Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Di Saat Media Cetak Nyaris Tersingkir

Sebuah film thriller politik; juga mengungkap konflik media cetak yang terancam oleh perkembangan media online.

7 September 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

STATE OF PLAY
Sutradara: Kevin Macdonald
Skenario: Matthew Michael Carnahan, Tony Gilroy, Billy Ray
Pemain: Russell Crowe, Ben Affleck, Rachel McAdams, Helen Mirren, Robin Wright Penn, Jason Bateman

DI sebuah malam di Washington seorang perempuan muda yang cantik tewas. Ternyata dia adalah salah satu anggota staf riset senator Stephen Collins (Ben Affleck) yang kemudian mengumumkan berita duka cita itu dengan emosional. Hanya dalam bilangan detik—dengan revolusi media online dan kejayaan para blogger—yang berkecamuk di sekujur tubuh Amerika adalah berita gosip: pacar sang senator bunuh diri; senator yang sudah menikah selingkuh; mengapa sang kekasih bunuh diri, dan seterusnya. Ringkasnya, para burung nazar bersorak-sorai bergembira.

Syahdan wartawan kawakan surat kabar terkemuka Cal MacAffrey (Russell Crowe) masih percaya pada kejayaan 5W 1H, bahwa selalu ada sebuah cerita di balik berita. Dia mengendus, menggali, mengendus lagi, mewawancarai kiri-kanan, dan segala keingintahuan serta jam terbangnya mendorong dia pada satu dugaan awal: kematian kekasih sang senator bukan akibat bunuh diri, melainkan dibunuh. Dibantu oleh seorang reporter blogger dari kantornya, yang semula dianggap lebih dungu, Cal kemudian menyusuri sumber demi sumber untuk mencari cerita yang sesungguhnya.

Setelah bertahun-tahun tidak disajikan thriller politik dan jurnalistik, film State of Play memulai dengan sebuah setting yang menarik: ketika media cetak sudah dianggap benda yang akan masuk museum serta kejayaan media online dan blogger yang mementingkan apa yang dikenakan Miley Cyrus atau perceraian para selebritas. Sosok sinis seperti Cal MacAffrey yang mementingkan investigasi fakta menjadi sangat penting di era yang permisif dengan komentar sembarangan melalui blog atau milis. Plot menjadi semakin rumit karena wartawan idealis seperti Cal berkawan baik dengan senator Collins sejak mereka masih mahasiswa. Persahabatan dengan narasumber ini bertambah ruwet karena Cal pernah mempunyai hubungan asmara dengan istri Collins di masa lalu. Dilema mengejar kebenaran dan mempertahankan persahabatan menjadi salah satu persoalan dari plot film ini yang mudah membuat penonton melupakan fokus film yang penting: siapakah pembunuh kekasih senator Collins? Apa motif pembunuhan itu?

Siapa sesungguhnya perempuan ini? Semakin lama Cal masuk ke dalam lingkaran intrik ini, setiap langkah meninggalkan jejak yang mengejutkan. Dan semakin dalam masuk ke dalam jaringan intrik itu, dia tak bisa lagi menghindar dari dilema persahabatannya dengan sang senator. ”Sebagai seorang wartawan yang bagus, kau tak boleh memiliki sahabat; kamu hanya boleh memiliki narasumber,” kata Cameron Lynne (Helen Mirren), pemimpin redaksinya, dengan nada dingin.

Russell Crowe, yang mendadak harus menggantikan Brad Pitt yang mengundurkan diri dari film ini, tampil bersinar sebagai seorang wartawan tambun, hampir tak pernah bercukur, dan selalu sibuk di lapangan hingga dia akan mengunyah apa saja tanpa pusing dengan jumlah kalori. Dengan penampilan Helen Mirren sebagai pemimpin redaksi yang tegas dan dingin; Rachel McAdams sebagai Della Frye, seorang reporter online yang masih hijau dan super-semangat; serta Robin Wright sebagai istri senator yang menekan penderitaannya, deretan pemain ini berhasil membangun unsur ketegangan sebuah film thriller. Tapi yang lebih penting, film ini berhasil mengungkapkan bahwa revolusi media online dan blogger—yang kini seolah menyingkirkan ”dinosaurus” seperti harian cetak—pada akhirnya tetap harus menganut prinsip jurnalistik yang sama: menampilkan fakta, bukan gosip. Media adalah bisnis menjual berita yang dipercaya, bukan bisnis gosip. Kertas atau dunia maya hanyalah medium. Cal MacAffrey yang semula sinis kepada wartawan blogger; dan Della Frye yang semula hanya doyan mengorek urusan tempat tidur selebritas, pada akhirnya tahu, mereka harus bergandengan tangan. Dan kerja sama inilah yang akhirnya membuat liputan investigasi mereka berhasil, mendahului temuan para detektif.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus