Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Sonnet 18 di Tanah Para Pengelana

Film Nomadland memenangi tiga piala Oscar, termasuk Sutradara Terbaik. Chloe Zhao adalah perempuan kedua yang memenangi kategori ini selama 93 tahun terakhir.

1 Mei 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Frances McDormand dalam Nomadland. Searchlight Pictures

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KISAH Fern adalah cerita tentang usaha untuk bertahan hidup. Upaya survival di sebuah negara adidaya, di pucuk sistem kapitalisme yang senantiasa melupakan mereka yang hidup di pinggiran.

Film ini dimulai ketika Fern kehilangan segala-galanya. Suaminya wafat. Perusahaan gipsum Empire, tempat Fern dan suaminya bekerja, di Nevada, Amerika Serikat, tutup. Para karyawan dan buruh yang sekaligus penduduk desa itu harus memilih jalan lain, yakni meninggalkan kampung tersebut. Maklum, bahkan kode area Empire sudah disetip dari peta. Artinya, tempat itu akan menjadi kawasan “terbuang” tanpa nyawa.

Itulah yang menyebabkan Fern (Frances McDormand) memutuskan menyusuri peta Amerika. Dengan van—yang berfungsi sebagai “rumahnya”—Fern berkelana dari satu desa ke desa lain, sembari bekerja di berbagai tempat mengikuti musim buruh di Amazon Fulfillment Center, bertani, menjadi pembersih toilet, dan menjadi pelayan warung makan. Di sana-sini, Fern akan bertemu dengan beberapa sosok sesama pengelana (yang diperankan para nomad sesungguhnya), yakni Bob Wells, Linda May, dan Charlene Swankie. Meski  memerankan “dirinya sendiri”, dalam film ini mereka tetap aktor yang diberi porsi sejarah fiktif oleh sang sutradara/sekaligus penulis skenario, Chloe Zhao. Swankie, misalnya, berkisah tentang keputusannya untuk meninggalkan pekerjaannya dan berkelana karena “usianya yang divonis dokter tak lama lagi”, meski dalam kehidupan nyata dia baik-baik saja. Atau nomad Bob Wells yang mengisahkan tragedi hidupnya. Selama itu, Fern adalah pendengar yang baik. Dia sosok yang sangat ekonomis berkata-kata dan hampir tak merasa perlu bercerita tentang dirinya sendiri kecuali jika terpaksa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Frances McDormand dan David Strathairn dalam Nomadland. Searchlight Pictures

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada satu saat, kita berharap Fern yang menyusuri Amerika sendirian itu akan bertemu dengan seseorang yang bisa menemaninya. Paling tidak ketika dia bertemu dengan Dave (David Strathairn) yang menyukainya dan mengundangnya bertemu dengan anak menantunya yang akan memberikan cucu. “Menetaplah di sini, kami mempunyai paviliun,” tutur Dave.

Tapi Fern adalah seorang pengelana. Dia tetap menyusuri jalan. Dari serangkaian pertemuan dengan setiap sosok atau tempat, kita malah makin mengenal Fern secara mendalam. Kita akan melihat bagaimana dia menghadapi Dave, bagaimana dia menanggapi salah satu nomad muda, dan membacakan bait-bait “Sonnet 18“ karya William Shakespeare: “Shall I compare thee to a summer’s day/Thou art more lovely and more temperate/Rough winds do shake the darlings buds of May”. Juga bagaimana Fern mendefinisikan hidupnya ketika bekas muridnya menanyai “gaya hidupnya” setelah meninggalkan Empire: “Saya houseless, bukan homeless.”

Pertemuan demi pertemuan dengan kawan baru dan perjalanan melalui empat musim yang diwarnai berbagai rintangan, seperti van yang mogok hingga kerasnya kehidupan pada masa musim dingin, sesekali akan terasa tanpa drama dan tanpa klimaks. Tapi itulah pendekatan Chloe Zhao yang film-filmnya tak ingin bergelora dan tak ingin berisik. Minim dialog dan adegan panorama yang menampilkan luasnya Amerika, Zhao yang lahir dan tumbuh di Beijing ini sangat mendalami subyeknya dengan fasih.

Mungkin untuk penonton nun di Asia, tepatnya Indonesia, cerita film ini  terasa “problem warga Amerika”, karena menjadi houseless di negara berkembang tak akan melahirkan pilihan untuk berkelana di dalam van. Tapi, yang dahsyat, Zhao berhasil menunjukkan sebuah kenyataan sosial yang penting dalam film ini: kegagalan kapitalisme yang mampu mencoret sebuah area begitu saja karena tumbangnya sebuah pabrik besar. Dan sistem itulah yang menyebabkan seorang Fern, seperti juga warga Amerika lain, memutuskan berumah di jalan. Keberhasilan Zhao mengangkat problem sosial melalui sebuah cerita yang personal inilah yang tampaknya membuat film Nomadland berkibar-kibar memenangi tiga penghargaan besar pada Academy Awards 2021: Film Terbaik, Sutradara Terbaik  untuk Chloe Zhao, dan Aktris Terbaik bagi Frances McDormand.

Linda May dan Frances McDormand dalam NOMADLAND. Searchlight Pictures

Sesungguhnya film ini memang dipimpin dan digagas oleh dua perempuan hebat. Pertama, aktris dan produser Fancis McDormand yang menenteng buku bestseller karya Jessica Bruder berjudul Surviving America in the Twenty-First Century” sembari ingin berkenalan dengan sutradara kelahiran Beijing: Chloe Zhao. Kedua, Chloe Zhao yang namanya saat itu melejit di kalangan sineas independen karena dua filmnya. Songs My Brothers Taught Me (2015) ditayangkan di Festival Film Sundance dan dinominasikan di Festival Film Cannes. Lalu, The Rider (2017) yang mendapatkan nominasi Film Terbaik dan Sutradara Terbaik di Independent Spirit Award. Keduanya mempunyai napas yang sama: kehidupan di area Dakota Selatan dengan rekaman panorama yang luas tak bertepi.

Berdasarkan reputasinya inilah McDormand mengajak Zhao menjadi sutradara filmnya ini. Mengaku sangat dipengaruhi oleh sutradara Terrence Malick, Zhao menggarap film ini dengan mengawinkan gaya kelembutan mimpi film-film Mallick dengan fakta-fakta gaya dokumenter. Dengan menggunakan tiga nomad asli sebagai kawan-kawan Fern, terutama pada adegan akhir saat Bob Wells menjadi satu-satunya sosok yang mampu membuat Fern membuka sejarah masa lalunya, Zhao telah mengukuhkan diri sebagai sutradara generasi baru yang akan memberi warna baru di Hollywood.

Nomadland

“See you down the road” adalah ucapan para nomad, para pengelana yang akan berpisah dan mencari rutenya masing-masing untuk suatu hari bertemu lagi di sebuah negara bagian Amerika. Tapi, menurut pengelana Bob Wells kepada Fern: itu juga ucapan kepada mereka yang akan berpulang, karena suatu hari mereka yakin akan bertemu di seberang sana.

Ucapan penutup ini bukan hanya menyentuh, tapi juga membuat kita memperlakukan  kematian sebagai peristiwa yang akrab sebagaimana kita merayakan kehidupan. 

LEILA S. CHUDORI

NOMADLAND

Sutradara:
Chloe Zhao

Penulis skenario:
Chloe Zhao

Berdasarkan buku:
Surviving America in the Twenty-First Century karya Jessica Bruder

Pemain:
Frances McDormand, David Strathairn, Linda May

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus