Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KISAH Fern adalah cerita tentang usaha untuk bertahan hidup. Upaya survival di sebuah negara adidaya, di pucuk sistem kapitalisme yang senantiasa melupakan mereka yang hidup di pinggiran.
Film ini dimulai ketika Fern kehilangan segala-galanya. Suaminya wafat. Perusahaan gipsum Empire, tempat Fern dan suaminya bekerja, di Nevada, Amerika Serikat, tutup. Para karyawan dan buruh yang sekaligus penduduk desa itu harus memilih jalan lain, yakni meninggalkan kampung tersebut. Maklum, bahkan kode area Empire sudah disetip dari peta. Artinya, tempat itu akan menjadi kawasan “terbuang” tanpa nyawa.
Itulah yang menyebabkan Fern (Frances McDormand) memutuskan menyusuri peta Amerika. Dengan van—yang berfungsi sebagai “rumahnya”—Fern berkelana dari satu desa ke desa lain, sembari bekerja di berbagai tempat mengikuti musim buruh di Amazon Fulfillment Center, bertani, menjadi pembersih toilet, dan menjadi pelayan warung makan. Di sana-sini, Fern akan bertemu dengan beberapa sosok sesama pengelana (yang diperankan para nomad sesungguhnya), yakni Bob Wells, Linda May, dan Charlene Swankie. Meski memerankan “dirinya sendiri”, dalam film ini mereka tetap aktor yang diberi porsi sejarah fiktif oleh sang sutradara/sekaligus penulis skenario, Chloe Zhao. Swankie, misalnya, berkisah tentang keputusannya untuk meninggalkan pekerjaannya dan berkelana karena “usianya yang divonis dokter tak lama lagi”, meski dalam kehidupan nyata dia baik-baik saja. Atau nomad Bob Wells yang mengisahkan tragedi hidupnya. Selama itu, Fern adalah pendengar yang baik. Dia sosok yang sangat ekonomis berkata-kata dan hampir tak merasa perlu bercerita tentang dirinya sendiri kecuali jika terpaksa.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo