Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Ensiklopedi menengahi kontroversi

Sebuah tim iain jakarta menerbitkan ensiklopedi islam indonesia. ringkas, padat, dan jelas. tak memihak bila masalahnya masih bisa menimbulkan kontroversi.

19 Juni 1993 | 00.00 WIB

Ensiklopedi menengahi kontroversi
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
DIMULAI dengan ''Ababil'', yang artinya datang berbondong- bondong. Dan diakhiri dengan ''Zulkifli'' sebagian orang mengatakannya nabi dan ada pula yang menyebutnya hanya seorang hamba Tuhan yang saleh. Inilah Ensiklopedi Islam Indonesia yang baru saja diedarkan Penerbit Djambatan. Buku ini tentu saja sangat penting untuk memperluas khazanah bacaan meskipun di Indonesia bukan yang pertama kalinya. Sebelumnya, sekitar empat tahun silam, beredar Ensiklopedi Islam terbitan Departemen Agama sebanyak tiga jilid. Ensiklopedi Islam Indonesia, menurut ketua tim penyusunnya, Prof. Harun Nasution, disusun dengan landasan pemikiran rasional dan jiwa pembaruan. Ensiklopedi setebal 1.027 halaman ini merujuk pada fikih-fikih yang masih dibicarakan dan menyiangi detail-detail yang kurang rasional. ''Maksudnya agar pengertian yang kami sampaikan bisa diterima akal modern,'' katanya. Gagasan menerbitkan ensiklopedi ini sebetulnya muncul sekitar 20 tahun lalu. Tim penulisnya pun waktu itu sudah dibentuk, antara lain melibatkan Prof. Mukti Ali, K.H. Nazarudin Latif, dan Zuber Usman. Bahkan, mereka sudah menghimpun ratusan entri. Tapi ensiklopedi itu tak selesai-selesai juga. Sampai akhirnya, menjelang 1985, pihak penerbit merasa perlu mendesak penyelesaiannya. Maka, penyusunannya dipercayakan kepada Prof. Harun Nasution, Dekan Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah. Harun menyanggupinya, dan dibentuklah tim penulis yang beranggotakan sembilan dosen IAIN Jakarta. Naskah warisan tim lama dibuka kembali. ''Ternyata, penjelasan yang ada banyak yang tak cocok dengan pengertian sekarang, dan tak rasional,'' kata Harun. Maka, tim baru membuat lagi penjelasan yang baru dan menambah entri. Diskusi pun diselenggarakan intensif. Mula-mula, ditentukan jumlah judulnya, sekitar 1.000. Berbagai kamus dan ensiklopedi yang sudah banyak beredar dalam bahasa asing dipakai untuk referensi. ''Kami ambil mana yang penting untuk Indonesia, ditambah nama ulama-ulama Indonesia dan internasional,'' kata Harun. Penulisannya dibagi menurut keahlian si penulis. Ahli fikih Dr. Satria Effendi Zen, misalnya, diserahi tugas menulis bagian yang berkaitan dengan hukum Islam. Dr. Iik Arifin M. Nur menulis sejarah Islam. Dr. Muhammad Amin menulis pemuka-pemuka Islam. Dan bidang filsafat ditulis oleh Abdul Aziz Dahlan. Penulisan ini sering tak sekali jadi dan memerlukan diskusi bolak-balik antara Harun dan penulisnya. ''Yang sulit itu kan bagaimana merumuskan pengertian yang didapat dari berbagai sumber,'' kata Harun. Dibandingkan dengan Ensiklopedi Islam Departemen Agama di situ Harun Nasution juga dicantumkan sebagai salah seorang editornya Ensiklopedi Islam Indonesia boleh dibilang lebih lugas perumusannya, dan penjelasannya pun tak bertele-tele. Dalam menulis tokoh Islam, misalnya, ensiklopedi ini memang hanya mengambil riwayat hidup ringkas, ide pokok si tokoh, dan sedikit cabang idenya. Begitu pula dalam menjelaskan lembaga pendidikan Al-Azhar di Kairo: menggambarkan perkembangan ori- entasi dan latar belakangnya secara padat. Menyangkut pengertian yang bakal menimbulkan kontroversi, tim penulis mengambil sikap tak memihak. ''Kami sebut saja pendapat A begini, pendapat si B begitu. Kesimpulannya terserah kepada pembaca,'' kata Harun. Misalnya saja soal Masjidil Aqsa di dalam Quran. Di sini, selain disebut pendapat yang menyatakan itulah Masjidil Aqsa yang ada di Palestina, ditampilkan pula pendapat lain yang menyebutkan itulah tempat sujud terjauh yang disaksikan Nabi Muhammad sewaktu mikraj ke Sidrat al-Muntaha. Menurut Harun, ensiklopedi ini ditujukan untuk pembaca umum, sebagai sumber acuan penolong. Di ensiklopedi ini memang tak dijumpai daftar pustaka atau nama pengarang dalam tiap judulnya, sebagaimana lazimnya sebuah ensiklopedi. ''Terlalu berat kalau dimasukkan daftar kepustakaan,'' ujar Harun. Ensiklopedi ini akhirnya berisi lebih dari seribu nama tokoh, gerakan, aliran, dan berbagai istilah yang dikenal umat Islam di Indonesia. Tentu, sebagai sebuah ensiklopedi ringkas, banyak istilah dan tokoh yang terlewatkan. Filsuf terkenal abad ke-9 Al Farabi, dan beberapa gerakan Islam di Indonesia abad ke-20, misalnya, tak tampak. Ada pula yang memasalahkan kenapa M. Natsir tak masuk. Tapi, dijawab Harun, ini lantaran tokoh Islam terkemuka Indonesia itu masih hidup sewaktu ensiklopedi ini disusun. Untuk suatu ensiklopedi, menurut Nurcholis Madjid, Ketua Yayasan Paramadina, yang paling baku adalah ejaan, yang ditransliterasi dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Terlihat di sini belum ada keseragaman, misalnya antara Ensiklopedi Islam dan Ensiklopedi Islam Indonesia. Lain halnya istilah bahasa Inggris yang lebih mapan penginterpretasiannya. Meski masih bisa dipertanyakan soal tata bahasa, akurasi, kelengkapannya, dan sebagainya, toh ensiklopedi ini dinilai Nurcholis merupakan rintisan yang patut dihargai. ''Untuk mengukur validitasnya, tinggal siapa penyusunnya,'' katanya. Harun pun mengakui, karya terakhirnya ini merupakan permulaan yang masih harus disempurnakan. Ensiklopedinya ini untuk edisi pertama dicetak 5.000 eksemplar. Tentu saja, edisi berikutnya memerlukan banyak revisi dan tambahan entri baru. Harun sendiri yakin, para ahli Indonesia pun sebetulnya mampu membuat ensiklopedi lengkap untuk para spesialis. ''Masalahnya, apa ada yang mau memodalinya,'' ujarnya. Ardian Taufik Gesuri dan Bina Bektiati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus