Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Agustus 2024 menjadi awal perjalanan menegangkan bagi para kru dan pemeran film Pernikahan Arwah (The Butterfly House) karena akan memulai proses syutingnya. Diproduksi oleh Entelekey Media Indonesia bersama Relate Films, film ini mengangkat tradisi pernikahan arwah dalam budaya Tionghoa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Paul Agusta, sang sutradara, berharap film ini bisa menghadirkan pengalaman horor yang baru bagi para penonton. Visinya melalui film ini yaitu untuk mengangkat kekayaan budaya lokal ke panggung perfilman, dan menawarkan sudut pandang yang jarang dieksplorasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dengan pendekatan terhadap budaya dan tradisi Tionghoa di Indonesia yang tidak banyak diangkat ke layar lebar, kami berharap film horor ini dapat memberi pengalaman baru dan berkesan bagi penontonnya,” ujar Paul dalam siaran pers yang diterima Tempo pada Selasa, 6 Agustus 2024.
Adapun Aldo Swastia, Chief Creative Officer (CCO) Entelekey Media Indonesia, menyampaikan bahwa latar belakang budaya dan sejarah yang melebur secara alami dalam cerita dapat menciptakan pengalaman yang autentik. “Dengan sentuhan khas Paul Agusta dan kolaborasi erat dengan Relate Films, kami yakin film ini akan cukup berkesan bagi penonton," kata Aldo.
Plot Film dan Jajaran Pemeran Pernikahan Arwah
Ditulis oleh Aldo Swastia dan Ario Sasongko, Pernikahan Arwah mengisahkan perjalanan cinta sepasang kekasih berbeda ras. Sepasang laki-laki Tionghoa-Indonesia dan perempuan pribumi hendak melaksanakan pemotretan pre-wedding di rumah leluhur sang pria. Namun, siapa sangka di balik kebahagiaan itu tersimpan kisah tragis dari masa lalu. Roh leluhur dalam wujud pengantin Tionghoa-Indonesia muncul, dan mengancam kehidupan mereka.
Kru dan pemain film Pernikahan Arwah. Foto: Visinema Pictures.
Morgan Oey dan Zulfa Maharani, adalah dua aktor berbakat yang didapuk sebagai pemeran utama, bersama dengan Jourdy Pranata, Brigitta Cynthia, Puty Sjahrul, Ama Gerald, Alam Jaelani, Verdi Solaiman, dan Bonita. Mereka siap untuk memberikan penampilan terbaiknya dalam film ini. Morgan Oey, yang memerankan salah satu karakter utama, menyatakan antusiasmenya untuk terlibat dalam film horor budaya ini, “Selain latar belakang tradisi Tionghoa yang diangkat dalam cerita ini, karakter yang saya perankan juga sangat menarik.”
Sinopsis Film Pernikahan Arwah (The Butterfly House)
Film ini mengikuti perjalanan Salim dan Tasya, sepasang calon suami istri, yang memilih rumah leluhur Salim sebagai lokasi pemotretan pre-wedding mereka. Pemilihan ini bukan tanpa alasan; mereka harus mengurus pemakaman bibi Salim yang baru saja meninggal. Namun, keputusan ini membawa mereka pada sebuah ritual keluarga yang harus diteruskan oleh Salim—membakar dupa setiap hari di sebuah altar misterius. Kegagalan melaksanakan ritual ini bisa mengancam nyawa mereka.
Namun, kehadiran mereka dan tim foto pre-wedding di rumah itu membuat arwah leluhur Salim yang meninggal di masa pendudukan Jepang muncul dan meneror mereka. Tasya, yang tergerak untuk menguak misteri masa lalu keluarga Salim, berusaha menenangkan arwah tersebut sekaligus membebaskan calon suaminya dari kewajibannya agar mereka bisa pergi dari rumah itu.
Sang sutradara, Paul Agusta, dikenal dengan pendekatan sinematik dan penuh detail. Penggarapan film ini menjadi bukti kecintaannya terhadap eksplorasi budaya dan tradisi, aspek yang sering kali terabaikan dalam sinema Indonesia. Film ini dijadwalkan untuk tayang di bioskop pada 2025 dan diharapkan dapat memberikan warna baru dalam genre horor di Indonesia, tak hanya untuk menghibur pecinta horor, namun juga untuk penikmat budaya.