THE Silent World (Dunia Senyap), karya kolektif empat perupa Jim Supangkat, Nyoman Nuarta, Gendut Riyanto, dan S. Malelil, menarik perhatian kalangan seni dan khalayak ramai ketika dipamerkan di Perth. Australia Barat 3-15 Oktober. Dunia Senyap dibuat untuk mememili undangan Autralia and Regions Arthits' Exchange alias ARX, untuk turut serta dalam pameran dengan tema Metro Mania. Keempat perupa Indonesia itu mengambil masalah penyakit AIDS (acfuired immunoieficiency syndrome) sebagai pokok untuk dikerjakan. Dengan demikian, di antara tema yang ditawarkan ARX, mereka memilih anak tema "tubuh" dari induk tema "kota". Dua perupa lain dari Australia dan Selandia Baru juga menggarap masalah AIDS. Michacl O'Ferrall, Kurator Seni Aborigin dan Asia pada Art Gallery of Western Australia serta anggota Komite Pengelola ARX, menyebut Dunia Senyap sebagai "garapan profesional". Karya para perupa Indonesia melibatkan penggarapan ruang nyata melalui konstruksi dan pasang-memasang. Sebelum diberangkatkan ke Australia. karya "instalasi" ini disajikan dalam pra-pameran di Taman Ismail Maruki Jakarta, 13 September. Dalam acara Artist's Talk, seperti juga dalam pertemuan informal perupa kita khususnya Jim Supangkat, banyak menerima pertanyaan dan terlibat diskusi. The West Australian, koran terbesar di Australia Barat, memberitakan pembukaan Metro Mania dengan menampangkan foto Dunia Senyap. Wartawan Sunday Times dan Guardian Express datang untuk wawancara. Begitu pula radio-radio minta wawancara. Bukan saja radio lokal. Tetapi juga programa seni Stasiun ABC Nasional, Listening Room Sydney (New South Wales). Lingkungan lembaga pendidikan juga mengundang untuk temu bicara: The South Australian School of Arts, dan Asian Forum Fakultas Ilmu Sosial Flinders University -- keduanya di Adelaide. Dan Departemen Seni Rupa Curtin University di Perth. Sukar dibayangkan bila sambutan akan seramai itu dan perhatian akan sebesar itu, andai kata para perupa kita menyajikan patung atau lukisan cat di kanvas. Pilihan instalasi untuk ditunjukkan di dunia luar dewasa ini tampaknya pilihan yang mujur. Tentu, kesungguhan pengumpulan dan penelitian informasi tentang AIDS juga ikut menjadi daya tarik Dunia Senyap. Sebagian informasi masih mengejutkan publik Australia. Pertanyaan yang gencar dan berulang kali dilancarkan ialah: Mengapa mengambil pokok AIDS? Siapa korban yang digambarkan dalam karya ini? Sebagian mula-mula tersinggung, menyangka karya ini mengkritik sikap orang Barat. Jawaban bahwa AIDS -- penyakit masa depan adalah isu global -- yang sama dengan isu lingkungan dan ancaman perang nukir, menyelesaikan perdebatan. Lalu yang juga tidak dapat diabaikan: orang melihat karya instalasi ini dengan latar Indonesia, sebuah negeri di "Dunia Ketiga", dengan kemiskinan dan masalah-masalahnya, dan dengan seni rupa kontemporernya yang masih merupakan terra incognita bagi dunia luar. Dan pertanyaan yang menyangkut seni bisa diduga: Adakah seni tupa kontemporer di Indonesia? Juga ramai dipertanyakan, apakah pemerintah mensponsori pengirima karya seberat satu ton itu. Atau karya ini bagian dari kampanye AIDS yang dibiayai WHO. Jawabannya, Dunia Senyap sebuah karya seni dengan tema kemanusiaan. Penanggung dana proyek ini, adalah PT Djarum dari sektor swasta. Agaknya, para perupa kita perlu lebih banyak memamerkan karya mereka di luar dan mengembangkan hubungan dengan para perupa luar. Memperluas dan mempermudah kesempatan ini niscaya merupakan bagian penting dari diplomasi kebudayaan. Sanento Yuliman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini