke ambang batas kemampuan tubuh manusia. Semboyan Citius, Fortius, Altius (makin cepat, makin tinggi, makin kuat) telah memacu semangat bertarung manusia di bidang olahraga selama hampir tiga ribu tahun. Bahkan tak kurang dari Filosof Aristoteles dan Kaisar Nero memberi perhatian besar dalam Olimpiade. Pada awalnya, prestasi Olimpiade di Yunani diperoleh dengan taruhan nyawa. Dalam adu perkasa di arena terbuka, para jagoan tidak hanya menonjok, menyepak, dan memiting lawan, tapi boleh menggigit dan mematahkan tulang. Namun, aturan main masih ada. Yang kalah dapat menyatakan takluk, kalau kebetulan tangannya tak patah. Tuntutan kesempurnaan untuk mengejar prestasi lalu mencetuskan semboyan Gens Una Sumus (kita adalah satu keluarga). Kendati motto dimaksud hanya tertera di emblem FIDE (World Chess Federation), hingga sekarang kalimat Latin inilah inti pegangan bagi peserta dan penyelenggara Olimpiade. Buktinya, Amerika Serikat dan Uni Soviet -- dua raksasa dalam persenjataan dan olahraga walau berbeda paham politik, toh siap berlomba di arena yang sama. Dalam dua kali Olimpiade, dua negara superkuat itu sempat baku boikot Olimpiade (Moskow 1980 dan Los Angeles 1984). Tapi sekarang, di bawah naungan Gens Una Sumus, atlet AS yang gemerlap, Florence Griffith Joyner, dan pesenam lincah Elena Shoushounova dari Uni Soviet, meraih kebanggaan yang sama di Olimpiade XXIV Seoul itu. Dan Korea Selatan, sebagai tuan rumah -- yang didampingi dengan pesta kesenian dari negara-negara peserta -- menjadi salah satu rangkaian mutiara sejarah panjang bangsa yang telah berusia 5.000 tahun itu. "Penyelenggaraan Olimpiade di sini merupakan fajar baru bagi Korea," kata Park Seh-Jik, Presiden Komite Olimpiade Seoul. Peristiwa olahraga yang memperebutkan 237 medali emas dari 23 cabang olahraga itu sebenarnya bukan pula sebagai kebanggaan Korea Selatan saja. Logo Olimpiade Samt'aeguk -- diambil dari desain dekorasi arsitektur tua Korea --lambang yang ditujukan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Burhan Piliang
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini